TENTANG PANDANGAN :
Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)
Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan .
Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini (BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ/GNOSIS PUBLIK.pdf p.6)
dari : http://dhammaseeker.blogspot.com/2020/04/dialog.html
Be realistics to realize the Real. (Bersikaplah benar untuk senantiasa realistis dalam merealisasikan segala yang real nyata secara tepat dan sehat) Kita hanya berhak mendapatkan apa yang kita berikan .... entah itu kebaikan ataupun keburukan. Segala niatan, tindakan dan capaian tidak akan percuma walau dampak mungkin tidak selalu instan kemasakannya dan mungkin tidak juga identik kelayakannya. Namun demikian kebijaksanaan untuk senantasa mengupayakan keterarahan dan keberdayaan dalam menghadapi segala kemungkinan yang ada secara pa
DATA LAMA
LAMPIRAN
KUTIPAN SKETSA BUKU :
MAHADHARMA
Asumsi Analisis dan Solusi Hipotesis Paradigma Spitualitas Universal
Public Offset
JUDUL : DAFTAR ISI =
PRAKATA =
Pendahuluan :
Konsideran permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial ;
Solusi Pemecahan : ® universalitas kebenaran
Pengajuan & Pengakuan : Pengajuan → alternatif paradigma Pengakuan → criteria ketepatan
Pengharapan : Kemanfaatan → Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan
Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;
Pengertian ® kebenaran itu karena hidayah Tuhan ; kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri .
BAB I = REFERENSI =
Pengertian Prolog =
Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ; asumsi pensikapan : terbuka & terjaga
1) GNOSIS : Keakuratan paradigma (W) :
prolog : KeIlahian ?
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan : Konsep Wujud :® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana
2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan : Konsep Kuasa : ® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos
3. Hipotesis Kebijakan Tuhan : Konsep Kasih : ® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan
Epilog : Keyakinan ? ketepatan > kebenaran ;Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)
1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ? → kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)
2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)
3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan (kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah) epilog : keimanan ?ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )
1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?
)2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi
epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)
Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar
II. REALISASI = Penempuhan
Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)
1) ADHIKARI : kelayakan moralitas (kasih)
prolog : kisah : orang baik ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit ® Hakekat & Manfaat :
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala. ® kemurnian (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif ® kebajikan ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira ® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )
epilog : kisah : karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli ® Metode & Kaidah :
2) DISTANSI = kesiagaan transformatif (kuasa)
prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif
1) UMMI →keaslian adhikari (ks) : muhasabah pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan
2) SATI → kearifan nivritti (w) : reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan
3) YOGI →kekuatan distansi (k) : keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal
epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,
3) MEDITASI = kerahnian Immanensi (wujud)\
prolog : Hakekat Meditasi (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)
1) kemantapan dasar (w) : literature meditasi (pengertian – referensi (wuwei/zazen;alpha beta) – keragaman meditasi)
2) kehandalan utama (k) : realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian )
3) kemantapan lanjut (ks) : kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas)
epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)
Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ;
III. REVITALISASI = Pembumian
Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan
prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi
1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka Dharma (satu Agama Dharma ?)
2) kepastian Transformasi (ks) : pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan (Dunia & Akherat)
3) kebijakan Aktualiser (k) : transformasi Individual – Transformasi universal (Reformasi + Globalisasi)
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani
2) INTEGRITAS = kemantapan untuk keabadian (kasih)
prolog : kesiapan melintasi keabadian ® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )
1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani
2) Talenta kecakapan : keberdayaan distansi Swadika Talenta
3) Swadika kerahnian : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha
epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha ) → ketuntasan & pelanjutan
3) AKTUALITAS = kehandalan dalam kehidupan (kuasa)
prolog : keahlian mengatasi kehidupan ® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )
1) Aktualisasi (k) : Global (belajar – bekerja) ;social ( keluarga – masyarakat) ; Aktual (pribadi; properti)
2) Harmonisasi (ks) : interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;faktitas semesta (natural ; theosofi) ; Harmoni Pribadi
3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan : Reset keseluruhan ; Ready keseluruhan ; Relax keseluruhan
epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia ) → kesuksesan & pelanjutan
Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan
1) Dhamma Bhumi (w) = kesadaran eksistensial
2) Dhamma Dutta (ks) = komitmen
3) Dhamma Niyama (k) = faktitas kenyataan
(PENUTUP : Ulasan : QUO VADIS ? Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ; ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis
Syukur & Terima kasih → Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia ®
Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran
Pengharapan : ® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan ® Ma’af : Saran perbaikan dan masukan pelengkapan PUSTAKA Judul =Teguh Kiyatno, dkkMAHADHARMA Asumsi Analisis dan Solusi Hipotesis Paradigma Spitualitas Universal Public Offset 2006 Daftar Isi =
DAFTAR ISI =
ü JUDUL :
ü DAFTAR ISI =
ü PRAKATA =
Pendahuluan :
· Konsideran permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial
· Solusi Pemecahan : ® universalitas kebenaran
Pengajuan & Pengakuan :
· Pengajuan → alternatif paradigma
· Pengakuan → criteria ketepatan
Pengharapan :
· Kemanfaatan → Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan
· Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;
· Pengertian ® kebenaran itu karena hidayah Tuhan ; kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri .
BAB I = REFERENSI = Pengertian
Prolog = Hipotesis Paradigma dhamma dipathera ; asumsi pensikapan : terbuka & terjaga
1) GNOSIS : Keakuratan paradigma (W) :
prolog : KeIlahian ?
· Cara penerimaan 7 (3 + 2 + 2 ) ;
· perspektif insaniah 4 (3 + 1);
· konsideran asumsi 3 ;
· formulasi konsep 3
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :
Konsep Wujud : ® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana
2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan :
Konsep Kuasa :
® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos
3. Hipotesis Kebijakan Tuhan :
Konsep Kasih :
® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan
Epilog : Keyakinan ?
ketepatan > kebenaran ;
Kaidah Hipotesis x Akidah Dogmatis;
ilmul - ‘ainul - haqqul yaqin
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)
1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ?
→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat
(keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)
2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?
® kebijakan metanoia diantara faham pandangan
(fanatisme/mistisme ; atheisme/vitalisme ; agnostisme /heuretisme)
3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?
®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan
(kegaiban Tuhan ; penderitaan/kezaliman ; ananiyah/nafsiyah)
epilog : keimanan ?
ketentuan awal > kepastian final
→ aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):
prolog: anjing dan serigala (pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )
1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W)
→ Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)
2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)
→ Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)
→ Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi
epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)
Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar
ü II. REALISASI = Penempuhan
Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)
1) ADHIKARI : kelayakan moralitas (kasih)
prolog : kisah : orang baik
® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit
® Hakekat & Manfaat :
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.
® kemurnian (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif
® kebajikan ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira
® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )
epilog : kisah : karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli ® Metode & Kaidah :
2) DISTANSI = kesiagaan transformatif (kuasa)
prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif
1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :
muhasabah pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan
2) SATI → kearifan nivritti (w) :
reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan
3) YOGI →kekuatan distansi (k) :
keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal
3) epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,
3) MEDITASI = kerahnian Immanensi (wujud)
prolog : Hakekat Meditasi (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)
1) kemantapan dasar (w) : literature meditasi
(pengertian – referensi (wuwei/zazen;alpha beta) – keragaman meditasi)
2) kehandalan utama (k) :
realisasi immanensi (pemantapan (kematian/kegaiban) – penembusan - pencapaian )
3) kemantapan lanjut (ks) :
kesadaran transenden (ghurur/jadzab – sakti/rahni – universalitas/eksistensialitas)
epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)
Epilog = Kewajaran Eksistensi → Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi ;
ü III. REVITALISASI = Pembumian
Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan
prolog : ketepatan pandangan
® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi
1) kecerahan Mahadharma (w) :
Sanatana dharma – Bhinneka Dharma
(satu Agama Dharma ?)
2) kepastian Transformasi (ks) :
pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan
(Dunia & Akherat)
3) kebijakan Aktualiser (k) :
transformasi Individual – Transformasi universal
(Reformasi + Globalisasi)
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani
2) INTEGRITAS = kemantapan untuk keabadian (kasih)
prolog : kesiapan melintasi keabadian
® berkah Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )
1) Visekha kemuliaan : kesimpatikan adhikari Mahatma Robbani
2) Talenta kecakapan : keberdayaan distansi Swadika Talenta
3) Swadika kerahnian : keterpaduan meditasi Anubodha Pativedha
epilog : Input keabadian ( swadika – talenta – visekha )
→ ketuntasan & pelanjutan
3) AKTUALITAS = kehandalan dalam kehidupan (kuasa)
prolog : keahlian mengatasi kehidupan
® sukses Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )
1) Aktualisasi (k) :
Global (belajar – bekerja) ;
social ( keluarga – masyarakat) ;
Aktual (pribadi; properti)
2) Harmonisasi (ks) :
interaksi sesama (pravritti; andragogi) ;
faktitas semesta (natural ; theosofi) ;
Harmoni Pribadi
3) Integrasi (w) manajemen keterbatasan :
Reset keseluruhan ;
Ready keseluruhan ;
Relax keseluruhan
epilog : Asset kehidupan ( persada – karisma – bahagia )
→ kesuksesan & pelanjutan
Epilog : kholifatullooh
® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi
ü PENUTUP :
Ulasan : QUO VADIS ?
Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ; ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis
Syukur & Terima kasih
→ Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia
® Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran
Pengharapan :
® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan
® Ma’af : Saran perbaikan dan masukan pelengkapan
ü PUSTAKA :
Dasar =Khusus =
ü BIODATA :
PRAKATA =
Pendahuluan :
· Asumsi permasalahan : → ketidak-pastian eksistensial
® Hidup untuk mati ? : kehanyutan hidup menuju kematian Ich
pada saat manusia manusia menyadari keakuan dirinya dia mulai menjadi tidak pasti ( )
Di sini dan pada saat ini kita hidup bagaikan musafir yang terdampar dan harus menghadapi segala kompleksitas eksistensial kehidupan. Rutinitas dan vitalitas kehidupan menghanyutkan totalitas diri kita dalam ketidak mengertian dan ketidak perdulian tentang hakekat dan tujuan hidup kita yang hakiki. Kita begitu terserap ke dalam romantika kehidupan eksistensial ini hingga tiba saat kematian menyadarkan kita dari sandiwara permainan kehidupan ini. Hidup untuk mati – begitu sederhanakah arti kehadiran kita di dunia ini ?
Hidup yang tidak dimengerti adalah hidup yang tidak layak dijalani (socrates)
® Atta Dipathera : kecenderungan subyektif ego
Situasi dan kondisi dalam fenomena kehidupan ini sering menghanyutkan kita untuk mengindentifikasikan hidup tidak dalam proporsi realitas yang utuh namun hanya berdasarkan penilaian emosionalitas batin ego kita terhadapnya. Sebagaimana fokus yang senantiasa mengarah pada pusat lensa demikianlah batin kita secara otomatis menjadi terkondisi untuh reaktif dalam memandang kehidupan ini. Kita akan selalu menandaskan citra hidup hanya dalam batas reaksi dan penilaian tertentu. Like or dislike – suka atau tidak suka - demikianlah sifat kecenderungan alamiah dari batin ego kita ini. Apabila ego kita menerimanya secara negatif – dikarenakan kenyataan yang terjadi dan kita hadapi tidaklah sesuai dengan keinginan kita – maka timbullah kekesalan dan kita cenderung untuk menyatakan hidup ini adalah musibah yang penuh dengan duka-cita yang seharusnya tidak diterima.Dan sebaliknya jika kenyataan yang terjadi atau hasil yang tercapai sesuai dengan harapan kita maka timbullah kesenangan dan hidup tampak sebagai anugerah karena suka-cita yang mampu didapat tersebut. Kebodohan dan ketamakan membuat kita senantiasa mendambakan ‘kebahagiaan tanpa penderitaan’ yang absurd dalam kehidupan ini karena kehidupan seperti dua sisi mata uang logam yang senantiasa berubah. Jika menginginkan sisi yang satu kita juga harus siap dan bisa menerima sisi yang lain juga – karena memang demikianlah dualitas dan dinamika dari kehidupan.
® Loka Dipathera : Pengaturan obyektif superego
Dalam ketidak mengertian kita kemudian juga menerima beraneka pandangan moralitas (estetika sosial) dan sejumlah ajaran spiritualitas [adhyatma dharma] kemudian hadir mewarnai kehidupan batin kita. Dimana kemudian kita mulai mengarahkan dan menyesuaikan cara hidup yang benar dan tepat berdasarkan pandangan awam dan umum tersebut. Tetapi kemudian ternyata mekanisme kehidupan sering tidak sesederhana itu.
· Solusi Pemecahan : ® universalitas kebenaran
Dan kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskanmu
Apakah kebenaran itu ?
Kebenaran itu dari Tuhanmu dan jangan kau meragukannya
® Dhamma Dipathera : adakah kebenaran absolut ?
Dan kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu akan membebaskanmu
Seiring dengan pertumbuhan kesadaran akan kebebasan eksistensialitas diri yang semakin dewasa secara subyektif dan individual, dengan segala keterbatasan yang ada manusia menjalani eksistensialitas diri dalam mengisi makna bagi kehidupannya yang relatif singkat tersebut. Dengan hak kewenangan yang lebih besar namun juga dengan pertimbangan Haq kebenaran yang lebih luas ,manusia sering dihadapkan pada sekian banyak problematika kehidupan untuk diatasi dan terkadang dengan begitu banyak pilihan dilematis yang harus ditentukan dalam menjaga keseimbangan dan membawa keberimbangan eksistensialitas dirinya dalam kehidupan ini. Suatu keberadaan sulit yang sering menimbulkan konflik internal dalam dirinya sendiri. Pada saat itulah sejumlah manusia kembali mulai mempertanyakan apa makna yang tersirat dari kehidupan yang dijalaninya dan bagaimana cara melampauinya.. Adakah Realitas Kebenaran sejati tersembunyi dan tidak dimengerti yang berada dibalik segala fenomena keberadaan dan peristiwa kehidupan ini ? Suatu kebenaran Mutlak yang menjadi sumber dan tujuan bagi seluruh keberadaan dan sekaligus jalan dan arah bagi perjalanan kehidupan kita .
Hidup sejati :
Untuk menjalani kehidupan secara sehat dan tepat kita perlu memiliki dan meyakini pandangan yang benar - pandangan yang sesuai dengan realitas kebenaran yang sesungguhnya.. – yang mungkin saja ternyata tidak sesuai dengan keinginan ego kita atau boleh jadi ternyata berbeda dengan keyakinan ide yang kita anggap benar. Hidup dengan kebenaran pandangan yang realistis dan obyektif –walaupun bagaimana juga- adalah lebih sehat untuk diyakini dan lebih tepat untuk dijalani daripada sekedar mengikuti dorongan keinginan yang romantis dan subyektif yang walaupun mungkin menghanyutkan dan mengasyikkan ego kita namun akan mengakibatkan terhalang dan terhambatnya proses pendewasaan dan pencerahan diri kita.Oleh karena itu demi ekstase keswadikaan dan harmoni kebersamaan haruslah kita menjalankan seluruh aspek kehidupan ini dengan mendasarkan dan bersandarkan pada kebenaran realitas tersebut. Hidup secara benar menjadikan kita benar-benar hidup. Hidup dalam kesejatian - tanpa kepalsuan, tiada kesemuan dan sesuai dengan kenyataan serta serasi dengan kebenaran yang sesungguhnya..
Kebenaran hakiki :
Kebenaran Realitas - Sanatana Dharma, Alithea, Al Haqq, Sunatullaah , Shighotullaah ataupun apapun juga peristilahan yang anda gunakan bagi Kebenaran Mutlak yang merupakan induk dari seluruh kebenaran - sesungguhnya sudah demikian nyatanya tergelar di hadapan kita semua. Realitas kebenaran yang menjadi penegak bagi terjadinya fenomena kenyataan yang ada tersebut mungkin saja tampak jelas di permukaan namun bisa juga tersembunyi dibalik segala fenomena kenyataaan yang tampak. Kebenaran Tersurat dan Tersirat - yang menjadi sumber dan tujuan bagi seluruh keberadaan dan setiap peristiwa dalam kehidupan ;Kebenaran Realitas yang bersifat universal dan transenden ini begitu luas –– dimana kesempurnaannya begitu sulit dijangkau oleh keterbatasan pemahaman kita Sehingga walaupun sesungguhnya Dharma tersebut tercakup global - utuh dan menyeluruh – namun demikian karena ketidak mampuan dalam memahami dan mensikapi realita keseluruhan tersebut kita cenderung untuk memandangnya begitu spasial ,terpecah-pecah dan subyektif yang kemudian menyebabkan munculnya berbagai pandangan ekstrem pada setiap kutub dualitas dari dialektika kebenaran yang satu tersebut.Hal yang sama terjadi juga pada saat kita memandang masalah Spiritualitas. Walaupun sesungguhnya mereka memandang Kebenaran yang Satu dan Sama tersebut namun sering menampakkan perbedaan yang tampak begitu mendasar dari filosofi dan realisasinya di permukaan yang kemudian tidak jarang menimbulkan pertikaian . Setiap ajaran menganggap pandangannya saja sebagai yang paling benar sementara yang lainnya salah dan sesat dengan tanpa memberikan kesempatan kepada fihak lain untuk mengutarakan pandangannya yang mungkin saja lebih benar atau setidak-tidaknya juga benar jika Kebenaran tersebut dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Demikianlah setiap mozaik ajaran cenderung untuk menampakkan ekslusivitas yang ekstrem dan bersikap fanatis terhadap pandangan ajarannya sendiri .Sehingga dari satu MahaDharma Spiritualitas Kehidupan yang sama tersebut lahirlah banyak sudut pandang filosofis , sekian banyak faham dan metode penempuhan mistisme ,sekian banyak agama dengan sekian banyak pula sekte aliran di dalamnya. Seringkali terjadi pertikaian di antara faham tersebut. Sungguh mengherankan namun demikianlah kenyataan terjadi.
Orang buta :
Apakah kebenaran itu ?
fabel gajah : Sebuah kisah klasik tentang : gajah dan enam orang buta
Alkisah, ada 6 (enam) orang buta saling bertemu. Seorang di antara mereka memberitahu pada teman-temannya bahwa di kebun binatang ada seekor hewan baru yang disebut gajah.Mereka semua sama sekali belum mengetahui hewan tersebut. Akhirnya mereka sepakat ke kebun binatang itu untuk mengetahui bagaimanakah sesungguhnya gajah tersebut.
Singkat cerita, ke-enam orang buta tersebut telah tiba di kebun binatang tempat gajah itu berada. .Mereka kemudian mendekati gajah tersebut dan berusaha ‘melihat’nya dengan menyentuhkan jari tangan mereka pada gajah tersebut dan merasakannya.
Seorang buta yang pertama memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan
Seorang buta yang yang kedua memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan
Seorang buta yang yang ketiga memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan
Seorang butayang yang keempat memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan
Seorang butayang yang kelima memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan
Seorang butayang yang keenam memegang bagian … nya dan diapun menyimpulkan
Kemudian ke enam buta tersebutpun berkumpul
Demikianlah gambaran kita dalam memandang kebenaran dari kehidupan kita selama ini. Kita sebenarnya bagaikan orang buta yang hanya meraba-raba mencari kepastian dalam kegelapan dan merasa begitu yakin dengan anggapan tertentu untuk kemudian memastikan bahwa inilah kebenaran yang sesungguhnya. Kita mudah tergoda untuk segera meyakini kepada anggapan yang ingin kita percayai .Sehingga terkadang tidak semua yang kita yakini itu merupakan suatu kebenaran yang sesungguhnya atau walaupun jika ternyata itu merupakan suatu kebenaran juga, tidak seluruh kebenaran yang kita yakini tersebut merupakan kebenaran yang seutuhnya. Kesalahan bukan pada Kebenaran tersebut tetapi dari keterbatasan dan ketidak-sempurnaan kita
Dalam kehidupan ini kita akan banyak menjumpai aneka macam pandangan hidup yang dipergunakan orang sebagai pedoman dalam melandaskan dan membenarkan tindakannya walaupun terkadang sering diantara mereka bertentangan satu sama lain. mereka semua menyatakan acuan dari tindakan yang mereka lakukan tersebut adalah “kebenaran” yang harus diterima bukan saja bagi diri mereka sendiri namun juga untuk orang lain . Istilah Kebenaran sering dipergunakan bagi orang bukan saja untuk membenarkan setiap prilaku dalam tindakannya namun lebih jauh lagi untuk mengidentifikasikan bagi diri pribadi sebagai pemilik,pewaris dan penguasa dari kebenaran tersebut walau apapun juga tindakan yang dilakukannya. Setiap sistem cenderung bersikap ekstrem dalam memberikan batasan relatif dalam menentukan kriteria bagi ‘kebenaran absolut ‘ tersebut untuk bisa dipergunakannya sebagai identitas penentu bagi autoritas kewenangan yang memperbolehkan mereka menganggap sebagai pemilik dan sekaligus penguasa bagi kebenaran tersebut serta membenarkan diri mereka sendiri untuk menindak sistem yang berbeda dengan mereka ketimbang sebagai realitas ketentuan bagi tindakan yang seharusnya ditegakkan bagi diri mereka sendiri dengan juga tetap menjaga harmonisasi kebersamaan dengan sistem lainnya.
® Kebenaran Ilahiyah : cara penerimaaan ?
Kebenaran itu dari Tuhanmu dan jangan kau meragukannya
Tuhan adalah landasan mutlak keimanan spiritualitas. Sebagai Dzat Yang keberadaan, Ketunggalan, Kemutlakan dan Kesempurnaan-Nya harus diyakini kebenarannya. Hanya karena Dia kita ada dalam kehidupan ini dan Hanya dalam DharmaNya keselamatan, kebebasan , kebahagiaan dan keabadian kita berada. Tuhan yang Maha Esa yang dipuja dalam setiap risalah spiritualitas , yang dipuji
Keyakinan ini mungkin kita peroleh melalui cara pendekatan dan peyang berbeda , antara lain :
Pendekatan umum :
1. penalaran filosofis = kesimpulan
Walaupun mempunyai keterbatasan dalam mengkajinya, intelek (rasio) - yang merupakan sebagian dari intelgensia kecerdasan- dapat juga membawa kita menuju keyakinan positif tentang keilahian . Dengan analisis dialektika dan estetika kita menyadari perlu bahkan harus adanya Tuhan dalam semesta ini. Kemudian melalui argumen apologia(hujah/dalil pembenaran keyakinan)dan sikap metanoia(pengarahan rasio menuju keimanan) kita berusaha untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Dengan cara demikian kita sudah dapat menempatkan akal kita pada posisinya yang tepat yaitu sebagai pendukung bagi keimanan dan penguat untuk ketaqwaan kita dan bukan sebaliknya justru malah menentang kebenaran dan bahkan menyangkal keilahian .
2 .keyakinan dogmatis = kepatuhan
Walaupun memiliki kesederhanaan dalam menerimanya, namun haruslah diakui sebagian besar dari kita meyakini masalah keilahian ini dikarenakan kita sejak kecil memang sudah dibentuk dan dikondisikan untuk mempercayainya secara dogmatis melalui doktrin agama yang kita anut. Hendaklah hal ini tidak disikapi sebagai perolehan yang naif ; bahkan sebaliknya justru kita harus mensyukurinya dikarenakan karunia keimanan tersebut sudah dapat kita terima semenjak usia dini sehingga kita segera dapat menjalani kehidupan ini dalam pedoman ketaqwaan yang sudah lebih dahulu terarah dibandingkan orang lain yang mungkin dibesarkan dalam lingkungan yang tidak kondusif untuk itu .
3. penempuhan mistis =
Walaupun masalah keIlahian dan juga keagamaan seharusnya dihayati secara sadar dan tulus serta dijalani secara benar dan tepat berdasarkan
Perbandingan pendekatan autentik =
Filsafat : Kami tidak menggunakan paradigma filosofis
Agama : Kami tidak menggunakan paradigma dogmatis
Mistik :Kami tidak menggunakan paradigma mistis
Pendekatan lain :
Terdapat 2 :
4. penyesuaian estetis =
Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem
Kami tidak menggunakan paradigma estetis
5. kepentingan hegemonis =
Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem
Kami tidak menggunakan paradigma politis
Pendekatan baru :
Terdapat 2 :
6. penempuhan humanistis =
Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penem ® kebebasan
Kami tidak menggunakan paradigma humanistis
7. penempuhan dianektis =
Walaupun memerlukan kesungguhan perjuangan dan terutama karunia ‘keberuntungan’ untuk mencapainya,seorang penempuh yang tulus dalam mencari dan menyelami realitas kebenaran dalam samodera kehidupan ini mungkin saja – jika Tuhan menghendaki – akan mampu mengalami transformasi psikologis bahkan spiritual yang membawanya kepada kesadaran intuitif kepada keilahian dan juga kearifan dalam kebenaran dan kebijakan hidup. Hal mana yang kemudian akan segera menghapus keraguan yang terkadang mungkin sempat mengusik benaknya dan bahkan selanjutnya akan semakin mempertegas keyakinan terhadap keilahian dan Dharma kebenaranNya yang senantiasa dipertahankan dalam perjalanan kehidupan ini. Melalui proses individuasi yang intensif para penempuh mengalami realisasi diri - melampaui individualitas dirinya yang picik dan licik dan untuk selanjutnya memasuki tahapan universal secara sadar dan tulus dalam mengkuduskan kehidupannya dalam Dharma kebenaran Ilahi..
Kami tidak menggunakan paradigma filosofis ® ketepatan
Dipathera : Dhamma dipatera > atta dipathera / loka dipathera.
Pengajuan & Pengakuan :
· Pengajuan → hipotesis : paradigma alternatif
®Perlunya pandangan absolut
Agaknya kita memang memerlukan suatu kejelasan perspektif dari pandangan filosofis yang komprehensif dan multidimensional untuk dijadikan standar pedoman dalam mensikapi keserbanekaan mozaik kebenaran yang ada beserta metode realisasi yang operasional dan praktis untuk dijadikan panduan dalam menjalani spiritualitas dalam kompleksitas kehidupan aktual kita. Katakanlah hanya sebagai estetika standar yang integral dan universal bagi para penempuh spiritualitas dengan segala perbedaan latar belakang agama dan kepercayaannya agar dapat menjalani kaidah spiritualitas yang sesungguhnya dengan tanpa mengubah atau mencabut seseorang dari latar belakang pandangannya semula dikarenakan memang risalah tersebut bukan ditujukan untuk membentuk faham baru atau bahkan menentang faham lama yang justru akan mengacaukan dan menyesatkan namun bahkan justru sebaliknya semakin meningkatkan perspektif spiritualitas yang dianut serta menunjang pelaksanaan religiusitas keyakinannya masing-masing. Katakanlah ini hanya sebagai suatu metodologi terobosan semacam yoga- scientific religion atau religious science – yang bukan merupakan agama dan tidak juga menentang agama. Sains yang luwes untuk dijalani secara benar namun tanpa dogma yang harus diyakini secara tegas. Sehingga bisa diterima oleh siapapun juga baik bagi setiap penganut agama, mistisi ,filosof bahkan seorang berpandangan atheis atau skeptis sekalipun yang hanya ingin sekedar mengerti ataupun yang kemudian merasa perlu untuk menempuh dan membuktikan sendiri kebenarannya.
Secara ideal paradigma tersebut haruslah
Kriteria ideal paradigma :
1. Kebenaran Mutlak yang sesuai dengan kenyataan sesungguhnya ; tidak sekedar
2. Memungkinkan penempuhan yang berkelanjutan tidak sekedar
3. Mencakup pemberdayaan keseluruhan secara detail tidak sekedar global
Spiritualitas adalah suatu aktualisasi tindakan yang menyeluruh bukan sekedar transformasi pengertian saja ; dimana didalamnya perlu diperhatikan keseimbangan dan keberimbangan dalam pelaksanaannya. Walaupun memang kita seharusnya polos untuk selalu bersifat spontan dan autentik dalam mengaktualisasikan spiritualitas dalam kehidupan nyata namun sebaiknya juga perlu sadar untuk tetap menjaga sikap harmonis dan simpatik dalam berinteraksi secara estetik dan bijak dengan lingkungan keberadaan kita. Karena kesadaran akan proporsionalitas bagi ketepatan beraktualisasi suatu saat mungkin saja kita dapat menjadi tampak inkonsisten namun seharusnya kita tetap berusaha menjaga agar selalu konsisten pada kebenaran realitas . Disamping itu spiritualitas seharusnya juga memperhatikan totalitas holistik keberadaan alamiah dengan tidak terlalu ekstrem menekankan satu aspek polaritas bagian diri dan menyangkal bagian lainnya. Dalam penempuhan spiritualitas sangat diperlukan keberadaan harmonisasi diri yang utuh. Spiritualitas yang dewasa dan sejati harusnya bisa mencakup dan bahkan melampaui segala ekstrem ; dan bukan malah membentuk ekstrem baru sehingga keberadaannya sangat bermanfaat dalam membantu kita untuk memahami dan mengatasi masalah dan bukan sebaliknya malah menambah masalah baru yang lebih parah .Transformasi spiritualitas hendaknya juga dilakukan dengan memperhatikan kompleksitas keberadaan manusiawi kita sebagai pembumi; sehingga tidak semua konsepsi ajaran aranyaka dharma (pengetahuan dari hutan - kebijaksanaan pertapa)merupakan sanatana dharma(kebenaran realitas) yang bisa secara langsung dan mudah diterapkan bagi semua orang , terutama para praktisi awam yang juga harus menghadapi kompleksitas eksistensial karena keberadaannya. Hakekat Paramatha ( Ajaran kebenaran sejati )jika memang perlu disampaikan seharusnya juga dibahas secara utuh dan menyeluruh hingga jelas terfahami ; karena jika tidak pasti lah akan terjadi kesalah mengertian pemahaman akan maksud yang sesungguhnya dari sistem ajaran tersebut. Si penempuh yang walaupun mungkin sangat tulus namun karena ketidak- mengertian tersebut malah dapat salah arah dan berakibat fatal bagi penyesuaian kehidupan pembumian ,pertumbuhan kedewasaan dan bahkan kemungkinan pencerahannya .
Mengingat luasnya kajian tersebut idealnya karya tersebut haruslah dituliskan oleh
Perlunya Kriteria ideal penulis :
1. Tuhan sendiri
2. Penyeru /Pemandu Pilihan : Rahni Ilahi ® Para Nabi yang terevilasi , para Suci yang terilluminasi
3. Kelayakan : Karani kathani ® yogi/sufi ‘first hand’ , filsuf / fuqoha ‘authoritas’ , hukama
Sampai sejauh ini
sejumlah Peneliti Kebenaran – seperti : Ibn Arabi, Osho,Khrisna Murti, Anand Khrisna, George Gurjieff , Vernon Howard, dan masih banyak lagi para mistisi timur dan filsuf barat - menyadari kenyataan tersebut .dan kemudian mereka secara spontan dan autentik tampaknya berusaha menjabarkan mozaik kebenaran-kebenaran yang tersebar tersebut dalam perspektifnya yang tepat. mereka mengulas banyak hal, seperti: Kajian literatur mistik kuno,bahasan kitab suci dan ajaran agama-agama besar, pandangan terhadap filsafat dan psikologi kontemporer serta pengamatan terhadap kehidupan aktual nyata. Pandangan – pandangan tersebut sedikit-banyak membawa kejelasan dan pencerahan kesadaran baru atas hakekat sesungguhnya dari Realitas Kebenaran. Namun sangat disayangkan tampaknya mereka melupakan satu permasalahan paling mendasar dan menyasar yang sesungguhnya justru paling penting untuk dipaparkan kepada pemerhati spiritualitas awam seperti kita yaitu dengan tidak memberikan semacam wawasan panduan praktis yang sistematis dan menyeluruh mengenai sistem filosofi dan metode realisasi yang benar dan jelas sebagai kesimpulan akhir dari segala pembahasan aneka aliran spiritualitas tersebut .Sebagian besar tulisan dan ceramah mereka masih berputar-putar pada kajian tentang pembenaran visi dan misi dari setiap ajaran /pandangan yang ada tetapi hampir tidak diajukan intisari kebenaran global yang terdapat di dalam keseluruhan pembahasannya ataupun hanya sekedar memaparkan ulasan kritis tentang sistem kehidupan kontemporer dewasa ini namun nyaris tanpa pengajuan solusi yang bisa kita jadikan acuan dalam pembumian kehidupan kita secara nyata.
Dikarenakan para pakar peneliti kebenaran yang sangat kompeten dan kita andalkan dalam permasalahan spiritualitas sama sekali tidak merangkumnya , maka dengan segala keterbatasan pengertian yang ada penulis memberanikan diri mengajukan karya ini ke hadapan pembaca. Katakanlah ini hanya rintisan pembuka dari seorang awam agar di kemudian hari bermunculan buku-buku risalah pemandu yang lebih berkualitas dan semakin sempurna oleh para pakar yang lebih layak untuk hal ini.
· Pengakuan → penulis bukanlah orang tepat yang layak mengungkapkan masalah spiritualitas kepada umum.
Pengakuan realitas =
Bukan kriteria ideal penulis :
1.Tuhan
2. Pilihan : Rahni Ilahi ® Para Nabi yang terevilasi , para Suci yang terilluminasi
3. Kelayakan : Karani kathani ®
® Orang awam yang menempuh dan ingin ,sharing’ feedback
Sesungguhnya penulis bukanlah orang tepat yang layak mengungkapkan masalah spiritualitas kepada umum. Dikarenakan untuk menyampaikan masalah tersebut harusnya hanyalah pribadi tak tercela yang bisa diteladani prilaku kehidupannya dan dalam penempuhan spiritualitasnya telah mampu mencapai Pencerahan sempurna – setidaknya sudah memperoleh hasil kemajuan spiritualitas yang cukup tinggi . Sedangkan Penulis hanyalah seorang pencari yang cuma memiliki sedikit pengetahuan intelektual olahan mengenai spiritualitas yang dasar pengertiannya diperoleh dari sekian literatur dan informasi yang diberikan oleh orang lain sedangkan pengalaman dan keberadaan penulis yang sesungguhnya hampir tanpa mampu menjalani penempuhannya sehingga sama sekali tidak memenuhi persyaratan tersebut . Sama sekali bukanlah ‘prestasi’ yang membanggakan maupun ‘prestise’ yang mengesankan bagi seorang penulis masalah spiritualitas. Dan ini bukanlah basa-basi dari suatu kerendahan hati namun memang merupakan kenyataan sesungguhnya yang tidak akan penulis tutupi kebenarannya. Tak ada gunanya menipu diri sendiri maupun orang lain dengan menyatakan dan menganggap diri sendiri sebagai kebalikannya. Terkadang kejujuran dan keterbukaan memang diperlukan bukan saja demi kebaikan orang lain namun terutama juga demi kelegaan diri untuk kemudian mampu lebih lancar membahas permasalahan yang akan diutarakan.dikarenakan tiada lagi beban maupun kedok penutup kebohongan untuk selalu terus disembunyikan. Bukankah Tuhan Yang Maha mengetahui baik yang tampak dan tersembunyi selalu mengawasi kita ? sehingga dusta walaupun mungkin dapat membawa kita dalam suatu kemuliaan semu dihadapan manusia namun sungguh sama sekali tidak sebanding dengan kenistaan kita dihadiratNya.
Oleh karena itu sebelumnya izinkan kami menyatakan kejujuran ini kepada anda bahwa penulis ini sesungguhnya tidaklah lebih baik dari anda sebagai pembaca; bahkan kemungkinan besar justru malah sebaliknya. Mengingat pengetahuan dan pembicaraan sesungguhnya sama sekali tidaklah selalu menunjukkan keberadaan sebenarnya . Sehingga dalam pembahasan nanti bisa diibaratkan bagaikan seseorang yang menunjukkan jari kedepan orang lain dalam berbicara dimana walaupun satu jari telunjuk tersebut mengarah kepada pembaca namun sesungguhnya empat jari mengarah kepada si penulis sendiri. Maksudnya penulislah yang sebenarnya lebih memerlukan kebenaran tersebut daripada pembaca.. Jadi tak perlu tersinggung dan merasa tidak nyaman karena merasa ‘ digurui’ oleh orang yang memang sebenarnya tidak pantas. Kebenaran tetaplah suatu Kebenaran walaupun orang hina yang menyatakan ; ketidak-benaran tetaplah ketidak-benaran walaupun seorang raja yang mengatakan.jadi Simaklah kebenaran yang ditunjukkan dan bukan jari si penunjuk tersebut.- demikian kata orang bijak yang seharusnya kita camkan bersama dengan tanpa maksud sedikitpun dari penulis untuk membela diri . Kebenaran adalah kebenaran ; dan kebenaran sesungguhnya merupakan suatu kenyataan ilahiah yang bebas sama sekali dan tidaklah bisa dimanipulasikan sebagai pembenaran identitas ataupun autoritas pemilikan bagi suatu pribadi atau pandangan dari suatu sistem tertentu saja walaupun setinggi atau serendah apapun kita mengidentifikasikan anggapan atas diri dan golongan kita sendiri.Dan sesungguhnya buku ini terutama memang ditujukan sekedar untuk media katarsis dan resume analisis dari pencarian kebenaran selama sekian tahun yang perlu tersusun bagi penulis sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan jika kemudian sejumlah informasi yang diberikan bisa juga dijadikan sebagai referensi pelengkap bagi pengetahuan maupun penenpuhan yang anda lakukan. Daripada menjadi ‘api dalam sekam’ yang meresahkan diri sendiri adalah lebih baik untuk mengungkapkannya kepada sesama karena walaupun mungkin hal ini terasa begitu memalukan namun demikian seperti lilin yang membakar dirinya sendiri penulis masih dapat berharap bahwa nyala kecilnya sedikit banyak akan mampu memberikan terang bagi para pencari kebenaran yang memerlukannya. Demikianlah akhir kebimbangan dan awal pengungkapan dari literatur ini.
Kemudian dengan menepis rasa malu dan ragu, kami akhirnya mulai menuliskannya. Dan bagaikan hanya menabur mimpi, penulis tidak perduli apakah kemudian akan ada penerbit yang bersedia menyebar-luaskan karya yang mungkin tidak cukup ‘marketable’ untuk dijual dikarenakan autoritas dan identitas keberadaan penulis yang ‘kurang-meyakinkan’; dan jika ternyata kemudian ada penerbit yang bersedia mencetak dan memasarkannya penulis juga tidak perduli apakah kemudian buku ini kemudian cukup menarik untuk dibeli dan dibaca oleh para pencari kebenaran yang memerlukannya ; dan jika seandainya saja buku ini kemudian tidak disambut dengan baik sekalipun penulis akan siap menerimanya. Yang jelas penyelesaian tugas ini harus segera tergenapi karena mungkin hanya karya kecil ini satu-satunya persembahan sederhana yang bisa penulis berikan pada kehidupan ini kepada Tuhan dan bagi dunia, khususnya anda sebagai pemerhati masalah spiritualitas.
Bukan Kriteria ideal paradigma :
1. Kebenaran Mutlak yang sesuai dengan kenyataan sesungguhnya ; tidak sekedar
2. Memungkinkan penempuhan yang berkelanjutan tidak sekedar
3. Mencakup pemberdayaan keseluruhan secara detail tidak sekedar global
® Pandangan hipotesis
Segala bahasan dan ulasan dari buku ini sesungguhnya bukanlah rhetorika penulis yang ditujukan untuk memanipulasi anda agar langsung menerima dan membenarkan segala wacana yang dipaparkan. Bahkan penulis justru mengharuskan kepada para pembaca untuk senantiasa kritis mengkaji literatur ini dengan kecerdasan nalar dan kejernihan nurani agar senantiasa terjaga dari kesesatan dikarenakan walaupun sesungguhnya penulis senantiasa mengharapkan perlindungan Tuhan agar diberikan keahlian dan kearifan dalam memilah dan memilih kebenaran dari kesesatan yang mungkin disengaja ataupun mungkin tidak disengaja dan untuk itu melalui usaha semaksimal mungkin dalam merangkum permasalahan spiritualitas selama sekian tahun ini; penulis tetap berkeyakinan karya ini masih jauh dari kesempurnaan dan bahkan tidak menutup kemungkinan banyak terdapat kekurangan bahkan bisa jadi kekeliruan yang terdapat didalamnya dikarenakan keterbatasan penulis dalam menganalisis suatu permasalahan. Singkat kata, buku ini hanyalah karya sederhana seorang anak manusia yang memiliki keterbatasan untuk disikapi secara jeli dalam mengkajinya.. Dan untuk menjaga kemungkinan dari penyesatan yang mungkin saja secara tidak disadari akan terjadi maka buku ini dilengkapi juga dengan Kuis dianektisi pada akhir pembahasan untuk diisi sesuai dengan pandangan anda sendiri. Anda boleh mengisi apapun juga sesuai dengan keyakinan ataupun keinginan anda sendiri – walaupun itu mungkin saja berbeda sama sekali dengan sejumlah pandangan yang dipaparkan penulis. Kuis – yang merupakan penerapan dari Sistem majeutice dari seorang filsuf terkemuka bernama socrates ini – dimaksudkan agar anda bisa menentukan cara memandang dan menjalani kehidupan ini. Kebenaran harus lahir secara otentik berdasarkan kesadaran anda sendiri . Dikarenakan tanggung jawab eksistensialitas seorang pribadi dibebankan pada pundak dirinya sendiri maka sudah selayaknya kebebasan menentukan keputusan bagi perjalanan kehidupannya sepenuhnya juga berada di tangannya sendiri .Keberadaan buku ini bisa dikatakan hanyalah sebagai bidan yang mencoba membantu anda untuk menghadirkan kesadaran tersebut ke permukaan agar kemudian anda bisa menentukan kepastian bagaimana anda selanjutnya mensikapi dan menjalani kehidupan anda sendiri. Uraian dalam pembahasannya tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi pilihan anda dalam menentukan keputusan jawaban namun hanya sebagai perspektif pelengkap dalam memperluas wawasan anda akan adanya sekian banyak sudut pandang dalam memahami setiap aspek kehidupan yang sama dari kebenaran yang satu tersebut. Oleh karena itu kuis tersebut bisa juga digunakan baik sebagai batu ujian pemantapan bagi para penganut dari sistem tertentu maupun penentuan sikap hidup bagi para penempuh ataupun sekedar referensi wawasan bagi para pembaca biasa. Kebenaran Mutlak hanyalah milik Tuhan dan hanya pada kuis ini anda diberi privacy kebebasan untuk menafsirkannya sendiri secara autentik dan subyektif dimana tidak satupun jawaban yang bisa dikatakan benar atau salah – jadi segalanya terserah anda dan seluruhnya tergantung Dia.
Pengharapan :
· Kemanfaatan → sesama Pencari Kebenaran,Penempuh Kehidupan,Pemerhati keabadian,Pengamat Kenyataan
Dengan segala keterbatasannya kami berharap akan sangat bermanfaat sebagai referensi panduan maupun sekedar literature wawasan bagi para pembaca yang mungkin terpilah dalam 4 (empat) kelompok berikut :
(1) Pencari Kebenaran :
Walaupun pada hakekatnya setiap kita adalah pencari kebenaran ; namun yang kami maksudkan disini adalah
sesungguhnya target pertama dan terutama dari maksud dan tujuan penulisan buku ini adalah .sebagai referensi pustaka bagi mereka. Para truth seeker,dharma sekha , pembelajar dan pemberdaya diri,
(2) Penempuh Kehidupan, :
Kita semua
(3)Pemerhati keabadian, :
Tidak semua manusia
(4) Pengamat Kenyataan :
Dalam eksistensialitas kita
· Pensikapan → Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ;
Untuk kesekian kalinya penulis berharap ,hendaklah sebagai pembaca sekaligus penempuh anda tetap senantiasa terbuka dan terjaga dalam memahami dan mensikapi permasalahan. Terbuka dalam pengertian reseptif dalam memahami suatu dialektika bahasan suatu permasalahan ; namun sekaligus juga bersikap terjaga untuk tidak harus menerimanya mentah-mentah sebagai pandangan yang benar dimana kemudian anda tidak harus menyetujuinya sebagai pandangan yang anda ambil.
Sikap terbuka dan sekaligus terjaga ini seharusnya senantiasa anda jalani dalam segala hal ; termasuk di dalam mengkaji literatur ini. Walaupun sesungguhnya penulis senantiasa mengharapkan perlindungan pada Tuhan agar Dia senantiasa memberikan petunjuk supaya kami mampu untuk senantiasa menyatakan hanya kebenaran saja dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyusunnya dalam kejelasan pada seluruh bahasan di lieratur ini ; namun penulis tetaplah mengakui dan merasakan tidak seluruhnya dari risalah pandangan ini merupakan kebenaran yang harus diyakini . Karya ini - sebagaimana mungkin juga karya manusiawi lainnya - masih memiliki banyak kekurangan untuk diisi, kekeliruan untuk diperbaiki , dan keterbatasan untuk disempurnakan. Oleh karena itu tetap sangat diperlukan kedewasaan dari pembaca sendiri dalam mensikapi dan menerima ulasan sehingga mampu memilih dan memilah sesuai dengan kemanfaatan yang diperlukan.
· Pengertian ®kebenaran hanyalah karena Tuhan; kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri .
Seandainya ulasan yang terungkap sungguh merupakan kebenaran ; maka kebenaran itu hanya karena hidayah Tuhan semata dikarenakan Dialah sesungguhnya sumber dari segala kebenaran yang ada sehingga tiada hak bagi penulis untuk menyatakan kebenaran ini dikarenakan upaya diri sendiri. Namun jika dalam pengungkapan terdapat kekurangan dan kekeliruan atau bahkan mungkin penyesatan ; sesungguhnya kelalaian tersebut disebabkan karena keterbatasan manusiawi penulis sendiri yang tak tersadari ; dan dengan tetap selalu mensucikan Tuhan Yang Maha Benar dari segala kesalahan ulasan pembahasan pada buku ini.-adalah haq bagi kami untuk mengakui kekeliruan tersebut sebagai kesalahan yang berasal dari diri pribadi penulis sendiri . Semoga Tuhan mengampuni dan pembaca bisa memaklumi.
Terakhir ; Selamat Membaca .
BAB I =
REFERENSI = Pengertian
Prolog = Hipotesis Paradigma :
Referensi ini kami jadikan dasar awal dalam pengkajian paradigma Dhamma dipathera (pendekatan kebenaran absolut) ini. Dhamma dipathera tidak sekedar pembenaran loka dipathera saja ataupun atta dipathera belaka. Kami berharap wawasan paradigma yang tersaji cukup akurat untuk memuaskan akal agar kemudian kita merasa perlu untuk bersegera menempuh realisasi tindakan pemberdayaan diri dan sekaligus pembuktian bagi hipotesa yang dipaparkan. Pantha-Rei , biarkan segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya.
Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan .
Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini.
asumsi pensikapan : terbuka & terjaga
Sikap terbuka dan terjaga adalah perpaduan sikap yang tampak saling bertentangan satu sama lain namun sesungguhnya sikap ilmiah ini saling melengkapi satu sama lain.
Jika anda terlalu terjaga anda akan cenderung untuk tidak mempercayai wacana apapun juga dan tidak memperdulikan dampak penolakan tersebut untuk kemudian secara spontan langsung menolak suatu pandangan tertentu. Anda akan terhindar dari keterpedayaan yang akan merugikan anda dan sekaligus terhalangi juga dari keberdayaan yang akan berguna bagi anda. Sikap selalu terjaga mungkin memang sikap yang paling aman namun juga paling stagnan. Jika system 100 % aman kemungkinan besar system tersebut tidaklah berjalan. Bagaikan katak didalam tempurung sikap terjaga bisa diibaratkan sebagai tempurung yang menutup segala masukan
Sebaliknya Jika anda terlalu terbuka anda akan percaya begitu saja akan kami. Sikap ini mungkin sangat riskan .
Kisah keterjagaan & keterbukaan :
Ali b Abi Tholib :
® terbuka untuk siaga menghadapi dalam segala kemungkinan yang mungkin terjadi.;
‘kalama sutta’ :
® : selama belum ada realita yang membuktikan kebenarannya ; segalanya barulah hipotesa.
terjaga untuk hanya menerima kebenaran melalui penempuhan dan
Edward S Bono mengutarakan suatu kata tanggapan “Po” sebagai alternatif jawaban spontan “ya” atau “tidak”. Segala hiPOthesis (pandangan ) adalah Possible (mungkin). Mungkin Ya , mungkin juga tidak. Bisa “Ya” jika memang benar adanya; bisa “Tidak” jika memang tidak demikian nyatanya. Sikap PO ini tidak menuntut anda untuk segera mempercayai ataupun menyangkal segala sesuatu sebelum nyata kebenarannya. Tetap terjaga karena selama belum ada realita yang membuktikan kebenarannya; segalanya barulah hipotesa.namun juga terbuka untuk tetap senantiasa bersiaga menghadapi dalam segala kemungkinan yang mungkin terjadi.dengan mempersiapkan keberdayaan diri yang diperlukan. Segalanya ada waktunya. Kebenaran tetap akan terjadi walaupun kita tidak meyakininya, kenyataan tetap akan terjadi walaupun kita tidak menginginkannya. Pandangan perlu dibuktikan keabsahannya. Kesejatian perlu diberdayakan untuk kesiagaannya. Kehidupan perlu diusahakan untuk kesuksesannya. Pilihan perlu ditentukan untuk kepastiannya. Tindakan perlu dilakukan untuk pemenuhannya,
1) GNOSIS : Keakuratan paradigma (W) :
prolog : KeIlahian ?
Kehidupan yang sejati seharusnya menyandarkan pada Kebenaran Absolut yang nyata bukan sekedar pembenaran keinginan subyektif ego (atta dipathera) semata ataupun keyakinan relatif pandangan superego (loka dipathera) belaka. Oleh karenanya diperlukan Premis Pandangan yang benar (setidak-tidaknya tepat) untuk memahami realitas kebenaran abadi dan fenomena kenyataan sebagai dasar acuan kita dalam mensikapi dan menjalani hidup ini.
Berbicara tentang Kebenaran dan keMutlakan membawa kita pada pandangan tentang KeIlahian yang dimuliakan dalam risalah religiusitas agama tradisional dan spiritualitas mistik esoteris serta dalam sejumlah pandangan filsafat dan estetika yang sebagian besar memandangnya dipandang sebagai Sumber Mutlak kebenaran dalam dogma,wacana maupun hipotesa theologinya masing-masing..
KeIlahian dalam Agama + Mistik & Filsafat + Ethika =
Mediteran : Yahudi – Kristen – Islam : Ibrahim ,Musa , Daud , Yesus dan Muhammad & Mistisme Kabala , Esena dan Sufisme
India ‘Hindustan” sebagai negeri mistis dan filsuf timur melahirkan kultur religi hinduisme yang beragam , termasuk juga Buddhisme, & Sikh . Mistisme Yoga . Cina Taoisme. Babilonia Zoroaster . Mesir Ikhnaton.
Perenialist , Theosofist
konsideran asumsi 3 ;
Sebelumnya kita simak dulu sejumlah sikap pandang manusia mengenai permasalahan keTuhanan ini beserta dialektika pensikapan
(1) mempercayai atau mengingkari KeIlahian? ® Konsep Menerima :
Konsep Mengingkari :
Sejumlah filsuf empiris , rasionalist > vitalist , atheist,
Konsep Mempercayai :
Sejumlah filsuf religius > positivist agnosis,
® Konsep Menerima :
Prinsip terbuka untuk mempercayai kemungkinan adanya ‘keMutlakan’ / keIlahian.
Atheisme adalah kemustahilan ontologis . Atheisme adalah tempurung Osho. Mulhad
(2) Menerima KeIlahian secara familiar atau absolut? ® Konsep Tauhid =
Umumnya terdapat 2 (dua) sudut pandang dasar dalam mensikapi keTuhanan , yaitu secara familiar dan absolut
Konsep familiar : Sudut pandang yang familiar memandang Tuhan; keberadaanNya secara pasti dapat dipersonifikasikan secara akrab dan juga kehendakNya secara positif dapat diidentifikasikan. walaupun pada prakteknya Pandangan yang terlalu familiar tentang keTuhanan tepat dikarenakan memungkinkan adanya hubungan antara makhluk dengan Tuhan yang berpribadi dan mudah difahami. Sayangnya, seringkali cara pengenalan Tuhan dipersonifikasikan secara naif sesuai dengan anggapan dan kepentingan pandangan tersebut yang terkadang menyebabkan idea keTuhanan dan kebenaranNya malah menjadi ‘rentan’ terhadap aneka kekacauan identifikasi yang membataskan sesuai dengan anggapan keyakinan dan atau bahkan sekedar keinginan kita sendiri. Sehingga Tuhan menjadi terrendahkan secara kasar karena ke”terbatas’annya tersebut dan seakan justru menimbulkan kesan hanya memanipulasi kekudusan idea keTuhanan dan keluhuran idea Dharma demi kepentingannya sendiri.
Konsep Absolut ;
Sejumlah besar filsuf cenderung untuk lebih memandang Tuhan dalam aspek transendentalNya. Karl Jaspers,sebagai contoh, menyatakan kepercayaan (Faith) adalah transendensi. Ketidak percayaan transendental keTuhanan akan membawa kita kepada nihilisasi,demonologi dan deifikasi.
1. nihilisme : menganggap segala sesuatu {termasuk Tuhan } nihil .
2. demonologi :
3. deifikasi :
Namun demikian Jaspers juga menyatakan chiffers ; semacam : inspirasi (keilhaman) , revilasi (pewahyuan) , illuminasi.(pencerahan)
Sudut pandang yang absolut memandang Tuhan begitu sempurna untuk dapat difahami, sehingga segala pengenalan yang pasti dan positif tentang Tuhan sesungguhnya adalah mustahil. ignoramus,ignorabimus (kita tidak mengenalNya,dan tidak mungkin akan mengenalNya]- demikian kata seorang filsuf bernama Dubois. Pandangan ini kemudian tumbuh dan berkembang menjadi aliran agnostisme. Mengakui keberadaan Tuhan (yang Absolut) namun meragukan keabsahan agama dengan Tuhan yang didogmakan sangat familiar. Pandangan yang terlalu absolut tentang keTuhanan walaupun pada hakekatnya tampak benar dikarenakan dalam hal esensiNya memang Tuhan bebas dari penyerupaan dengan wujud makhluk. Namun hal ini menyebabkan hubungan kita dengan Tuhan sebagai Landasan dan Tujuan bagi spiritualitas justru menjadi terlalu absurd. Tuhan menjadi begitu jauh diluar jangkauan pengertian sehingga tidak memungkinkan sama sekali adanya hubungan diantara keduanya. Tuhan yang terlalu dipandang transenden absolut malah menjadi ‘asing- tak dikenal’. Sehingga Tuhan menjadi tersingkirkan secara ‘halus’ justru karena kesempurnaanNya. Pandangan ini begitu ironis seakan malah disalih tafsirkan memiliki maksud tersirat untuk menyangkal mampu dan perlunya hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
® Konsep Tauhid =
Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan.
Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia
Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih;
kau berada di jalan Tauhid yang benar
Sufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).
Prinsip Tauhid ini tampak bisa menjembatani 2 (dua) ekstrem cara memandang keIlahian Tuhan.® Konsep Tauhid = Prinsip tengah untuk mempercayai kemungkinan
(3) Menerima keIlahian secara Tauhid sebatas pengertian atau peribadahan?®Konsep Ehipasiko: Prinsip penempuhan dianektis
Mahatma Buddha tampaknya lebih menitik beratkan spiritualitas dalam penempuhannya daripada sekedar membicarakan dan memperbincangkan teorinya saja sehingga kemudian dia tidak ingin berspekulasi dan terjebak dalam rimba perselisihan pendapat konseptual yang tidak begitu perlu ketika seseorang menanyakanNya tentang hakekat Tuhan . Dia hanya meletakkan telunjuk di bibirnya.sebagai ‘jawaban’. Mungkin karena ini masalah keTuhanan hampir tak pernah disebut-sebut dalam ajaran Buddhisme ; sikap ini kemudian sering disalah tafsirkan sebagai penegasan bahwa ajaran Buddhisme menyangkal adanya Tuhan. Padahal sesungguhnya dengan sikap tersebut Buddha mengisyaratkan jawaban bahwa Tuhan yang Maha Esa itu ada namun Dia terlalu sempurna untuk digambarkan dengan kata-kata..
Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda :
O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak
Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu.
Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut. Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada masalah pencerahan spiritual
Prinsip penempuhan dianektis melalui hipotesa sementara pengertian dialektis
1) Bagi Atheist :
2) Bagi Mu’min yang Familiar :
3) Bagi Mu’min yang Absolut :
· perspektif insaniah 4 (3 + 1);
perspektif insaniah 4 (3 + 1);
Jendela Pengamatan Manusiawi : Jnana – Bhakta - Karma
+ Turiya : ® : Metafisik ; Spiritual ; Robbaniah
manusia memberikan bingkai persepsi keIlahian dengan menghayati Tuhan sebagai kebenaran dalam pengertian intelektualnya yang kemudian direalisasikannya dalam jalan pengetahuan (jnana yoga); sebagai keindahan dalam pengertian emosional yang kemudian direalisasikannya dalam jalan kebaktian (bhakta yoga) ; sebagai kebaikan dalam pengertian aksional yang kemudian direalisasikannya dalam jalan perbuatan (karma yoga).
Osho menambahkan jendela pendekatan intuitif mistik sebagai jendela keempat (Turiya) untuk merealisasikan keIlahian tersebut melalui kesadaran langsung
formulasi konsep 3
· konsideran asumsi 3 ;
(keberadaan; kenyataan ; kebenaran ); ® KeIlahian dalam wujud,kuasa dan kasih .
Dengan tanpa maksud sedikitpun untuk mencabut anda dari kepercayaan dogmatis ataupun bahkan pandangan atheistik yang telah anda yakini sekalipun, berikut ini akan kami paparkan gnosis dasar spiritualitas esoterik mengenai keTuhanan,Keabadian dan kehidupan melalui pendekatan filosofis. Pandangan ini kami ajukan bukan hanya untuk menjaga netralitas dan obyektivitas pembahasan dari keberfihakan pada suatu ajaran atau faham tertentu ataupun hanya berdasarkan kecenderungan perkembangan pandangan filosofis dewasa ini. namun juga dikarenakan adanya sejumlah keidentikkan kedalamaman perspektif esoteris yang terdapat pada sekian banyak ajaran religi dan mistik tradisional yang tampak berbeda pada eksoteris di permukaannya.
Trilogi KeIlahian : Wujud keberadaan; Fakta kenyataan ; Nilai kebenaran
® Realitas KeIlahian dalam Wujud, Kuasa dan Kasih.
® Trilogi KeIlahian : Wujud keberadaan; Fakta kenyataan ; Nilai kebenaran
Dhamma dipathera haruslah selaras
® Realitas KeIlahian dalam Wujud, Kuasa dan Kasih.
1) Kaidah Wujud = Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk ) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.
2)Kaidah Kuasa = Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuran ilahiyah laten deitasNya melingkupi segala sesuatu (immanent) namun kekudusan Dzat MutlakNya tak terjangkau oleh apapun atau siapun juga (transcendent) ® monotheistic x pantheistic,
3)Kaidah Kasih = Tuhan adalah Hakekat yang merupakan pangkal dan akhir segala yang ada. Segalanya berada dalam kuasa kehendakNya
Dalam ketentuan kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dengan dhamma kenyataan. Segala nya berada dalam PengaturanNya
Dalam kehendak kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ; Segalanya berada dalam PemeliharaanNya
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan (w) :
Kaidah Wujud :Tuhan (kholik) sebagai wajibul wujud ; (makhluk ) adalah mumkimul wujud
®Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.
Premis Dasar
1. Hipotesis keBeradaan Tuhan :
Kaidah Wujud :
Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk ) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan , segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.
Tuhan adalah Wujud Mutlak (al wujud al muthlaq) Wujud yang keperiadaanNya wajib ada – karena jika tidak ada maka segala perwujudan lain (makhluk) yang hanya bersifat relatif dan mungkin (al wujud al mumkinat) tak mungkin ada juga. Tanpa apapun,Dia bisa ada maujud ; namun Tanpa Dia tiada sesuatupun yang maujud. Dia adalah Hakekat yang merupakan pangkal dan akhir segala yang ada.
® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana
Dhyana Dharma Keberadaan :
Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )
Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
® GENESIS = fase keberadaan (w) : Dhyana Dharma – Dharma Dhyana
Sangkan Paraning Dumadi
Dhyana Dharma Keberadaan :
Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )
Nun ~ Hanya keberadaan Tuhan yang berada dalam Dhyana. tiada apapun jua selain Dia
Nun – Hanyalah Tuhan Keberadaan Absolut . Esa Tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana
Sejumlah filsuf Mistik memandangnya sebagai ketentuan Azali Transendental Tuhan dengan tanpa apapun dan siapapun jua. KeEsaan hanya Tuhan.
Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
Kun – Hanyalah karena Keberadaan Absolut . Semesta keberadaan terjadi dari ketiadaan karena kehendakNya – Dharma Mandala
Kun ~ Hanya karenaNya, segala yang tiada menjadi ada
Karena kasihNya ; Tuhan menghadirkan segalanya . Dimensi ruang dan semesta terwujud, dan Dimensi waktu dan zaman bergerak.
Sejumlah Filsuf Scientist memandangnya sebagai ‘big bang’ emanasi darii suatu keberadaan agung yang memancarkan kemajemukan esensi nya menjadi beraneka ragam keberadaan dalam mandala yang bersesuaian dengan
Sejumlah Religi Mediteran memandangnya sebagai kreasi penciptaan sang Kholik atas setiap makhlukNya melalui proses bertahap dan berkelanjutan
Sejumlah Mistisi Pantheist memandangnya sebagai tanazul perpisahan dirinya dengan TuhanNya. Karena kesadaran keakuan dia membedakan keberadannya dalam keEsaan bersama Tuhannya. Dengan semakin kuatnya fantasi keakuan dan semakin liarnya sensasi kemauan yang mengikutinya dia semakin menjauh dari hadirat keEsaan TuhanNya dalam ilusi mandala keberadaan sebagai figur keberadaan yang semakin individualis. Tanazul Perpisahan ini menimbulkan kehampaan dan kerinduan untuk Taraqqi kemanunggalan kembali.
Awal penciptaan dunia ini adalah kecintaan Tuhan terhadap diriNya dan dalam diriNya. Melalui cintaNya Dia ingin dikenal dan IlmuNya ingin Dia manifestasikan. Demikian pandangan Ibn Arabi dan juga sejumlah aliran mistik theosofis.Cinta merupakan sebab daripada penciptaan (tajalli = manifestasi diri yang satu dalam bentuk-bentukNya yang tak terbatas).
Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Aum – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Segalanya berada dalam Laten Deitas mandala DharmaNya – Strata Mandala
Aum ~ Keberadaan terwujud dalam jagad Qodim Mandala keberadaan sejak masa Azali Mandala Keabadian.
Dalam kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dengan dhamma kenyataan.
Dalam kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ;
Pandangan monistik : Aum-sarvam khalv idam Brahman Esa; demikianlah segalanya berada dalam Brahman
Saat ini dan disini kita berada dalam fase 3.
Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
Kun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Segalanya kembali ke hadiratNya – Dharma Mandala
Kun ~ Hanya karenaNya, segala yang ada kembali tiada.
Karena kuasa Nya ; Tuhan mensirnakan segalanya. Dimensi ruang dan semesta musnah, dan Dimensi waktu dan zaman berhenti.
Sejumlah Religi dan Mistisi memandangnya sebagai Pralaya (kiamat) sebagai pemusnahan sebagian dimensi dan meneruskannya dengan penghisaban , sejumlah mistisi bahkan menyatakan sebagai Maha Pralaya sebagai pemusnahan seluruh dimensi mandala keberadaan. sebagai peleburan total .
Sejumlah Filsuf Religi dan Mistisi memperkirakan kedatangannya secara negatif dikarenakan keingkaran makhluk telah merajalela hingga mencapai puncaknya yang mengakibatkan ketidak harmonisan mandala keberadaan tersebut; sebagian lagi memperkirakan kedatangannya secara positif dikarenakan terjadinya Pencerahan spiritual secara universal yang mengakibatkan transformasi kemurnian mandala .
Fase 5 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut. Esa tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana
Nun ~ dalam kehampaan , tiada apapun jua . Hanya Tuhan yang berada dalam Dhyana.
Sejumlah filsuf mistik memandangnya sebagai ketetapan Abadi Transendental Tuhan dengan tanpa apapun dan siapaun jua . KeEsaan hanya Tuhan.
2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan (k):
Konsep Kuasa :Tuhan adalah Dzat Mutlak (immanent+transcendent) ® monotheistic x pantheistic,
2. Hipotesis KeTauhidan Tuhan :
Konsep Kuasa :
Tuhan adalah Dzat Mutlak yang keluhuran ilahiyah laten deitasNya melingkupi segala sesuatu (immanent) namun kekudusan Dzat MutlakNya tak terjangkau oleh apapun atau siapun juga (transcendent) ® monotheistic x pantheistic,
® MANDALA = tataran keberadaan (k) : Tanazul Makrokosmos – Taraqqi Mikrokosmos
Tanazul Makrokosmos = Dimensi paralel semesta
1) Advaita = mandala transcendent keIlahiyahan (Kasih – Kuasa ) :
Dhyana : ‘mandala’ KeEsaan Mutlak (Dzat) ® “tiada” keberadaan selain Dia. (DIA)
1. Indefinit – Dzat Mutlak Tuhan yang tiada dapat terjangkau dan sebaiknya tetap menjadi misteri yang perlu dan wajib dimuliakan kekudusanNya.
Dharma : ‘mandala’ keEsaan Mutlak yang merealisasikan kenyataan dhamma dan kebenaran dharma ® “sirna” keberadaan selain Dia (ESA)
2. Infinitum – ‘hijab’ kekudusan Kuasa Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kenyataan hanya karenaTuhan
3. Infinitum – ‘hijab’ keluhuran Kasih Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kebenaran hanya karena Tuhan
2) Universe = mandala immanent kesemestaan keabadian (AUM) :
Dimensi Tanazul Terjangkau oleh Taraqqi dalam Wuwei Kesadaran Universal : Esa (ekstase)
1. Dimensi Nirvanik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat ketiadaan diri (kefanaan diri & kebaqoan Tuhan) : annata
2. Dimensi Kosmik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat kosmik
3. Dimensi Spiritual : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat spiritual
Dimensi Tanazul yang terjangkau oleh Taraqqi dengan Zazen Kesadaran Individual : Ego (metode)
4. Dimensi Mental : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan mental keakuan (budhasetra,dll)
5. Dimensi Astral : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan astral kemauan (devata,dll)
6. Dimensi Eterik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan sukma eteris (siluman,dll)
7. Dimensi Fisik : Wilayah kesadaran keberadaan eksistensial figur ‘mental’ berfisik (manusia,dll)
Taraqqi Mikrokosmos = Dimensi paralel pribadi
1) Universe = mandala immanent kesemestaan keabadian (AUM) :
1. Dimensi Fisik : Wilayah kesadaran keberadaan eksistensial figur ‘mental’ berfisik (manusia,dll)
Dimensi Tanazul yang terjangkau oleh Taraqqi dengan Zazen Kesadaran Individual : Ego (metode)
2. Dimensi Eterik : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan sukma eteris (siluman,dll)
3. Dimensi Astral : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan astral kemauan (devata,dll)
4. Dimensi Mental : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan keberadaan mental keakuan (budhasetra,dll)
Dimensi Tanazul Terjangkau oleh Taraqqi dalam Wuwei Kesadaran Universal : Esa (ekstase)
5. Dimensi Spiritual : Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat spiritual
6. Dimensi Kosmik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat kosmik
7. Dimensi Nirvanik: Wilayah kesadaran realisasi autentik akan hakekat ketiadaan diri (kefanaan diri & kebaqoan Tuhan) : annata
2) Advaita = mandala transcendent keIlahiyahan (Kasih – Kuasa ) :
Dharma : ‘mandala’ keEsaan Mutlak yang merealisasikan kenyataan dhamma dan kebenaran dharma ® “sirna” keberadaan selain Dia (ESA)
1. Infinitum – ‘hijab’ keluhuran Kasih Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kebenaran hanya karena Tuhan
2. Infinitum – ‘hijab’ kekudusan Kuasa Tuhan yang tidak dapat terjangkau namun seharusnya dihayati (KUN) ® kenyataan hanya karenaTuhan
Dhyana : ‘mandala’ KeEsaan Mutlak (Dzat) ® “tiada” keberadaan selain Dia. (DIA)
3. Indefinit – Dzat Mutlak Tuhan yang tiada dapat terjangkau dan sebaiknya tetap menjadi misteri yang perlu dan wajib dimuliakan kekudusanNya.
3. Hipotesis Kebijakan Tuhan (ks):
3. Hipotesis Kebijakan Tuhan :
Konsep Kasih : ketentuan kuasa Sunatullooh Nya ; kehendak kasih ShibghotulloohNya
Tuhan adalah Hakekat yang merupakan Sumber awal dan Tujuan akhir pengarahan samsara segala keberadaan yang ada
Dalam ketentuan kuasaNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dengan dhamma kenyataan. Segala nya berada dalam PengaturanNya
Dalam kehendak kasihNya ; Tuhan mengarahkan segalanya dalam Dharma kebenaran ; Segalanya berada dalam PemeliharaanNya
Tuhan melingkup Immanensi keberadaan yang diwujudkanNya dengan kaidah trinitas : wujud , kuasa dan Kasih
Tiada keberadan tanpa immanensi laten Deitas immanensi Tuhan
Tiada kekuasaan tanpa immanensi kaidah Kuasa Tuhan
Tiada kebenaran tanpa immanensi kaidah Kasih
Dalam immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Sunnatullaah sebagai keberadaan yang mengatur segala perwujudan
Dalam immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Shibghotullooh sebagai keberadaan yang mengatur segala perwujudan
Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya berada dalam pancaran laten Deitas perwujudan kekuasaan dan pengawasanNya.
Dalam Immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Sunnatullaah kuasa Tuhan seagai kekuatan yang mengatur segala perwujudan
Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya berada dalam laten Deitas kekuasaan dan pengawasanNya.
Dalam Immanensi keberadaan tersebut ditetapkan kaidah Shibghatullah kasih Tuhan sebagai kebaikan
Hakekat Setiap Mandala beserta Setiap MakhlukNya berada dalam laten Deitas kekuasaan dan pengawasanNya.
Karena kasih Nya Tuhan dipandang secara estetis sebagai personal dan merealisasikan sebagai bhakta secara moralitas
Karena kuasaNya Tuhan dipandang secara empiris sebagai impersonal dan merealisasikannya d
Karena wujudNya Tuhan dipandang secara filosofis sebagai immanensial
KeEsaan immanensi
Dualisme Kuasa dan Kasih yang mengatur immanensi keberadaan
Trinitas Wujud , Kuasa dan Kasih
®SAMSARA=keberadaan diri (ks):Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan
® SAMSARA = keberadaan diri (ks) : Spiritualitas Keabadian – Eksistensialitas Kehidupan
Kita adalah makhluk spiritual yang menjalani kehidupan kemanusiaan (Deepak Chopra )
1) anugerah Samsara keRobbanian Pribadi pada Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan
Sadari kenyataan Pribadi sebagai satuan individual makhluk universal ilahiyah yang berperan dalam suatu keberadaan eksistensial tertentu. Samsara kehidupan merupakan segala problematika yang sedang dihadapi dan dijalani oleh diri sebagai basis keberadaan eksistensial saat ini.
2) amanah Pemberdayaan keRobbanian diri pada Spiritualitas Keabadian– Eksistensialitas Kehidupan
= kehidupan merupakan amanah Tuhan untuk kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya dalam memberdayakan keseluruhan diri dalam perjalanan keabadiannya.
3) Ekstase keabadian adalah kebijakan memberdayakan diri x kejahilan memperdayakan diri ; mensikapi kuasaNya dan menjalani kasih kehendakNya
Amor Dei,amor Fati.
Epilog : Keyakinan ? ®
kaidah pemuasan akal hipotesis awal untuk diterima sebagai dasar pengertian x akidah dogmatis untuk langsung diyakini sebagai kebenaran yang sesungguhnya.( (Ilmul Yaqin, ‘ainul Yaqin, haqqul yaqin).
· Pandangan diatas hanyalah merupakan kaidah hipotesis untuk diterima sebagai dasar pengertian bukan akidah dogmatis untuk langsung diyakini .
· Keyakinan hanyalah pada kebenaran yang sesungguhnya. Tidak sekedar melalui pengertian keilmuan (Ilmul Yaqin) , ataupun hanya pada input lanjut penempuhan ( ‘ainul Yaqin) namun harus pada aspek akhir pencerahan keseluruhan (haqqul yaqin).
· Kami memandang hipotesis ini lebih sebagai ketepatan daripada kebenaran. Suatu langkah bijak
Secara mistis Sekedar pemuasan akal
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :
prolog : kearifan ? (kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)
kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar ® kecerahan akurasi paradigma hipotesis
Hakekat = Vs atheistic : Vs absolutis :
Genesis = Vs jaqad qodim :. Vs zaman azali :
Mandala = Vs Pantheisme ; Vs Empirisme
Samsara = vs Sekulerisme ; Vs Liberalisme
® kecerahan paradigma hipotesis vs penyangkalan dan peluriusan
HAKEKAT =
Vs Pandangan atheistic : Tidak ada Realitas Tuhan yang ada hanyalah fenomena keberadaan.
® Fenomena keberadaan hanyalah mumkimul wujud yang hanya mungkin ada atau malahan tiada karena adanya di-adakan oleh wajibul Wujud yaitu Realitas Tuhan.
Vs Pandamgan absolutis : Realitas Tuhan adalah begitu absolut dan transenden sehingga mustahil kita dapat mengenal dan berhubungan denganNya.
® Walaupun kekudusanNya memang
GENESIS = tentang keberadaan (rimba pendapat)
Vs Pandangan jaqad qodim : alam semesta sudah ada dan qodim sejak dulu hingga nanti..
® dimensi ruang, seluruh mandala (hingga alam semesta pada dimensi fisik) baru ada setelah fase genesis / tanazul. Tuhan telah ada dalam keEsaan DhyanaNya sebelum mewujudkan nya.
® dimensi ruang mungkin saj a akan mengalami pralaya (kemusnahan alam semesta pada dimensi fisik) dan bahkan mahapralaya (pemusnahan total seluruh mandala semesta ) jika Tuhan menghendaki. Tuhan tetap ada dalam keEsaan DhyanaNya walau semesta mandala telah dimusnahkanNya.
Vs Pandangan zaman azali : Waktu melaju sejak zaman azali dulu dan terus bergerak dalam keabadian.
® dimensi waktu baru ditentukan Dengan roda zaman menyertainya bergerak pada fase genesis bersamaan dengan keberadaan mandala. Sebelumnya hanya ada keMutlakan yang Esa yang sehingga keberadan selainNya adalah sebagai tiada ditentukan adanya.
® dimensi waktu akan ditentukan berhenti pada fase (maha)pralaya karena kemudian hanya ada keMutlakan yang Esa yang sehingga keberadan selainNya adalah sebagai tiada ditentukan adanya.
MANDALA = dalam keberadaan
Vs Pantheisme ;
Vs Empirisme
SAMSARA =
1) kenyataan diri sebagai pribadi yang sedang menjalani kehidupan dan mungkin juga menghadapi keabadian
2) keharusan bersikap untuk segera bertindak (tidak memilih juga merupakan pilihan yaitu mengabaikan suatu kemungkinan yang bisa saja akan terjadi)
3) kebijakan menempuh keseluruhan ® kesegeraan aktualisasi pemberdayaan kehidupan dan keabadian secara harmonis dan berkelanjutan dalam mencapai akses keabadian (swadika, talenta, visekha) dan asset kehidupan (persada, karisma, bahagia)
1) Khilafiyah Theologi :
Hakekat Theologi sebagai Ilmu tentang Tuhan ® usaha pendekatan dengan segala keterbatasan intelektual Keberadaan dan kesempurnaan Tuhan .
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)
kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar
1) Khilafiyah Theologi : kemustahilan membatasi Tuhan ?
Tuhan dalam ajaran religiusitas agama tradisional dan spiritualitas mistik esoteris serta dalam sejumlah pandangan filsafat dan estetika dipandang sebagai sumber kebenaran dalam dogma,wacana maupun hipotesa theologinya masing-masing.
Hakekat Theologi =
Istilah Theologi sebagai Ilmu tentang Tuhan sesungguhnya bukanlah terma yang tepat untuk digunakan dikarenakan adalah mustahil bagi kita untuk melogikakan masalah keIlahian. Walaupun dalam batas tertentu Keberadaan dan kesempurnaan Tuhan bukanlah hal yang absurd dan irrasional untuk difahami dan diterima namun sesungguhnya pengertian Keilahian secara utuh adalah bersifat trans-rasional - melampaui jangkauan pemikiran dan pemahaman kita - ; sehingga tidak memungkinkan bagi kita membatasinya dalam lingkup penalaran intelektual kita. Theologi haruslah kita sadari hanyalah merupakan suatu usaha pendekatan dengan segala keterbatasan intelektual yang kita miliki untuk memberikan kejelasan perspektif tentang keIlahian dan permasalahan spiritualitas yang berkaitan dengannya dalam kehidupan ini.
Bhinneka tunggal ika,tan hana dharma mangrwa
- walau berbeda tetap satu,tiada kebenaran yang mendua (mpu tantular-sutasoma)
Ada begitu banyak pandangan theologis yang tumbuh berkembang di dunia ini ; baik yang secara populer tersebar-luas di masyarakat maupun yang secara esoteris terrahasiakan dan hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja..Pada hakekatnya setiap ajaran spiritualitas tersebut hanya mempercayai, dan mengagungkan satu Tuhan yang sama.dan mereka juga memuliakan dan melaksanakan Dharma Kebenaran IlahiahNya . Namun dikarenakan mereka memandang dari sudut pandang yang berbeda maka sekilas tampak adanya perbedaan yang terkadang cukup mendasar pada akidah keyakinan dan dalam merealisasikan ibadah kebaktian dan amaliah kecintaan kepada Dia itu. Tetapi hendaknya perbedaan ini tidak perlu terlalu diperselisihkan karena sesungguhnya pada hakekatnya mereka berasal dari sumber yang sama. Seperti seberkas cahaya putih yang mengenai sebuah prisma yang kemudian membiaskannya dalam spektrum cahaya yang berwarna-warni.- Demikianlah Kebenaran absolut tersebut diterima. Walaupun Perbedaan yang mendasar hanyalah sebatas di permukaan dan bukan dalam kedalamannya.
→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat (keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)
bagai spektrum cahaya yang terbiaskan prisma seberkas cahaya putih Kebenaran absolut ® Hendaknya perbedaan tersebut dipandang sebagai suatu kewajaran yang niscaya terjadi di permukaan x kedalaman.
1.KeIlahian(TUHAN)=pembatasan nama, berfihak/ milik; Dilihat?®dihayati; Leburan?®jumbuhan
2.Keberadaan (DHARMA): ketentuan Kenyataan Sunnatullaah ; Kebenaran ketentuan Shibgatullaah :
3.Ketentuan(Takdir: kebebasan>keterikatan ® ketentuan ikhtiar ) ; Hisab ( langsung ; rebirth ® kesiapan saat ini)
→ kecerahan paradigma diantara Rimba Pendapat
Ibarat lautan , Spiritualitas (MahaDharma) sering ditafsirkan sebagai riak ombak bagi setiap sistem ajaran spiritualitas ( agama ,mistik ,). Aneka perbedaan pandangan di permukaan yang ada dari lautan kebenaran dan kenyataan yang sama tersebut seringkali menjadi permasalahan bagi para penganut sistem dalam memandang faham lain yang ‘berbeda ’ untuk kemudian terkadang timbul perselisihan dan pertengkaran, penghujatan hingga peperangan yang sesungguhnya tidak perlu diantara mereka. Suatu hal yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan landasan dasar dari setiap sistem ajaran tersebut yang sesungguhnya ditujukan untuk membawa kedamaian dan kesejahteraan di muka bumi ini dan bukan menebar kebencian dan pengrusakan apapun alasan dan tujuannya. Semesta kenyataan dan kebenaran yang tercipta adalah semesta kemajemukan ; dan dalam kemajemukan tersebut pastilah ada perbedaan perspektif dalam memandangnya. Hendaknya perbedaan tersebut dipandang sebagai suatu kewajaran yang niscaya terjadi
(keIlahian ; keberadaaan; ketentuan)
KeIlahian :
1. Tentang = KeIlahian ® TUHAN
pembatasan nama sebutan Tuhan : Varnatmak – Dunyatmak → transendental Dunyatmak (Asmaul Husna / Ismul Azham : ta’zim)
keberfihakan dan kepemilikan Tuhan : Tuhan bukan milik kita. Kitalah milik Tuhan ; Tuhan tidak selalu berfihak pada kita dan sudah seharusnya
berfihak padaNya
Absolut Transendent ( Wujud) ® immanent : Impersonal ( kuasa) & Personal (kasih)
Dilihat ? bisa dihayati keberadaannya sesuai dengan maqom keberadaan makhlukNya; Leburan? tidak mungkin karena Tunggal-tanTunggal (wujud dzat MutlakNya kudus transcendent tidak immanent ; kuasa-kasih laten deitasNya immanent universal tidak sekedar individual ). Tuhan melingkup makhlukNya tetapi tidak sebaliknya Hanya batin yang reseptiflah yang berpeluang besar mampu menghayati keberadaanNya.
2. Tentang Keberadaan DHARMA
Kenyataan ketentuan Sunnatullaah :
Kebenaran ketentuan Shibgatullaah : kebenaran ( spiritualitas religius / estetika budaya )
3. Tentang Ketentuan :
TAKDIR : Keterikatan : keterbatasan ; tanggung jawab Kebebasan :
HISAB : langsung ; rebirth
2) Problema Theodice:
Istilah Theodice sebagai membela Tuhan ®usaha pembenaran keyakinan pandangan spiritualitas Robbaniah (Dharma berkeTuhanan).
+dakwah?Cara umum(indoktrinasi dogmatis,argumentasi,persuasi,); cara lain (intimidasi/ provokasi/ manipulasi); cara baru (realisasi)
®Spiritualitas&religiusitas adalah hal yang luhur dan adalah tidak selayaknya (Niat &cara®Kedewasaan )
2) WISDOM = Kemantapan metanoia (K) :
prolog : kearifan ?(kemajemukan pendapat; keberagaman pandangan ; keterbatasan kemampuan)
kemantapan menerima hipotesis sementara sebagai acuan dasar
2) Problema Theodice : kemustahilan membela Tuhan?
Istilah Theodice sesungguhnya juga bukanlah merupakan istilah yang tepat. Theodice – berdasarkan etimologi kata – berarti membela keberadaan Tuhan dan juga Dharma kebenaranNya..Suatu pengertian yang terdengar agung yang mana akan membuat kita merasa terpanggil untuk segera menjalankannya . Namun sebelumnya marilah kita kaji dahulu kebenaran dan ketepatan pandangan ini. Begitu lemahkah Tuhan dan DharmaNya sehingga kita perlu dan harus membelanya dengan segala tindakan radikal seperti Dharma Yudha , Jihad Fi Sabilillah , Apologetika Salib dan sebagainya ?
Sesungguhnya Tuhan dan DharmaNya tidaklah begitu lemah sehingga sangat memerlukan segala bantuan kekuatan kita. Tuhan tetaplah menjadi Tuhan Penguasa Mutlak yang Nyata dan KehendakNya merupakan Dharma Kebenaran yang tetap berlaku di seluruh alam semesta ini walaupun jika seluruh makhluk menyangkal kebenaran dan tidak mengakui kenyataan tersebut. Sebenarnya bukanlah kita yang membela Tuhan tetapi Tuhanlah yang membela kita dan bukanlah kita yang menjaga Dharma tetapi Dharmalah yang menjaga kita. Hanya karena karuniaNya kita dilimpahi dengan hidayah keimanan dan kemudian Dia menunjukkan kepada kita Jalan Dharma sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing-masing yang seharusnya kita tempuh agar kita senantiasa terjaga dan berdaya dalam kehidupan ini. Seandainya Dia menghendaki seluruh makhluk di alam semesta ini menjadi beriman semuanya pastilah dapat diwujudkannya segera dengan tanpa perlu mengharapkan bantuan kita untuk itu. Kesempurnaan dan KeperkasaanNya sebenarnya sama sekali tidak memerlukan keterbatasan bantuan dan pertolongan kita.
Namun demikian sebagai orang yang beriman adalah tidak salah dan justru sebaliknya kita memang seharusnya membela keimanan kita kepadaNya secara benar dan tepat. Theodice sesungguhnya merupakan usaha pembenaran keyakinan kita akan pandangan spiritualitas Robbaniah (Dharma berkeTuhanan). Dalam Kehidupan senantiasa banyak terjadi perubahan yang terkadang berimbas kepada keimanan kita terhadap keIlahian Tuhan dan Dharma kebenaran Nya. Kadar keimanan kita sering kali berfluktuasi naik-turun . Disitu Theodice berperanan dalam mempertahankan dan meningkatkan kadar keimanan agar kita senantiasa mampu berintegritas dengan spiritualitas dan beraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Singkatnya agar dengan senantiasa ita tetap mantap berdiri dalam keseimbangan dan lancar melangkah dalam keberimbangan pada titian kehidupan ini.
Pengertian Theodice kemudian berkembang lebih meluas sebagai usaha penjelasan dan penyebaran suatu keyakinan dari sistem ajaran tersebut kepada khalayak ramai yang mana kemudian sering diikuti konflik yang bersifat internal inter-sistem maupun external antar-sistem spiritualitas. Setiap firqoh aliran menganggap pandangannya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dibungkam. Setiap firqoh aliran menganggap tindakannya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dihancurkan. Setiap firqoh aliran menganggap keberadan umatnya sendiri yang benar dan menghujat aliran lain sebagai kesesatan yang harus dimusnahkan.
(ragam apologetika : dogmatis,argumentasi,persuasi,realisasi
Ada banyak cara yang mungkin ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut .
1. Indoktrinasi dogma = Sacra scriptura verbum Dei -
Indoktrinasi merupakan cara theodice dengan menggunakan dan memanfaatkan kewenangan dari legitimasi dan autoritas yang dimiliki. Ini adalah cara paling mudah diantara cara yang lain. namun sekaligus cara yang paling naif. Mungkin inilah sebabnya penghayatan awal . Umumnya para cendekiawan religi melakukan penyebaran keyakinannya dengan argumentasi melalui rasionalisasi pembenaran terhadap ajaran yang dianut. Mereka menggunakan hujjah autoritas kitab sucinya sebagai dasar kebenaran.
2. Argumentasi =manusia berasal dari kata manas
Argumentasi merupakan cara theodice dengan menggunakan dan memanfaatkan kemampuan serta kelihaian rasional akal fikiran . Para filosof religius membela pandangan keyakinannya melalui dialektika rasionalitas.
3. Persuasi = Persuasi merupakan cara theodice dengan memanfaatkan kemampuan interaksi em Pribadi simpatik Keteladanan karisma Lebih effektif
4. Realisasi = Ehipasiko merupakan Kalama sutta No fact,no truth,no faith Pembuktian Penempuhan Paling effektif Sesunnguhnya terdapat cara lain untuk me
Manipulasi : memanfaatkan kebodohan , menyebabkan kenyamanan
Provokasi : memaksakan , Ketidaknyamanan dalam penekanan dan ketidak
Namun demikian Spiritualitas adalah hal yang luhur dan adalah tidak selayaknya
Niat dan cara ; Kedewasaan – keberlanjutan –
® kebijakan metanoia diantara faham pandangan (fanatisme; skeptisme ; vitalisme)
Kemantapan menerima pandangan lain secar arif :
1.kearifan terhadap : fanatisme/mistisme :
=Fanatisme Agama: (1) .kondisi historis ajaran; (2.) proses perkembangan rohaniah (Syariat.;Thariqat ; Haqeqat ; Ma’rifat) ; (3). persepsi dan manipulasi terhadap ajaran;
= Alienasi Mistik = (1)idealisme (2)reaksi terhadap dunia (3)pencerapan metafisik spiritualitas
2.kearifan terhadap : Skeptisme / vitalisme :
= Skeptisme (Manas Rasionalisme;Empirisme – Positivisme) : (1)keengganan naluriah vitalisme (2) reaksi terhadap kekasaran fanatisme (3) pengamatan empiris /pemahaman positivis
=Vitalisme hedonis (1.) kepolosan kodrati alamiah (2)pengaruh lingkungan pembentuk (3)potensi kesadaran ilahiah kundalini
Kemantapan mensikapi Realisasi : M.Peck ®
® kebijakan metanoia diantara faham pandangan
1. kearifan terhadap : fanatisme/mistisme :
1. Fanatisme Agama :
Hidup memerlukan tatanan Militansi – Manipulasi < diniah religi – taqlid mistik Tatanan
Manusia memerlukan kepastian dalam keyakinanyan sehingga Sikap fanatis sebenarnya dalam batas-batas tertentu memang haruslah dimiliki oleh seorang penganut untuk memperkuat kadar keimananannya sehingga semakin memantapkan dia dalam menjalankan amal kebajikan dan menegakkan kebenaran sesuai dengan keyakinannya tersebut . Namun seringkali fanatisme tersebut berkembang menjadi trium falisme
Walaupun sesungguhnya sikap fanatis terhadap suatu pandangan justru akan menghalangi peluang pemberdayaan diri untuk mencapai yang lebih luas dikarenakan sifat ketertutupan dan keangkuhannya. Sikap fanatisme memang merupakan hak yang diperbolehkan namun seharusnya juga ditegakkan secara haq yaitu sesuai dengan kebenaran. Hendaklah sikap fanatis tersebut dibarengi dengan kearifan untuk senantiasa dewasa memahami bahwa orang lainpun berhak meyakini akidah keimanan yang berbeda dan menjalani amal ibadah yang sesuai dengan fahamnya tersebut. Sikap fanatisme yang sehat hendaklah dibarengi dengan sifat toleran dan sikap moderat dalam mengaktualisasikannya. Kebenaran milik Tuhan dan b
Prinsip lakum dienukum dan lama amakalana Dalam
Maksudnya - walaupun mungkin terdengar naif dan liar– anda mungkin boleh saja mengklaim faham yang anda anut sebagai yang terhebat (tentu saja anda sebagai penganutnya juga akan tampak sebagai yang terhebat)dan juga memuji amalan yang anda lakukan sebagai yang termulia (semoga saja anda benar-benar menjalankannya dengan segenap kemurnian bukan kepalsuan) atau bahkan menganggap aliran anda sebagai yang paling mulia ( semoga saja demikianlah kenyataannya tidak sekedar anggapan anda)
(1)kondisi historis ajaran : Tidak semua agama maupun faham spiritualitas hadir dalam lingkungan kondusif yang langsung seketika menerima kehadiran dan pandangannya untuk kemudian segera menunjang keberadaan dan perkembangannya. Sebagaimana , potensi yang akan muncul. Tradisi peradaban Yunani dan kebudayaan India dengan kebebasan berfikir dan berpendapat . Islam lahir dalam lingkungan masyarakat jahiliah . Kristen hadir dalam lingkungan masyarakat yang fasik
(2)persepsi dan manipulasi terhadap ajaran
(3)proses perkembangan rohaniah Syariat.;Thariqat ; Haqeqat ; Ma’rifat
2. Alienasi Mistik =
mistisme
alienasi asketisme
(1)idealisme
(2)reaksi terhadap dunia
(3)pencerapan metafisik spiritualitas
2. kearifan terhadap : atheisme/vitalisme :
Hidup memang memerlukan vitalitas kegairahan. .Vitalisme – Hedonisme <moralitas & keilahian> Naluri
sikap vitalis sesungguhnya merupakan sifat alamiah setiap makhluk hidup. Dengan naluri tersebut kita hadir eksis dalam kehidupan ini.
manusia walaupun memang memiliki potensi untuk menjadi baik dan maju memberdayakan diri menuju kemuliaaannya namun cenderung menjadi liar terperdayakan oleh egonya sendiri.
(1) kepolosan kodrati alamiah
(2) pengaruh lingkungan pembentuk
(3) potensi kesadaran ilahiah kundalini
M.Peck
3. kearifan terhadap : skeptisme /empirisme :
Skeptisme =
Manas Rasionalisme ; Empirisme – Positivisme = Atheisme - Agnostisme pemikiran sikap skeptis
(1)keengganan naluriah vitalisme
Vitalisme kebebasan atheisme
(2)reaksi terhadap kekasaran fanatisme
Sikap trium falisme (merasa dan terlalu membanggakan d pertikaian kesal agnostisme
(3) pengamatan empiris /pemahaman positivis
comte : positivist meditasi intuitif >argumen intelek (ehipasiko)
Theodice ® Kesadaran Robbani
3) Masalah Theosofi:
Istilah Theosofi berarti mencintai Tuhan ® kerancuan
3) Masalah Theosofi: kemustahilan mencintai Tuhan ?
Istilah Theosofi sesungguhnya juga bukanlah merupakan istilah yang tepat. Theosofi – berdasarkan – berdasarkan etimologi kata – berarti mencintai Tuhan . Tuhan mewujudkan keberadaan makhlukNya
Sesungguhnya Tuhan dan DharmaNya tidaklah begitu lemah sehingga sangat memerlukan segala bantuan kekuatan kita. Tuhan tetaplah menjadi Tuhan Penguasa Mutlak yang Nyata dan KehendakNya merupakan Dharma Kebenaran yang tetap berlaku di seluruh alam semesta ini walaupun jika seluruh makhluk menyangkal kebenaran dan tidak mengakui kenyataan tersebut.
®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan
1. Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?
2. Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dan kezaliman ?
3. faktitas ananiyah/nafsiyah : keterbatasan alamiah individualitas :
®kebijakan apologia diantara ragam kenyataan
1. kegaiban Tuhan ;
keterbatasan alamiah individualitas :
Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?
Karena kesempurnaan wajahNya dan keterbatasan indra dia tidak terjangkau. Dalam realisasi keberadaan mandala yang lebih dalam Cahaya keberadaanNya akan semakin jelas. Kecenderungan ananiyah keakuan semakin menghalangi dan kecenderungan nafsiyah kemauan semakin memalingkan diri kita dari pengenal ini.
Kegaiban adalah kebijakan Tuhan
2. penderitaan/kezaliman ;
Tentang faktitas alamiah : penderitaan :
Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dalam kehidupan ?
Kehilangan ; Religiusitas
Penderitaan adalah kebijakan Tuhan
tentang fenomena insaniah : kezaliman
Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang membiarkan adanya penderitaan dalam kehidupan ?
Kezaliman adalah kebijakan Tuhan
3. ananiyah/nafsiyah :
keterbatasan alamiah individualitas :
Bagaimana kita bisa mencintai Dzat yang tidak tampak ?
Karena keakuam
epilog : keimanan ?
Kemantapan persepsi : ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
epilog : keimanan ?
Kemantapn menerima pandangan lain secar arif Walaupun demikian diperlukan Kemantapn menerima pandangan lain secar arif
ketentuan awal > kepastian final → aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
3) EXODUS = kesadaran penempuhan (Ks):
prolog: anjing dan serigala
prolog: anjing dan serigala
Spiritualitas tidak hanya untuk dibicarakan atau diketahui saja namun terutama harus dilaksanakan.
/ Baca dulu keseluruhan buku ini ® tentukan keputusan mandiri /
1.pengetahuan :® batas intelektual; & 2. pembicaraan :® batas kebahasaan ;
3. aktualisasi penempuhan (mazhab menjadi : kegairahan holistic) & 4. realisasi pembuktian : hipotesa (mazhab pembukti : keberanian heuretik)
Langkah Penempuhan : kathani – karani – rahni : (Pariyati, Patipathi–Pativedha) ; Penyimak,Truth Seeker,Satguru Pemandu, Sekha penyeru.(x layak ® perlu)
prolog: anjing dan serigala
Fabel : anjing dan serigala® pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
Fabel : anjing dan serigala ® pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian
(pengetahuan ,pembicaraan ® aktualisasi penempuhan & realisasi pembuktian )
Siagakan ekstasis transformasi pemberdayaan diri tidak hanya untuk kesejahteraan dalam peran kehidupan saat ini tetapi terutama bagi keberlanjutan untuk penempuhan keabadian seterusnya.
tidak sekedar pembahasan pengetahuan ataupun pembicaraan ® aktualisasi penempuhan (keberanian heuretik&kegairahan holistic) & realisasi pembuktian : baca dulu hipotesa
Spiritualitas bukanlah sesuatu yang hanya cukup dibicarakan tetapi yang utama haruslah dijalankan
Pengkajian dan pembicaraan tentang spiritualitas mungkin memang sangat mengasyikkan kesenangan emosional dan mungkin juga akan melambungkan kebanggaan intelektual akan tingkat pemahaman spiriualitas kita . Namun demikian hendaklah kita sadari Tingkat Spiritualitas tidaklah ditentukan dengan seberapa jauh kita mampu memahami dan seberapa lihainya kita dalam mengungkapkannya dan tidak juga dari seberapa tinggi penghormatan atau ‘kedudukan steruktural’ yang diberikan orang lain kepada kita maupun dari anggapan terhadap diri kita sendiri tetapi sesunnguhnya ditentukan oleh seberapa dalam kita menghayati dan menyelami ,seberapa tekun kita menjalani dan melandaskan kehidupan kita padanya. Keimanan terhadap keberadaan,ketauhidan dan kesempurnaan Tuhan tidaklah hanya cukup untuk dikatakan tetapi juga haruslah diyakini dan dijalani dalam kehidupan sehari-hari.
Singkat kata,walaupun pengetahuan dan pembicaraan mengenai spiritualitas itu secara esensial diperlukan ; prioritas pelaksanaannya tetaplah haruslah diutamakan. Spiritualitas tidak hanya untuk dibicarakan atau diketahui saja namun terutama harus dilaksanakan.
Premis Hipotesis
ketepatan > kebenaran pandangan : Totalitas ; Utilitas ; Kontinuitas
Kriteria Paradigma :
Deepak chopra :
1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W):
asumsi 1: Kesadaran sesungguhnya hanya ada satu Kebenaran yang dipandang secara berbeda dan menerima kebhinekaan tersebut sebagai kewajaran untuk dapat diterima dan disikapi secara arif .
® Hanya ada satu kebenaran yang sama®maqom pencapaian; basic paradigma; sudut pandang yang berbeda ;
® keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)
1) TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W)
→ Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)
1) asumsi 1: Kesadaran sesungguhnya hanya ada satu Kebenaran yang dipandang secara berbeda dan menerima kebhinekaan tersebut sebagai kewajaran untuk dapat diterima dan disikapi secara arif .
- maqom pencapaian yang berlainan ;
- basic paradigma yang digunakan.
- sudut pandang yang berbeda ;
2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)
asumsi 2 : orientasi penempuhan adalah transformasi pemberdayaan diri secara simultan individual dan universal dalam kehidupan dan keabadian secara berimbang & menyeluruh (Pragmatisme )
® kebermanfaatan tujuan® kegairahan tindakan ; Kejelasan tujuan ®ketepatan langkah;
→ Transformasi pemberdayaan simultan ( Realitas : wujud – kuasa – kasih ® input realisasi keabadian 3: swadika – talenta – visekha® asset refleksi kehidupan 3 : regista – persada regista – karisma bahagia )
2) PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks)
→ Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)
2) asumsi 2 : orientasi penempuhan adalah transformasi pemberdayaan diri secara simultan individual dan universal dalam kehidupan dan keabadian. (Kejelasan tujuan pencapaian → ketepatan langkah pengusahaannya ); kebermanfaatan tujuan ® kegairahan tindakan) Pragmatisme = da
- kata kunci : memberdaya kan diri x memperdayakan diri
- kata kunci : individual & universal (sholih – muslih )
- kata kunci : kehidupan & keabadian (swadika Mahatma,talenta legenda,visekha ; persada regista, karisma legenda, bahagia ) ~ Realitas : wujud – kuasa – kasih
Immanesi keabadian : swadika – talenta – visekha
Refleksi kehidupan : regista – persada regista – karisma bahagia
® Input Keabadian :
swadika : 7 kemantapan mandala keberadaan =
talenta legenda: 7 intelgensia kecerdasan = EQ, IQ, PQ + ESQ ,
visekha : 7 garansi keberadaan lanjut = kelayakan mandala hisab bardo. → aktualisasi moralitas religius & integritas
®Asset Kehidupan :
bahagia berdaya : kebahagiaan ilahiyah dan keberdayaan alamiyah →
persada regista : kecukupan finansial dan kemapanan eksistensial →
karisma legenda: kerukunan simpatik dan kenyamanan holistik →
- kata kunci : berimbang & menyeluruh
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)
asumsi3: menerima dan menjalani aktuliasasi hipotesa untuk merealisasikan ketuntasan transformatif realisasi maqom final kebenaran utama secara bertahap dan berkelanjutan secara tepat dan benar.
→ Berkelanjutan : ketuntasan & kelanjutan aktualisasi (kriteria hipotesa : ketepatan & kebijakan ; kriteria realisasai : kebenaran akhir (maqom final x ); kriteria kelanjutan : kebijakan
3) KONSISTENSI = bersifat mantap (K)
→ Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi
3) asumsi 3 : menerima dan menjalani aktulisasi hipotesa untuk merealisasikan kebenaran untuk diyakini selanjutnya.
- kriteria hipotesa : ketepatan & kebijakan
- kriteria realisasai : kebenaran akhir (maqonm final x
- kriteria kelanjutan : kebijakan
epilog : anjing &sufi (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)
Fabel anjing & sufi
Vs penghalang : ketidak-mengertian (kebodohan,kesalahan); ketidak-perdulian (kemalasan, kemaksiatan ) ; ketidak- -mantapan diri (kebosanan,kekesalan: kecemasan irrasionalitas,Kekuasaan eksternal); ketidak-berdayaan (kerepotan,keterbatasan)
epilog : anjing &sufi
Fabel anjing & sufi
® (mengatasi : ketidak-mengertian; ketidak-perdulian ; ketidak-berdayaan)
® Penghalang : kebodohan , kemalasan; kebosanan, kecemasan ; kekuasaan (irrasionalitas : internal/external)
ketepatan > kebenaran pandangan
Penempuhan : kathani-karani-rahni : Penyimak, Truth Seeker, Satguru Pemandu, Sekha penyeru , (x layak ® perlu)
Epilog = Komitmen Penempuhan :
Komitmen Penempuhan : Pemanfaatan dan pembuktian kebermaknaan / keberdayaan kehidupan
Epilog = Kemantapan Penempuhan : sholat & shobar
Epilog : ketepatan > kebenaran ; keberimbangan & keseimbangan ; keseluruhan
BAB II.
REALISASI = Penempuhan
Prolog :
kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)
evolusi sadr spiritual X biologis tansadar (individual>kolektif) ;
Wujud Realisasi Immanent Meditasi; Kuasa Distansi Intensif Distansi ; Kasih Refleksi Authentik Adhikari
Prolog : kesadaran realisasi → evolusi spiritualitas (transformasi sufisme & yogisme)
evolusi sadr spiritual X biologis tansadar (individual>kolektif) ;
® moralitas kundalini (yogisme) : kesadaran diri, transformasi nafsani (sufisme)
Wujud : Meditasi (Wujud : realisasi penempuhan ; Kasih : kebhaktian ; Kuasa : kehandalan )
Kuasa : Distansi Intensif (Wujud : Sati Videha ; Kuasa : Yogi Tapasa ; Kasih : kecerahan moralitas )
Kasih : Refleksi Autentik (Wujud : kebenaran integritas Kasih : kecerahan moralitas Kuasa : ketepatan globalitas)
1) ADHIKARI : kelayakan moralitas (kasih)
prolog : kisah : orang baik ® Hakekat, Manfaat
prolog : kisah : orang baik ® kelayakan moralitas kisah ibrohim b adham ‘wadah belum bersih’
Hakekat : Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit;Hakekat.
moralitas spiritual vs estetika cultural = x arogansi publik ; defisiensi nafsi ; manipulasi publik
manfaat = transformasi swadika , aktualisasi visekha , harmonisasi bersama,
prolog : kisah : orang baik kelayakan moralitas ® kisah ibrohim b adham ‘wadah belum bersih’
® Hakekat & Manfaat :
Hakekat .: ® Aktualisasi autentik > Harmonisasi estetis > Manipulasi hipokrit
(moralitas spiritual vs estetika cultural ); x arogansi publik ; defisiensi nafsi ; manipulasi publik
manfaat = transformasi swadika , aktualisasi visekha , harmonisasi bersama,
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.
Kisah kejujuran : pemuda & gembala.
Brahma Cariya: Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam kebenaran > selibat
® kebenaran :keikhsanan ma’rifatullaah+ ketakziman mahabatullah® keikhlashan ibadah muroqobatullah)
1) Kebenaran Integritas (w) = kejujuran : pemuda & gembala.
dan akan tiba saatnya dan sekarang suah tiba penyembah akan
kisah kejujuran : pemuda – anak gembala
Sebuah kisah tentang kejujujuran
Dikisahkan pada masa yang lalu hiduplah seorang pemuda – sebut saja si Fulan. Si Fulan sangat dikenal sebagai pemuda sombong yang suka berdusta dan membual. Disamping itu dia memiliki banyak sifat yang tidak baik ,seperti melacur,berjudi,menipu dan sebagainya.
Penggembala
landasan keimanan: Ikhsan Robbaniyah (ma’rifatullaah + mahabatullah® muroqobatullah) / Dharma Brahma Cariya® Hidup dalam Tuhan adalah hidup dalam kebenaran > selibat
landasan kearifan : Shobar Robbaniyah / kedhamma . Brahma Vihara ® sifat KeIlahian /kemuliaan theosofi agape lmetta bhavana
® kemurnian (ikhsan kemahabahan & ikhlash peribadahan)
: keikhlasan : kebenaran landasan amaliah : cara amaliyah(politisasi, harmonisasi, defisiensi,aktualisasai lillaah billah filalaah)/ visuddhi nishkarama
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif
kisah pertaubatan : raja vs orang filsuf moralis & arif robbani
Brahma Vihara : Mencintai kebenaran Tuhan
® kebajikan : Uswah sholih Pemberdayaan Individual + Qudwah mushlih keperdulian universal
2) Kecerahan Moralitas (ks) = pertaubatan : alim & arif
Berakhlaqlah dengan akhlaq (yang diridhoi) Allooh ® Kasih
kisah pertaubatan : raja vs orang filsuf moralis & arif robbani
Sebuah kisah tentang pertaubatan
Dikisahkan pada masa yang lalu raja zalim menghadapkan dua tawanan perang
Kecerahan Moralitas =
Pemberdayaan Individual = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)
Pemberdayaan Universal = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)
® keteladanan : sholih & mushlih
moralitas dasar : samma 8 Buddhisme
1. Kebhaktian dan keshalihan =KebhaktianManembah :
2. Keterarahan dan kesahajaan =samma 8 - prasojoSampajana Thaharah
3.Kesatriaan dan kesantunan =asthaiya - sila ; danaKesatriaanKesantunan
4. Keberdayaan dan kebahagiaan =keberdayaan & kebahagiaan : svadhaya - santouch
( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal ® keteladanan : sholih & mushlih )
® keteladanan : sholih & mushlih
Pemberdayaan Individual = swadika, talenta, persada, visekha (akhlaqul karimah, amilush sholihah)
® kebajikan ( Pemberdayaan Individual + keperdulian universal )
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira
kisah dilemma : dusta Yudhisthira di Kurusetra
Brahma Satiya : Memperhatikan ketentuan Tuhan
® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keadaan + proporsionalitas ketepatan)
3) Ketepatan Globalitas (k) = dilemma : Yudhistira
kisah dilemma : dusta Yudhisthira di Kurusetra
Sebuah kisah tentang pertaubatan
Dikisahkan pada masa yang lalu raja zalim menghadapkan dua tawanan perang
® kebijakan ( prioritas kemanfaatan + faktitas keterbatasan )
mengatakan kebenaran membanggakan diri,mencela usaha,mengungkap rahasia,pertimbangan lain menyuarakan kebenaran - dengan kelembutan, ketepatan,ketulusan,keteladanan
Keterbatasan internal : sumber daya (waktu & daya)
Keterbatasan External : dimensi ruang & waktu
® kebijaksanaan : proporsional : ketepatan sasaran ( satya sila - metta dana ):ketepatan tindakan
metta dana : sifat kasih naif, beri bantuan-dana,jala,dana
epilog : kisah : karani ®Bina nafsa
Bina nafsa : Integritas Transformasi Membina Moralitas karakter = authentik reseptif ;
® pembiasaan watak : Metode (takholi ,tahalli , tajalli ) & Kaidah (satu mantap,yang lain menyusul):
epilog : kisah : karani ®Bina nafsa : takholi ,tahalli , tajalli ® Metode & Kaidah :
Integritas Karakter Membina Moralitas : watak – pembiasaan
® Transformasi karakter = authentik reseptif ; takhali-tahali, keberanian [xgentar,berani,satria]
2) DISTANSI = kesiagaan transformatif (kuasa)
prolog : Psikosomasi Esoteris
Psikologi Esoterik : Totalitas dimensi paralel Diri :, duniawi peran/kesejatian diri (jiwa x fikiran xtubuh)
® Harmonisasi diri : Ummi ® integrasi reseptif
® Integritas diri : Sati ® aktualisasi harmonis
® Transformasi diri : Yogi ®
prolog : Psikosomasi Esoteris ® harmonisasi holistik, aktualisasi integral , integrasi reseptif
kemantapan power ® kearifan integritas transformasi neurotisme & kekuatan totalitas psikosomasi diri
Asumsi ® psikomasi holistic ; Solusi → Psikologi Esoterik
Totalitas Diri : dimensi paralel , duniawi peran/kesejatian diri,jiwaxfikiran,fikiranxtubuh ® Integritas diri harmonisasi energi
Transformasi Diri : Neurotisme
1) UMMI → keaslian adhikari (ks) :
® keaslian adhikari (ks) : Ummi : ketulusan x kecerdasan
1. muhasabah pertobatan : tawaddhu’
2 .mujahadah perbaikan : Nasuha
3. muroqobah pendekatan : Ibadah
1) UMMI →keaslian adhikari (ks) :
kemantapan adhikari (ks) : kesucian & kebaikan ®kehandalan Transformasi kekuatan diri Distansi Santhara Yogi Tapasa:
= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistik
= Ummi : ketulusan x kecerdasan
muhasabah pertobatan ; mujahadah perbaikan ; muroqobah pendekatan
- muhasabah pertobatan ;
- mujahadah perbaikan ;
- muroqobah pendekatan
2) SATI → kearifan nivritti (w) :
® kemantapan nivritti (w) : Sati Videha ® kearifan penyadaran & kebaikan pengarahan
1. Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri mensikapi /menanggapi (Reseptif x raeaktif)
2. Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak (proaktif terarah x impulsive neurotik )
3. Integritas : pemantapan diri
2) SATI → kearifan nivritti (w) :
kemantapan nivritti (w) : Sati Videha ® kearifan penyadaran & kebaikan pengarahan
reseptivitas penyadaran ; aktualitas pengarahan ; integritas pemantapan
kemantapan Refleksi kearifan nivritti holistic Sati Videha :
integritas penyadaran universal nivritti dan aktualisasi pengarahan holistic diri. :+ penyadaran lapisan-harmonisasi energi-kesadaran kekinian-aktualisasi tindakan
integritas penyadaran universal nivritti dan aktualisasi pengarahan holistic diri. :+ penyadaran lapisan-harmonisasi energi-kesadaran kekinian-aktualisasi tindakan
Dalam menjalani disiplin spiritual hendaklah senantiasa diperhatikan totalitas psikomasi diri.
Prinsip holistik tersebut perlu dijaga agar tidak hanyut oleh arus alienasi diri yang mungkin saja akan terjadi.
Disiplin Integral :pencerahan (nivritti holistik : nivritti holistik melampaui dan mengatasi diri x nihilisasi ‘absurd’/pravritti ‘semu’)
orang yang kehilangan ego akan
Nivritti holistik adalah sistem disiplin esoteris yang digunakan para penempuh untuk dapat melampaui tingkat kesadaran individualitas dirinya sendiri(ego) yang sempit menuju tahap kesadaran universalitas diri (Esa) yang lebih luas.. Melalui metode ini seorang penmpuh akan mampu mensikapi dan menjalani kehidupan dengan kesadaran yang lebih obyektif,realistis dan teraktualisasi sesuai dengan Reallitas kenyataaan yang sesungguhnya dan tidak lagi berada dalam tingkat pemahaman yang subyektif,romantis dan terdefisiensi oleh keinginan dan kepentingan egonya belaka. .
Pada bab ini kami membatasi Nivritti dalam kerangka pemahaman positif sebagai usaha universalisasi perluasan kesadaran dengan tetap memperhatikan keseimbangan holistik diri Nivritti positif kami kira lebih mudah dan lebih tepat untuk dijalankan daripada nivritti negatif. Lagipula dengan cara ini penempuh spiritualitas akan terlindungi dari resiko nihilisasi diri yanmg ekstrem dan bahkan deifikasi diri yang absurd yang mungkin akan dialami para penempuh
Sati vivekha ditujukan untuk mengembangkan integritas penyadaran dan aktualitas pengarahan diri. Dengan demikian akan timbul kondisi mental yang reseptif dan tidak terlalu reaktif dalam mengamati dan mensikapi knyataan. Disertai aktualisasi moralitas diri yang terjaga dari kepicikan dan kelicikan ego dan senantiasa berada dalam kesadaran dan ketulusan.
Kearifan: pravritti/nivritti; konsep(anatta shandha-atman vivekha-fana al baqa)
pengembangan kesadaran Holistik Nivriti: (sati sampajjana - vivekha vairaga)
- Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri mensikapi /menanggapi ® (harmonisasi kesadaran) (Reseptif x raeaktif) : netralisasi , vs irassionalisasi
- Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak ® aktualisasi tindakan (proaktif terarah x impulsive neurotik ) : refleksi meditataif , sholat daim
+ Integritas : pemantapan diri
- reseptivitas penyadaran ;
- aktualitas pengarahan ;
- integritas pemantapan
3) YOGI →kekuatan distansi (k) : Yogi Tapasa/Yogi Muzahid
® kehandalan distansi (k) :Yogi Tapasa ® keuletan swadika eksternal & kekuatan keberdayaan internal
1. keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :
2. keperkasaan universal : mengatasi ketidak berdayaan :
3. kewasesaan integral : keawasan. Kewaspadaan :
3) YOGI →kekuatan distansi (k) :
kehandalan distansi (k) :Yogi Tapasa ® keuletan swadika eksternal & kekuatan keberdayaan internal
keswadikaan eksternal ; keberdayaan internal ; keperkasaaan universal
kehandalan Transformasi kekuatan diri Distansi Santhara Yogi Tapasa:
= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistik
= peningkatan kecakapan swadika semesta (laku-tapasya - santhara)dari ketergantungan-kemekekatan-keberdayaan+Kesiapan:perubahan kesadaran,lapisan jiwa holistic
Distansi Yogi Tapasa : mengsawdikakan diri dari ketergantungan/kemelekatan eksternal dan memperkasakan universalitas diri.
Yogi vairaga ditujukan untuk meningkatkan vitalitas kemantapan dan kehandalan diri. Dengan melalui disiplin distansi yang berimbang bukan sistem asketis diharapkan diri mampu mengurangi tingkat ketergantungan dan kemelekatan dan kecanduan pada obyek eksternal tertentu.
Yogi tapasya
Sufi muzahid
peningkatan kecakapan swadika semesta (laku - tapasya - santhara)
Kesiapan:perubahan kesadaran~fisik;olah rasa,lapisan jiwa ;olah tapa,raga holistik
- keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :
- keperkasaan universal : mengatasi ketidak berdayaan :
+ kewasesaan integral : keawasan. Kewaspadaan :
- keswadikaaan eksternal : ketidak melekatan, ketidak bergantungan , ketidak kecanduan :
- keperkasaan universal : mengatasi ketidak berdayaan :
+ kewasesaan integral : keawasan. Kewaspadaan :
- keswadikaan eksternal ;
- keberdayaan internal ;
- keperkasaaan universal
epilog : antenna karunia
® kesucian ummi : ® sepon reseptif cahaya keIlahian
® kearifan sati : ® sakshin
® kekuatan yogi : ® siaga voltage
epilog : antenna karunia ® reseptivitas, sugestivitas,
Katarsis autentik neurotisme ; Disiplin meditative neurotisme kemanusiaan -hipokrisi kebersamaan ® dynamics catharsis -individu autentik; visuddhi authentic wadah bersih murni batin
3) MEDITASI = kerahnian Immanensi (wujud)
prolog : Hakekat Meditasi
Kisah meditator
Hakekat Meditasi : sebagai metasains mistisme religi
® bertentangankah dengan sains dan agama ?
® Jung Individuasi ® Immanensi / transendensi ? : illuminasi >revilasi – inspirasi
1. Pengetahuan Esoterik tentang kematian dan kegaiban
kematian : pandangan ® mensikapi kematian secara realistis & menguasainya dalam meditasi
kegaiban :wilayah,makhluk,kuasa gaib®mensikapi kegaiban secara realistis & mengatasinya pada meditasi
2. Pengertian Esoterik tentang kaidah dan metode meditasi :
kondisi meditatif : sabai-alpha
Aneka metode : asana.obyek (wuwei & zazen )
prolog : Hakekat Meditasi (Jung Individuasi ® Immanensi/transendensi ? : illuminasi >revilasi - inspirasi)
Kisah meditator
Menmahami meditasi : metasains- mistisme religi ;
Pandangan seputar meditasi : bertentangankah dengan sains dan agama ;
Kematian & Kegaiban :
Pandangan tentang kematian : dari sains , budaya , agama : mistik :
Pengalaman seputar kematian : kisah lazarus - mati suri - penyelaman meditative)
mensikapi kematian : -secara realistis -terhadap kematia)
kegaiban :
Makhluk gaib :- malaikat dan dewa :
Kuasa gaib : Mu’jijat dan kesaktian ::
Menjalani meditasi : pengertian ; referensi literarur ; kesadaran meditative ;
Menjalani meditasi -metode: asana.obyek; kondisi meditatif :sabai,alpha, Orientasi Meditasi menembus kesejatian>mencapai keilahian
1) kemantapan dasar (w) : Referensi Meditasi
Ragam Bhavana : Anubodha & Pativedha (lokiya bhavana & turiya bhavana )
Aneka Lokiya Bhavana : kemantapan metafisik ; -MAGISME : -YOGISME :-TAOISME
® Pelatihan : kontemplasi & visualisasi ; konsentrasi & integrasi.
- penguatan : Hatha Taois ; Prana Reiki
- percobaan : kepekaan intuitif ; experiment osho
Aneka Turiya Bhavana : BUDDHISME ; MISTISME ;
® peracutan : proyeksi racut ; meditasi bardo
- penguasaan : jhana vasi samatha / panna nana Vipassana ;
- pelintasan : 7 dimensi Osho ; Radha Soami
Dalam penempuhan & pencapaian = vs ghurur (arogansi spiritual); jadzab (fikiran obsesif)
Lokiya Bhavana : kemantapan metafisik ; -MAGISME : -YOGISME :-TAOISME
- Pemantapan : kontemplasi & visualisasi ; konsentrasi & integrasi.
- Penguatan : Hatha Taois ; Prana Reiki ; iddhipada ; experiment osho
Turiya Bhavana : jhana,racut (keterbukaan x kepercayaan ® anubodha x keterjagaan ® blocking alpha )
- Penguasaan : Penyadaran jhana vasi samatha / panna nana Vipassana ;experiment osho , penguasaan proyeksi racut ; meditasi bardo
Dalam pencapaian : & penempuhan :GHURUR kedewasaan pencerahan & JADZAB penyadaran totalitas diri
ghurur : arogansi spiritual,
kebanggaan merasa sudah berada pada maqom tinggi walau sesungguhnya masih rendah . Sesungguhnya jika maqom memang sudah tinggi sifat merendah pasti akan semakin intensif. Pada puncaknya justru sikap kerendahan hati yang sadar dan tulus secara autentik haqqul yaqin akan terwujud dengan sendirinya.
Contoh : Obhasa dianggap Union Mystica ;
jadzab : fikiran obsesif
Orang yang menjalani spiritualitas sering digambarkan sebagai orang yang sangat serius dan tegang dengan sistem energi yang begitu ketat dikarenakan desakan ketegangan oleh obsesi terhadap pencapaian spiritualitasnya, tekanan kewajiban disiplin yang harus dijalankannya . Menjadi penyendiri dan seakan tak perduli dengan keberadaan lingkungan sekittarnya. Begitu keras dan sinis caranya mensikapi segala fenomena kenyataan dunia ini. Begitu gelap dan kelam nyaris tanpa kecerahan dan keceiaan yang terpancar dari dirinya. Kenyataan yang sungguh ironis jika kita kaitkan dengan hakekat spiritualitas yang seharusnya justru membebaskan kita dari kegelapan dan membawa kita dalam kebenaran sehingga akan membawa kita dalam keselamatan dan kebahagiaan. Saya pernah mengalaminya dan tidak akan menyangkal bahwa kejadian tersebut cenderung akan dialami oleh para pemula yang begitu antusias dan terobsesi pada spiritualitas yang ditempuhnya.
® Prinsip Kebenaran pencerahan & :Pencerahan spiritual dan kedewasaan psikologis
- wuwei & zazen : WUWEI integrative & ZAZEN utilitarian ® Keseimbangan integritas dan keberimbangan aktualitas
- wuwei & zazen : Keseimbangan integritas dan keberimbangan aktualitas
WUWEI integrative : passive
Khrisnamurti tanpa metode hanya totalitas kesadaran pasrah menerima keberadaan
ZAZEN utilitarian : active
Typical aktualisasi pembumian perlu konsentrasi utilitarian
Realisasi diusahakan zazen methode hingga akhirnya tiba saat wuwei utilitarian.
Hanya Zazen ? mandeg immanensi sebatas individual ; Hanya Wuwei ? hanya satori kilasan pencerahan
3) kemantapan lanjut (ks): kesadaran transenden
® Analisis pencapaian : perbedaan & kesesatan
pensikapan : kesaktian metafisik ( to product / by product : macam ® sikap ): vs magisme ; kerahnian spiritual (puncak immanensi; realisasi transendensi ?) vs monisme pantheistic; vs ladunni avatara
® Analisis Kebijakan Spiritualitas Religius = Agama (Syariat-Thariqat-Haqeqat-Ma’rifat ) = Hindu & Buddha; Tao & Zoroaster; Yahudi :& Kristen :& Islam ; Mistisme (Sufisme & Yogisme) + Filosofis
Pasca Pencapaian :
- perbedaan & kesesatan : analisa pencapaian (kesaktian & keilahian) & pensikapan
- perbedaan & kesesatan : analisa pencapaian (kesaktian & keilahian) & pensikapan
kesaktian metafisik :
Kesaktian metafisik macam : sikap :
Kesaktian tidaklah menunjukkan ketinggian spiritualitas .
Kesaktian to product : dituju ; dilalui dengan : kekuatan sendiri atau bantuan makhluk eteris / astral.
Kesaktian by product : keniscayaan realisasi meditasi penembusan dimensi ; distansi penempaan bahkan kemurnian adhikari moralitas.
Pemanfaatan dan penghindaran :
Pemanfaatan karena kepicikan ; karena kefasikan perampok ; karena kelicikan perampok
Penghindaran karena kemurnian, kelanjutan
Pemanfaatan
kerahnian spiritual :
Batas akhir realisasi pencapaian adalah pada puncak immanensi ; mungkinkah realisasi transendensi dengan persatuan keilahian ?
Mungkin ini bukan kebenaran tetapi saya tetap konsisten dengan pandangan semula sehingga adalah ketepatan
Nihilsme Buddha ?
Transendensi mistik ?
Jika saya membenarkan itu semua, maka saya juga membenarkan :
1)rasionalisasi pembunuhan
Kenapa harus dibunuh
2) rasionalisasi pendustaan
3) rasionalisasi pembatasan transendensi Tuhan hanya dan kedudukan Tuhan ternyata bisa setara
4) rasionalisasi perayaan
5)
Dengan catatan jika yang dimaksud Tuhan adalah Dzat Mutlak yang tidak hanya immanen pertingkatan mandala atau per indiividu samsara (monisme pantheistics) namun juga transenden (monotheistic robbaniyah) maka kriteria ideal nya bagi persatuan adalah kesetaraan dengan wujud, kuasa dan kasih Tuhan. Suatu hal yang mustahil karena ; namun jika diartikan sebagai suatu ke
1. Kasih : realisasi kebenaran kasih ® berakhlaq dengan (akhlaq yang dirihoi) Allaah (walau sulit namun dapat); jika keberdayaan panna ladunni sungguh paripurna tanpa cela kesalahan maupun noda kelalaian selama hidupnya . Tidak sekedar dimaafkan atau dibenarkan saja, (figur ideal para perintis Nabiyullaah : )
2. Kuasa : realisasi kekuatan kuasa ® kuasa metafisik immanent dari realisasi spiritual (walau nyaris mungkin tapi mustahil); jika keberdayaan karomah nana sungguh paripurna tanpa kelemahan penuh kekuasaan . Tidak sekedar dimaafkan , (figur ideal para perintis Nabiyullaah : )
3. Wujud : realisasi kesatuan wujud ® diri mewujud sebagai Tuhan ( mustahil dan tidak mungkin ) ® Keilahiahan satguru ?
Dengan kriteria ideal tersebut cukup gilakah kita untuk menyamakan diri dengan Tuhan ?
Dengan catatan
Dengan kriteria ideal tersebut cukup gilakah kita untuk menyamakan diri dengan Tuhan ?
kisah tragis-ulasan , hakekat pencerahan
Kebijakan pensikapan atas Pencerahan =
Kejatuhan Al Halaj :
Tajalli Tuhan atas gunung adalah kesirnaan
Al Halaj sesungguhnya adalah seorang spiritualis religius yang baik. Dan mungkin karena keautentikan peribadahan dan penempuhannya,Kebenaran tampaknya menganggap layak untuk mengaruniainya kesempatan pengalaman ekstasis.
Dalam ekstasis peniadaan kefanaan keakuan dirinya,kebaqoan yang Esa melingkupnya dalam lautan ekstasis. Pengalaman ekstasis yang dahsyat itu menjawab tuntas kerinduan spiritualnya ; Dia merasakan kesatuannya dengan yang dicintai, Al Haq, Tuhan. Yang kemudian diungkapkannya sebagai “annal haq” (akulah kebenaran).
Sejumlah Sufi Pantheistik dan para Yogi monistik memandang pencapaian maqom kebaqoan aku setelah kefanaan aku ini sebagai maqom yang paling tinggi, namun tepatkah pandangan dan pernyataan annal haq tersebut ? Se
1. bukan pandangan benar karena jika memang ada Tajali peleburan Tuhan pada makhlukNya maka seharusnya tidak hanya kesadaran namun seluruh keberadaan makhluk tersebut pastilah sirna bagaikan hancurnya gunung karena tajali Tuhan padanya
2. bukan ungkapan yang tepat karena sesungguhnya Laten deitas keilahiahan Tuhanlah yang melingkup makhluknya; bukan sebaliknya. Cahaya Tuhan mungkin hanya mampu . Namun secara keseluruhan
3. bukan ungkapan yang bijak karena kalupun itu dibenarkan juga sebagai hysteria union-mystica yang terjadi pada realisasi ekstasis saja
Tampaknya pandangan Al Halaj kemudian menganggap ; di hukum mati.
Kebijakan Buddha :
“Yang mencapainya akan diam ; yang berbicara sesungguhnya tidak memahami apa-apa”.
Buddha tidak menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan kepdanya tentang pencerahan kebuddhaan , “siapakah yang mencapai nibbana ?”.
Tidak menjawab adalah jawaban yang tepat. Karena seandainya dia menjawab , “aku” maka itu adalah jawaban salah. Dia berdusta karena dalam nibbana pencerahan kesadaran ‘aku’ sesungguhnya sudah tidak ada lagi.). Dan seandainya dia menjawab : “ bukan aku” – dia pun menyangkal pencerahan kebuddhaannya sendiri. Hanya dengan keannata-an “tanpa aku” lah dia mencapai pencerahan Zazen Kesadaran aku sudah terlampaui sebelumya bahkan sejak terlampauinya kristalisasi ego pada dimensi kesadran individual. Dalam wuwei keesaan pada dimensi universal tidak ada lagi ‘aku’. Dalam keesaan,keakuan dipandang sebagai ‘anatta’ (keakuan yang semu dan tanpa inti) :Annata adalah pendekatan rasionalitas kebahasaan negatif dalam sudut pandang keimmanentan mandala. Dan Buddha terlalu bijak untuk tetap bersikap autentik dengan tidak jatuh pada ‘keakua’an yang semu tersebut.
Realitas Kenyataan adalah hal yang pelik untuk dijabarkan dan demikian juga Nibbana Pencerahan adalah hal yang sulit untuk dijelaskan . “Yang telah mencapainya akan diam; yang berbicara sesungguhnya tidak memahami apa-apa”. Kebenaran Realitas sesungguhnya bersifat trans-rasional bahkan transcendental sehingga segala formulasi konsep pandangan apalagi rhetorika kebahasaan yang digunakan sebagai media pengungkapan tidaklah cukup mampu untuk merengkuh kejelasan seluruh kebenaran yang hanya bisa dihayati dan dicapai melalui penempuhan realisasi yang autentik hingga mencapai puncaknya ini. Karena begitu rumitnya permasalahan ini untuk difahami lingkungan awam, adalah bisa dimaklumi jika kemudian dia secara bijak membentuk koloni kebhiksuan sebagai wahana pembabaran Dharmanya. Dalam koloni yang terbatas dan terpandu itulah ma’rifat kebenaran, hakekat kenyataan dan tarekat penempuhan Dharma dibabarkan. Sedangkan untuk kaum awam dia hanya menyampaikan ‘syari’at’ praktis demi harmonisasi kebersamaan dan transformasi kesiapan diri untuk Panna kebijaksanaan berikutnya melalui pemantapan awal Sila moralitas dan pelatihan dasar Samadhi Secara keseluruhan adakah makhluk yang setara dengan Tuhan ?
Kebijakan pensikapan atas Pembumian =
® Analisis Kebijakan Spiritualitas Religius :
Syariat sebagai landasan eksoterk Agama ;
Mistisme India :
1. Hindu :
2. Buddha :
Faham Harmonium dualitas :
1. Tao :
2. Zoroaster : api ?
Religi Mediteran :
1.Yahudi : Musa (ikhnaton – Mesir)
2. Kristen : Isa ( Yogi India ? tradisi mistik Esena yang kemungkinan berkaitan dengan tradisi mistik Israel Caballa ? )
3. Islam : Muhammad (revilasi pewahyuan -) / illuminasi (mi’raj)
® Analisis Kebijakan Spiritualitas Mistisme :
1. Sufisme :
2. Yogisme :
® Analisis Kebijakan Spiritualitas Filosofis :
Kebijakan
Ketepatan :
epilog : kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah.
Mensikapi meditasi = kelanjutan moralitas yang transrasional; Perlunya realisasi jika hasil akhir bisa kita fahami ; ketepatan robbaniyah (holistic religius – integral pembumi) dalam kewajaran dan kesadaran
Mensikapi realisasi ®
+ kelanjutan moralitas yang transrasional
dan menjalani meditasi ®
Perlukah realisasi jika hasil akhir bisa kita fahami ?
1. pada hakekatnya meditasi bermakna luas
2. realisasi memungkinkan ekstensi yang lebih tinggi (pencerahan melampaui samsara ; surga yang lebih tinggi)
3. realisasi memungkinkan tingkat kecerdasan/kebijaksanaan lebih tinggi (panna/ laduni) : pemurniaan batin dari akar karmaik
4. realisasi memungkinkan kesiagaan sakaratul maut (
5. realisasi memungkin kebaikan tersirat dalam penempuhannya
- kebijakan & ketepatan : kebijakan (kebebasan ?) ® ketepatan (holistic religius – integral pembumi)
- kebijakan & ketepatan : kebijakan (kebebasan ?) ® ketepatan (holistic religius – integral pembumi)
mensikapi ekstasis = mensikapi hasil meditasi
Epilog = Kewajaran Eksistensi
→ Aktualisasi totalitas : harmoni ; refleksi ; sinergi =
Realisasi hanyalah awal bukan akhir; pribadi robbani,‘uebermensch’ spiritual
dhamma dutta faber mundi viator mundi rahmat dan berkah yang memberdayakan dan membahagiakan
Vs Jung individuasi ? Vs Osho : celebrasi permainan x rakit moralitas ; Vs Pearls : keneurotisme autentik ?
Vs ‘Nietzche” uebermensch’
epilog : Kembali membumi (kemantapan pencerahan →kedewasaan Robbaniyah)
Epilog = solusi kedewasaan pembumian vs ‘uebermensch’ Nietzche
® Realisasi pencerahan Individuasi yang dilanjutkan hingga Realisasi pencerahan immanensi hanyalah awal bukan akhir penempuhan. Input dari Ekstasis bukanlah suatu perayaan yang membebaskan kesadaran diri dari rakit estetika moralitas adhikari pada kaidah kasih dari system metode spiritualitas dan religiusitas namun justru memantapkannya menjadi sangat berkualitas dalam panna kebijaksanaan robbaniyah yang sangat cerah sebagai keniscayaan luapan kasih ilahiyah yang terserap selama realisasi ekstasis tersebut. Akhir dari realisasi adalah terbentuknya pribadi robbani, ‘uebermensch’ spiritual yang tidak secara naïf menafikan atau mematikan Tuhan karena arogansi kebodohan akan pemahamannya ~ tetapi justru secara arif menyandarkan keterbatasan dirinya dalam kesempurnaan Tuhan karena pencerahan kesadaran realitasnya; yang tidak mengumbar keliaran nafsnya dalam vitalitas neurotik wild wisdom dengan menggunakan kebuasan rasionalisasi pembenaran logika kekuatan ~ tetapi justru mengaktualisasikan secara holistik integritas kebaikan Dharma kasih dengan menggunakan metalogika kebenaran transrasional panna kebijaksanaan Robbaniyah.. Realisasi pencerahan adalah perkembangan kedewasaan berkelanjutan bagi keberadaannya sebagai dhamma dutta yang secara arif berintegritas dan secara baik mengaktualitaskan keterkaitan dan Keperdulian pemberdayaan individualitas dirinya dan juga lingkungan universalnya sebagai faber mundi (‘pencipta dunia’) walau tanpa kepamrihan dan tiada kemelekatan. sebagai viator mundi (‘penziarah dunia’). Sehingga keberadaannya tidak menjadikannya laknat dan musibah yang memperdayakan dan membahayakan bagi kehidupan individualnya sendiri maupun lingkungan universalnya; tetapi menjadi rahmat dan berkah yang memberdayakan dan membahagiakan bagi semesta kehidupan karena kebaikannya
holistic Dharma yang membawa rahmat bagi aktualisasi pembumian seluruh alam sebagai walau dan tiada kemelekatan.
Vs Jung : kedewasaan adalah jika seorang telah tuntas menjalani individuasi ?
Vs Osho : setelah pencerahan kehidupan adalah celebrasi permainan ; rakit moralitas tidak diperlukan lagi karena kesadaran sudah mencukupi ?
® Kehidupan menjadi celebrasi kasih ~ sebagai keniscayaan dari pencerahan immanensi.: refleksi pemuliaan dharma ~ ; moralitas lebih berkualitas karena kesadaran robbaniyah ®
Vs Pearls : kedewasaan adalah suatu sikap autentik ?
® Tidak hanya autentik tetapi holistic . Bukan refleksi yang naïf dan liar tetapi refleksi yang arif dan baik karena senantiasa berintegritas pada Dharma tidak sekedar vitalitas neurotik nafs.
Vs ‘Nietzche ; jadilah ” uebermensch’ dalam vitalitas wild wisdom yang menggunakan logika kekuatan , menjadi Tuhan yang telah mati ?
® Jadilah uebermensch spiritual yang tidak mengingkari keIlahiyahan ; memfanakan diri dan membaqokan Tuhan dan mengaktualisasikan integritas fine wisdom.
dalatheisme : realisasi kebenaran > keilahian.
BAB III.
REVITALISASI = Pembumian
Prolog : Sufi Pembumi
kisah seeker yang ditolak sufi pertapa dan belajar ke sufi pembumi
® Sufi Pembumi : Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas
Prolog : Sufi Pembumi →Menyadari tanggung jawab eksistensialitas & universalitas
(MEMBUMIKAN DHARMA ) : kisah seeker yang ditolak sufi pertapa dan belajar ke sufi pembumi
Wujud : Eksistensialitas
Kuasa : Kehandalan Aktualisasi
Kasih : Harmonisasi
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan
prolog : ketepatan pandangan ® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi
ketepatan pandangan = Totalitas holistic x ekstrem dualisme ; sanatana dharma x aranyaka dharma
kearifan tindakan: amati ® alami ® atasi (kesadaran Dhamma Bhumi ; Dhamma Sekha & Dhamma Dutta)
1) kecerahan Mahadharma (w) : Sanatana dharma – Bhinneka Dharma
satu sanatana Dharma pada bhineka dharma ® Satu Agama baru ? tidak perlu (kronologis agama)
2) kepastian Transformasi (ks) : pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan
pemberdayaan individualitas ® pemisahan Dunia & Akherat ? total gestalt (atsar simultan)
3) kebijakan Aktualiser (k) : transformasi Individual – Transformasi universal
pemberdayaan universalitas ® tentang Reformasi + Globalisasi : transformasi (lingkungan kondusif )
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani : Dhamma Bhumi, Dhamma Sekha ; Dhamma Dutta
pembumian spiritualitas universal = pemberdayaan keabadian & kehidupan (individual-universal)
1) PERSPEKTIF = kecerahan pandangan
prolog : ketepatan pandangan
® kearifan mensikapi : Amati – Alami – Atasi
1) kecerahan Mahadharma (w) :
Sanatana dharma – Bhinneka Dharma
(satu Agama Dharma ?)
2) kepastian Transformasi (ks) :
pemberdayaan keabadian – pemberdayaan kehidupan
(Dunia & Akherat)
3) kebijakan Aktualiser (k) :
transformasi Individual – Transformasi universal
(Reformasi + Globalisasi)
epilog : kecerahan komitmen ® kebaikan menjalani : Dhamma Bhumi, Dhamma Sekha; Dhamma Dutta
MENSIKAPI dan MENGATASI KEBENARAN =
Prolog : Aktualisasi Eksistensial
Harmonisasi Kehidupan :
dualisme kehidupan yin-yang
1. diantara dualisme =
timur dan barat : timur dan barat tak akan pernah bersatu ?
pria dan wanita : jiwa spiritualis harus feminim ?
tua dan muda : spiritualitas hanya untuk orang tua ?
duniawi dan akherat
2; kewajaran pembumian :
Kehidupan duniawi dengan segala kompleksitas permasalahannya tidak tepat untuk menjalani Spiritualitas justru karena itu .
aranyaka bukan sanatana dharma® spiritualitas aktualiser yang berimbasng dan seimbang
spiritualitas tidak hanya ditujukan bagi keselamatan akherat tetapi juga membawa kesejahteraan bagi a
viator mundi dan fabr mundi dunia bukanlah ilusi dan tidaklah kotor : dunia bukanlah ilusi dan tidaklah kotor - politik spirituaslisasi politik x polisisasi spiritual
aktualiser =
muzzamil,berbenah,affirmasi
istiqomah,muhasabah
Universalitas Spiritual : kesadaran peran dan
Problematika Kehidupan : kebutuhan vital
Tujuan dalam kehidupan =
Apaun tujuan kita spiritualitas harus menjadi landasannya
1. kebahagiaan tujuan klise hedonis dan alamiah karena memnguntungkan kepentingan diri
2. kesuksesan
3 keberadaan
Memahami kebutuhan = Uang
1. kebutuhan dasar : kehidupan & kesehatan
2. kebutuhan emosi : kenyamanan & kesenangan / afeksi & respek
3. kebutuhan : kecukupan & kemapanan
4. kebutuhan : aktualisasi eksistensial & internalisasi spiritual
DHAMMA SEKHA : karani ® aktualisasi keseimbangan penempuhan
DHAMMA DUTTA : Rahni ® aktualisasi keberimbangan pencerahan
Epilog : kewajaran pembumian
Epilog : mengalir bersama
1) Mahadharma (w) :
2) Aktualiser (ks) :
3) Transformasi (k) :
ketepatan > kebenaran pandangan
Epilog : kholifatullooh ® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi
Kholifatullooh :
® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi
Epilog : kholifatullooh
® Menghargai kehidupan manusiawi & duniawi
PENUTUP :
Kesimpulan ( QUO VADIS ? ) ® pandangan & tanggapan
Pandangan : kesimpulan ® Robbani ( x sensasi bahagia ; taraqqi mandala ; fantasi ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis (Wujud; Kuasa; Kasih)
Pandangan & Tanggapan :
1. diperlukan pandangan yang benar dan tepat untuk memahami
2. diperlukan realisasi penempuhan untuk membuktikan kebenaran dan sekaligus mengaktualisasikan
3. diperlukan keberimbangan
4. diperlukan kebijakan untuk
5. diperlukan
Pandangan : kesimpulan: Robbani ( x bahagia ; mandala ; ahamkara) ;
Tanggapan : opini terhadap Asumsi hipotesis dan solusi dianektis
Syukur & Terima kasih :
Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia
Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran
→ Syukur : Alhamdulillaah ~ Hanya karena Dia
® Terima kasih : bantuan & panduan + staff penerbitan & percetakan & pemasaran
Pengharapan :
Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan
Ma’af ;
Saran perbaikan dan masukan pelengkapan
® Kemanfaatan : referensi panduan , literature wawasan , bacaan hiburan, wacana perenungan
® Ma’af : Saran perbaikan dan masukan pelengkapan
Pustaka
Biodata
MEDITASI
1. RACUT :
Menggeser dimensi kesadaran diri dari tubuh fisik ke tubuh subtil ( sukma eteris ).
PROYEKSI ASTRAL SCOTT ROGO
Gnosis Buddhisme : Kesadaran bersifat universal ( x individual ) sehingga dapat saja melakukan pemindahan kesadaran diri ke suatu obyek/suyet & proyeksikan kesadaran diri ke suatu tempat/waktu.
: kesedian melibatkan diri ® atasi kecemasan alamiah (avidya sosial awam : mati,gila,terasingkan) ® baca literatur pemandu ® penunjang program =- diet vegetaris ( Keller ),dll
Proyeksi eteris =
pelatihan awal :
® pernafasan Yoga :
: standar pranayama ® penguatan badan & supplier energi kesadaran untuk PLB
: berdiri ® pernafasan diafragma sempurna
: berjinjit ® pernafasan segitiga dalam tiga gerakan ( - jinjit - )
: bersila ® penahanan pernafasan ( penyebaran prana ke tubuh )
: telentang ® pernafasan kebatinan ( + visualisasi osmosis prana pada tubuh )
: (+) pernafasan silang : lubang hidung kanan/kiri bergantian
Pelaksanaan :
(1) ® Relaksasi ( Haraday ) =
POP ( pengenduran otot progresi ) untuk mengurangi ketegangan fisik dan kecemasan batin
pengenduran fisik : telentang ( miring kanan x kiri ) > duduk ( hipnose otomatis x insrtuktif protokoler )® tegang dan kendurkan kelompok otot tubuh secara bertahap ( pernafasan berirama , interval waktu , rasakan kenyaman pelepasan ketegangan )
pengenduran mental : pasifkan fikiran
®1.1. detak jantung ( Muldon ):
: fokuskan perhatian pada jantung ( rasakan denyut jantung ®kehendak kuat agar denyut jantung menjadi teratur kecepatan ® turunkan denyut jantung secara bertahap capai kondisi alpha untuk PLB )
®1.2. intensitas getaran ( Monroe ):
: setelah relaksasi® telentang ® masuki keadaan hipnagogik(batas tidur – terjaga ) Kondisi A = terjaga (=pertahankan satu obyek kesadaran tunggal sebagai indikasi )
Kondisi B = keadaan hipnagogik ( obyek telah beralih pada obyek lain ® sati pasif
Kondisi C = Keadaan mendalam ( tiada kesadran fisik & kontak indrawi )
Kondisi D = getaran ( = rasakan dan kuasai secara pasif dengan tetap relax mengamati )
=> intensifkan dan tingkatkan getaran
: visualisasi PLB secara bertahap
®1.3. tersebar ? : Visualisasi :
Kubus Necker + Kembangkan keahlian imajinasi kreatif penciptaan image mental & pertahankan visualisasi fikiran sadar dalam mengkondisikan batin bawah sadar eteris untuk PLB
: Brent = visualisasi terkontrol ~ skenario tahapan ( hypnotism sugestible )
: Muldoon = bayangan cermin eteris diri
: Lancelin = pengarahan tujuan lokasi tertentu
: Hermetics = visualisasi fikiran kuat akan mewujud dalam dimensi fisik secara nyata ( minimal akan berpengaruh pada kondisi si pelakunya ) ® terkaan batin bebas pada sesuatu di balik tabir
konsentrasikan pada satu titik ½ meter di atas kepala dimana terdapat tali yang menarik tubuh eteris ke luar tubuh fisik melalui kepala ;
®1.4 . tertidur ? ; Kontrol Mimpi Jelas :
: reseptif dan apresiate terhadap pesan mimpi dan memanfaatkan mimpi /tidur sebagai media kontrol keadaan hipnagogik ( Program mimpi terbang untuk keluar tubuh / PLB ).
Pertahankan kesadaran diri hiongga tidur dan bermimpi ® kesadaran dan pengamatan mimpi kemudian Fokuskan pada program mimpi jelas untuk maksud PLB ( kehendak pasif > aktif )
Proyeksi Mental =
1. pengeluaran tubuh eteris :
® proyeksi kehendak dinamis ( Lancelin ) =
Kemauan sadar yang sangat kuat mensugesti batin bawah sadar menyebabkan PLB secara spontan.
: fokuskan fikiran/kesadaran pada seluruh tubuh ® Rasakan ( > khayalkan ) keberadaan tubuh astral.
: fokuskan segenap energi pada kening/pusar ® Kehendak kuat (> inginkan ) agar tubuh astral keluar dari tubuh fisik .( : Rasakan keberadaan tubuh astral di luar badan fisik )
2. pengamatan zarah eteris :
: Green = pengembangan proyeksi kesadaran eteris ke luar tubuh fisik ( Swain ® PLB dalam keadaaan tetap terjaga secara bertahap : pengamatan jarak jauh x perkiraan ; )
3. pemunculan zarah eteris :( bilokasi )
BUDDHA
Perintis :Siddharta ‘Buddha’ Gautama
PEMAHAMAN KESADARAN =
Prinsip Ehipassiko = Saddha > Iman [ kepercayaan karena pembuktian]
:pariyati(pelajari)®patipati(praktek)®pativeda(realisasi)
KAIDAH BUDDHISME =
~ Kesadaran akan hukum paticca samupada ® kontak bijak ( Let It Be )
Mental noting : Satipatthana
( berkesadaran penuh : Sati Sampajjana )
Zazen Batin : Eka Bhisamaya ( samahito + parisudha ® kamaniya)
~ Kesadaran akan Catur Ariya Satyani ® Jalan Spiritual =
(1) Sila : Kemurnian Sila dan kebajikan berprilaku
(2) Samadhi : ketekunan meditasi dan
(3) Panna : kebijaksanaan paramatha sacca ( kebenaran mutlak )
SAMATHA BHAVANA
® : 40 obyek meditasi ~ carita ( perwatakan) dan fungsi (penggunaan)
Rupa-Jhana = kegairahan sensasi
(1)Jhana1=vitakha,vicara,piti,sukha,ekagat((2) Jhana 2 = piti,sukha,ekagata
(3) Jhana 3 = sukha,ekagata
(4) Jhana 4 = ekagata
® Abhinna : Iddhi kesaktian ( dengan obyek : kasina) ,
Arupa-Jhana = keheningan nuansa
(1) Arupa Jhana 1 = pengheningan keadaan ruang tanpa batas
(2) Arupa Jhana 2 = pengheningan keadaan kesadaran tanpa batas
(3) Arupa Jhana 3 = pengheningan keadaan kosong ( sang habis )
(4) Arupa Jhana 4 = pengheningan keadaan tanpa pencerapan
® santa vihara : penghidupan yang penuh kebahagiaan
KEAHLIAN = JHANA-VASI
VIPASSANA BHAVANA
® : 4 objek meditasi ~ carita (perwatakan)
KESIAPAN =
( 1 ) Sila visuddhi : Kesucian sila
( 2 ) Citta visuddhi : Kesucian fikiran ( minim : Jhana 1 )
PROSES =
( 3 ) ditthi visuddhi : Kesucian pandangan ( pembedaan : nama – rupa)
( 4 ) kankhavitarano visuddhi : Kesucian keraguan ( hubungan kausalitas)
( 5 ) magga amagga : tilakkhana universal & 10 kilesa
( 6 ) patipadana : sankharupekkha keseimbangan batin terhadap obyek ®anuloma ( penyesuaian jalan tengah x ekstrim)
PENCERAHAN =
(7)Patipada:Pencerahan-lokuttara(Gotrabu ®Magga®Phala:sotapana,sakadagami,anagami,arahat ) ® pacchavekha peninjauan kembali.
RADHA – SOAMI
Satguru : Swami Ji ; Baba Jaimal – Sawan Singh – Sardar Bahadur – Charam Singh ; Gurinder
Kaidah Sant Mat :
- Moralitas untuk harmonisasi nurani yang menenangkan jiwa.
- Diet Vegetaris untuk menunjang kelancaran bermeditasi.
- Gurbhakti untuk ‘total surrender’ ,Seva ( pelayanan) dan pemurnian ego.
- Nambhakti untuk media konsentrasi dan ‘visa’ meditatif
Proses Meditasi =
Simran ( Dzikir 5 nama suci penguasa 5 wilayah rohani ) pada tisratil sambil Dhyan ( kontemplasi wujud astral Satguru ) ® : Bhajan < menyimak Shabda >
Vs mekanisme anti-kundalini fikiran ( ke bawah & ke luar ® ke dalam& ke atas ) ® pada tataran : Pinda / material creation/ melalui 6 chakra bawah
(1) pusat akar ®muladhara chakra : Kilyang
( 2 ) pusat seks ®indri chakra : Onkar
( 3) pusat pusar ®nabhi chakra : Hiryang
(4) pusat jantung ®hrida chakra : Sohang
(5)pusat tenggorokan ®kanth chakra : Shiriyang
(6)pusat dua mata ®Dodal Kanwal = pineal
® : Level : Yogi Puran
Menjelajahi Wilayah Rohaniah
Pada tisratil : terdengar suara binda/jhinga (gemuruh/sepur) & tampak wujud guntur,
( 1 ) Sahansdal Kanwal : Niranjan desh ® bell & cronch
Nama sufisme : Maqam I Allah
Terdengar 10 suara : lautan,guntur,
Tampak juga : langit,matahari,bintang
~ Chidakash : surga/neraka
~ sahansdal kanwal : Jyoti Niranjan
~ kolam Tirbeni
3 bagian :
~ jhongran dep
~ shyan
~ sett sunn
® Level : Sikh ( Siswa Sejati )
( 2 ) Trikuti Murakashi : Brahm loka ® sound of Onkar
Nama sufisme : Maqam I Allah Hu ( Wilayah asal : fikiran )
Terdengar suara : Onkar dalam guntur
Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)
® Level : Yogishwar
( 3 ) Daswan Dwar : Par Brahm ® King Ri (Spiritual lute)
Nama sufisme : Alam I Lahut
Terdengar suara : Onkar dalam guntur
Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)
( 4 ) Banwar Gupha : Sohang ® Bansri ( flute )
Nama sufisme : Alam I Hahut
Terdengar suara : Kingri
Tampak wujud : sunnya , gunung (Mer,Sumer,Kailash)
( 5 ) Satta Loka : Sat Purush ® Bin ( big pipe )
Nama sufisme : Maqam I Haqq ( Rumah Sejati : Jiwa )
Terdengar suara : Bin ( Big Pipe)
Tampak wujud : Sach Kkand ( Sat Nam ) di Alakh Lok ® Agam Lokh ® Anami Lokh
® Level : Param Sant ® Satguru
OSHO
PANDANGAN =
Evolusi tansadar bersifat kolektif , sedangkan evolusi sadar bersifat individual.
: Hiduplah secara Total = hidup religius meditatif dalam Tao = kenyamanan dari ketegangan )
MEDITASI CHAOTIC =
Dalam bermeditasi diperlukan kemurnian fikir , kealamian tubuh
1. Chaotic breathing : 10 ‘
® kacaukan sistem masif neurotik diri untuk membebaskan emosi yang tertekan/mengendap
:penafasan dalam & cepat ( tubuh kelimpahan oksigen ® alive/vitale : alamiah hewani )
= fisik terasa tidak lagi terasa sebagai materi tetapi seperti sistem energi yang meluap.
2. Catharsis : 10 ‘
®theraphy pelepasan seluruh limbah emosi yang tertekan /mengendap secara bebas .
:pembersihan : menjerit,menangis ; tertawa,melompat ; menari , dll ( terserah )
= tubuh fisik terasa ringan alamiah dan batin fikiran murni dari segala limbah mental.
3. Sound : HOO : 10 ‘
® menghantam sentra sex / chakra vitale agar kemudian terjadi proses kundalini energi.
: teriakan- teriakan HOO sekeras mungkin terarah ke sentra sex untuk menaikkan energi.
= terjadi proses aliran energi kundalini di dalam dan menuju ke atas.(exhausted)
4. Jump : Meditasi :
® memasuki alam meditasi dengan seluruh totalitas kesadaran diri tanpa konflik ( wuwei )
: menjadi pengamat yang mantap (sakshin upeksha) atas apapun juga yang dihadapi.
= secara bertahap terjadi pertumbuhan spiritualitas melalui pengalaman batiniah langsung.
TRANSENDENSI 7 TUBUH =
= consciousness ( kesadaran ) ®witnessing (pengamatan)®awareness(kemurnian)®enlightment
Desireless = just the absence of desiring x the opposite ( passive x active )
meditasi bersifat passive ( total surrender)® x kehilangan awareness
manusia memiliki 7 dimensi paralel keberadaan yang saling terpadu dan berkait.
jika bermeditasi mulailah dari tubuh pertama paling luar ( jangan fikirkan ‘pengetahuan tingkat tinggi’ agar tidak mengganggu kelancaran dan kesejatian transformasi diri )
atasi ketegangan yang timbul karena adanya ketidak-nyamanan dalam transformasi(kesenjangan antara kenyataan dan keinginan).® ® Pintu dimensi kesadaran pada setiap tubuh berikutnya akan terbuka otomatis jika tiada ketegangan didalam badan tersebut ( kenyamanan holistik)
Jadilah : sakshin upeksha ( kesadaran pengamat yang indifferent ® equilibirium ; tanpa konflik karena membedakan kutub polaritas yang ada sehingga tidak terjadi perpecahan diri ) = mentransendensi polaritas ( kenyamanan batin dari ketegangan alamiah eksistensial dengan tidak perlu melekat/menolak polaritas yang ada )
metode = melekat ®melepas ( langkah permulaan akan menjadi rintangan perkembangan lebih lanjut jika terlalu dilekati )
(*) HORIZONTAL (MASIH INSANIAH ) = DARI LUAR KE DALAM =
1. FISIK
terbatasi ruang dan waktu
PRAMEDITASI =
rasakanlah keberadaan fisik dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : kayanupasana.
MEDITASI =
polaritas : breathing ( incoming x outcoming )
vision : khayalan mimpi fisiologis
transend : sadari setiap saat rasa dari dalam [ holistik ]
penyesuaian : hidup dalam kekinian ; ketika bertindak disadari ( actor ~ action ) ; seks ®ekspresi positif cinta kasih ( x pelepasan ketegangan)
2. ETERIK
transparan & antigravitasi ( sukma 13 hari pasca kematian ); terbatasi waktu tetapi ruang tidak
PRAMEDITASI =
sadarilah keberadaan dan pergerakan dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.
MEDITASI =
polaritas : influence ( attractive /love/well-being x repulsive/hatred/diseased )
vision?mantra,parfum(jakfaron/misik;hio/dupa,dll) , warna (biru eterik ,dll)
vision : tetap sadar terjaga dengan sarana mantra ( ®tidak efek hipnotis/tertidur )
transend : sukma plb ,sugestible hipnotik & zarah kundalini ( kenali vitalitas mekanisme nya dari dalam )
penyesuaian : cinta kasih murni (sikap fikiran dalam diri terhadap seluruh kosmik bukan sekedar hubungan antar personal X pemenuhan hasrat nafsu sex/ego ) dengan tanpa harapan/tuntutan
3. ASTRAL
tidak terbatasi ruang dan waktu lampau
PRAMEDITASI =
sadarilah keberadaan dan pergerakan dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.
MEDITASI =
polaritas:magnetisme(powerful/confident/bravery – powerless/inconfident/coward )
vision : jangan pastikan dulu prakonsepsi keabadian diri ( realisasi : truth pativedha >proyeksi : faith anubodha )
transend : ungkapkan keberadaaan di dalamnya ( totalitas kehendak )
penyesuaian : gudang timbunan pengharapan /hasrat keinginan yang begitu menimbulkan ketegangan ( kewaspadaaan meditator ? )® terima saja hasrat tersebut sebagaimana adanya (akan timbul ketenangan // berhasrat tanhasrat ? neurotis )
4. MENTAL
rumah terakhir fikiran ( tidak terbatasi ruang dan waktu lampau dan mendatang )
PRAMEDITASI =
sadarilah keberadaan dan pergerakan dari dalam (tidak sekedar dari luar ) : sati kayanupasana.
MEDITASI =
polaritas : thought ( incoming – outcoming )
vision : waspadai proyeksi ciptaan mental ® jangan harapkan/identifikasikan apapun
transend : lampaui seluruh proses mental ( awas ! schizoprenia : fikiran tidak dalam keadaan harmoni – secara simultan bekerja terpecah ke 2 arah yang berlawanan : berdiri di luar & melihat ke dalam/ ke atas ® Mulailah dari lapisan terluar setinggi apapun ‘ pengetahuan ‘ anda )
penyesuaian :konflik pemikiran yang saling posesif menguasai keseluruhan ®kekalutan
sadari saja fikiran hanyalah klise proyeksi timbunan ingatan fisik dan terimalah kealamiahan hal tersebut tanpa persetujuan/penyangkalan yang memang tidak perlu ® jangan identifikasikan diri dengan fikiran/buah fikiran tertentu (bebaskan badan mental dari kekacauan)
(*) VERTIKAL (MULAI ILAHIAH ) = DARI BAWAH KE ATAS =
ke Chakra ajna ( Tuhan ) ; sirshasan ®arus energi berubah ( ketidak-nyamanan fikiran yang terbiasa antikundalini )
5. SPIRITUAL
keabadian yang tidak terbatasi ruang dan waktu
PRAMEDITASI =
sadari kematian dan kehidupan hanyalah fenomena luar bukan realitas inherent pada keabadian diri.
MEDITASI =
polaritas : Life itself = Prana ( life – dead )
vision : tiada dualitas ( cermin perbedaan tanpa kelainan ) ® refleksi bayangan dari ralitas saja.
dalam kesendirian total bebas dari segala bentuk mentalitas ® jangan identifikasikan diri sebagai apa/siapapun juga
transend : kesadaran monad (atom tanpa jendela-Leibniz) / kesadaran Ego
penyesuaian : atasi kebodohan diri dengan Atma Gyana ( pengenalan diri ; Dengan tidak mengenal dirinya tiada guna orang mengenal apapun ?) ® Mengetahui ( secara langsung : pasti ) X pengetahuan ( pengertian pinjaman : sangsi )
6. KOSMIK
kosmik
PRAMEDITASI =
ego drop ® no ego ( become one with all )
MEDITASI =
polaritas universal : kosmik ( srishti /creation – pralaya/destruction )
Realitas ‘diri’ : Avatar Vishnu untuk siapa Brahma menciptakan dan shiva menghancurkan.
vision : realitas otentik tanpa cermin ( fikiran universal Brahman ) ® samadhi sabeej ( + benih )
transend :4- 5 : ego®non ego
koan Zen ‘ansa dalam botol’ (gerbang tanpa gerbang ) ® jangan identifikasikan diri sebagai kristalisasi ego ; sadari saja (tanpa metode; karena setiap metode memperkuat ego ) / x satori
penyesuaian : individualitas dalam universalitas kosmik ® berhentilah menjadi individu pribadi (Kita adalah samudra keESAan /oceanic feeling/ x kristalisasi individualitas keakuan = keberadaan sebagai insan kosmik ) Tuhan = (tan)individualitas keberadaan kosmik
7. NIRVANA
sunna
PRAMEDITASI =
Hakekat diri : ketiadaan ( negativisme Buddha ) karena keberadaan adalah Brahman ( Shankara)
vision : pusat keberadaan murni ( tanpa positif/negatif ) ® samadhi nirbeej ( x benih )
MEDITASI =
polaritas universal : Truth ( being – not being )
transend : melompat dalam keheningan ( pencerahan sejati ! sudah ada sebelum adanya ciptaan ,masih ada walau setelah pralaya ®saya tidak tahu (Buddha); karena tidak ada simbolisasi tepatnya)
penyesuaian : tegangan antara keberadaan – ketanberadaan ( untuk fahami keseluruhan : jadikanlah kehampaan sebagai satu-satunya keseluruhan )® hilangnya keberadaan ke dalam tankeberadaan [ Brahman : keberadaan + ketanberadaan = keseluruhan > Tuhan : keberadaan ]
® = Setelah itu ? ADWAIT ( Oneness )
BARDO =
Bardo thos grol chen mo :
Buku panduan untuk mencapai kebebasan abadi lewat pemahaman tentang kematian
The Tibetan Book of the Dead : Padma Sambhava ( abad VIII ) ® Karma Lingpa abad ( XIV )
Mahavira : pencerahan masih mungkin terjadi hingga pada saat kematian
Tibetan : ‘ menghadapi kematian adalah suatu keahlian untuk disiagakan dan dibiasakan ’
Persiapan :
latihan meditasi racut ( PLB ) pada saat hidup ® meditasi bardo untuk saat ajal.
® Hadapi dan jalani kematian dengan penuh kesadaran & kasih ( + : munajat Robbani )
Proses :
Usahakan pencerahan dengan menyatu pada cahaya kesadaran murni Ilahiah Semesta.
1. Chikkhai Bardo : ( saat kematian )= Astral
langsung bermeditasi : simak ikuti cahaya murni kebenaran yang bersih dan jernih .
gagal ? cahaya dengan sosok figur mistisi (Satguru,Buddha ,Nabi,dll).
gagal ? jatuh ke Chonyid Bardo
2. Chonyid Bardo : (alam kausalitas ) = Etheric
sadari akan kematian diri dan perjalanan arwahmu ( awas ! ilusi proyeksi fikiran )
hari 1 : perhatikan cahaya biru kesadaran murni diri x cahaya putih ketidak-tahuan karmik
hari 2 : perhatikan cahaya putih bersih kebijakan sejati x cahaya kelabu kebodohan samsara
hari 3 : perhatikan cahaya kuning bersih keseimbangan diri x cahaya biru kotor kesombongan
hari 4 : perhatikan cahaya merah bersih kasih x cahaya merah kotor keterikatan
hari 5 : perhatikan cahaya hijau cerah kesempurnaan abadi x cahaya hijau kotor kepicikan
hari 6 : perhatikan cahaya 4 warna cerah pencerahan x cahaya 4 warna buram keresahan
hari 7 – 13: Awas dualitas fikiran ( cahaya kotor : coklat , putih,kuning,merah,hijau,aneka warna )
hari 14 : hari terakhir ( Atasi rasa bersalah/ketakutan/keraguan yang muncul karena fikiran yang terkondisi karma )
gagal ? jatuh ke Sidpa Bardo
3. Sidpa Bardo :( alam kelahiran kembali )= Etheric
Pertahankan kesadaran dari godaan rebirth( semuas hanya ilusi fikiran belaka )
walau sudah semakin sulit teruslah bermeditasilah kembali agar tetap mampu menyatu dengan cahaya murni kebenaran Ilahiah. ( Kenang ajaran Satguru )
® vs wujud/suara mencekam refleksi penyesalan atas kesalahan masa hidup.
® vs ilusi pengadilan / surga – neraka
Berada di alam Sidpa Bardo ,emosi batin begitu intens terasakan ® lampaui ilusi fikiran yang membuatmu terjebak dalam penderitaan yang sesungguhnya tidak perlu itu.( terus meditasi)
® masuki samsara ? perhatikan cahaya yang paling cerah dari keIlahian yang Maha Penyayang dan masuki meditasi ( putih cerah – alam dewa; kuning cerah – keluarga saleh ) X perhatikan cahaya buram (putih–dewa/malaikat;hijau-kuasa sakti;kuning-intelektual;biru-hewani; merah-arwah gentayangan ;abu2/hitam – alam terrendah)
® kelahiran kembali ( jika bayangan sudah terlihat kala bercermin/berjalan berarti sudah gagal di alam sidpa bardo ).
Berdo”a dan tetap tenang ; jangan tergoda ilusi sex ® pilih rahim yang sesuai( menunjang evolusi spiritualitas diri pada kehidupan mendatang ) :
Simbol Vision : tempat ibadah ( keluarga saleh/alam dewa)/ bangunan megah ( prospek peningkatan kesadaran). X : gua/lubang besar berkabut tebal ( hewani )/ gurun luas/rimba gelap ( kehidupan tanpa arti)/ hutan berapi (magis)/ danau & angsa ( kaya tetapi tidak spiritual),dlsb
UPDATE PARAMA DHAMMA
Desain Kosmik “Mandala Advaita “ bagi dagelan “nama-rupa”
Esensi Murni > Energi Ilahi > Materi Alami
kebajikan harus dengan kebijakan
Kebijaksanaan harus dalam keberimbangan
Keberimbangan harus dalam keselarasan
Walau memang ada kebahagiaan & penderitaan ,Tidak ada yang harus dilekati – Tidak ada yang perlu dibenci
Walau memang ada keunggulan & kerendahan ,Tidak ada yang harus dipuja – Tidak ada yang perlu dicela
Tanpa obsesi tiada ambisisi
In Reality – Be Realistics – To Realize
Kesadaran
Kecakapan
Kelayakan
Esensi Murni
Ariya
Sekha
Zenka
Swadika
Energi Ilahi
Genia
Talenta
Materi Fisik
Visekha
Mandala Advaita : Desain Kosmik
Pandangan Sikap Batin In Reality
Formula Swadika
Pandangan Sikap Batin In Reality
Mahatma
Pandangan Sikap Batin In Reality
ANEKA RENUNGAN
Parama dharma bagi swadika advaita
Dharma (tdk) sederhana bagi mandala (tak) sempurna
Keutamaan > kebuddhaan
Taqwa ,< metta < anatta
Ketauhidan dalam keanattaan
Abhidhamma =
Hayati tandiri ke anattaan atas segala entity keberadaan
Sadari ke aniccaan atas segala process keberadaan
Fahami ilusi ke dukkhaan atas segala entitas keberadaan
Kesadaran melampaui = mandala advaita
Nibbana 1
Samsara 31
Mengarahkan batin kesadaran > mengerahkan fikiran
Transformasi diri
Kebijaksanaan
Keharmonisan
Kebahagiaan
Keberdayaan
Menyadari keakuan diri semu dengan mengamati aku, diriku, milikku sebagai dia.
Just Flow in relaxed mind without excessive energy
Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) =
Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku zalim dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya.
ZAZEN CANON : REALITAS TINDAKAN ® FOREVER AKTUALISER ~ ETERNAL UNIVERSIAD
Tindakan Aktual untuk segera merealisasikan Keberadaan Diri demi keberlanjutan dari Evolusi Spiritual Deitas Kosmik diri dalam Samsara Keabadian dan menunjang kehandalan diri sebagai Aktualiser dalam Kehidupan ini dan Eskatologi keberadaan Diri berikutnya .
Realisasi Tindakan– tidak sekedar Imaginasi Gambaran belaka – adalah sangat mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil yang nyata dan feed-back perbaikan dan penyempurnaan dari suatu wawasan pandangan.
Keterarahan penempuhan dalam kebijaksanaan pandangan.
Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Mantap dalam kesederhanaan, Handal dalam keberdayaan dan Lancar dalam kebijaksanaan.
Plus = Ada keridhoan dalam ketaatan. Ada kemurkaan dalam kemaksiatan
Prakata : Perlu kebenaran paradigma pandangan , kejelasan tujuan pencapaian, kepastian realitas tindakan dan ketepatan langkah strategis
Manual ini ditujukan sebagai panduan praktis untuk memberdayakan diri dalam menempuh universalitas keabadian dan kompleksitas kehidupan . Walaupun dikemas dalam wacana yang ringkas dan singkat namun lengkap dan cukup memadai untuk dipergunakan sebagai canon utama diri.
File Ke 1 = INTEGRITAS UNIVERSIAD
® 1. Vitale Zazen = Kesadaran Gnosis Eternal
2. Ekstase Swadika : Transendensi Keberadaan
3. Talenta Semesta : Transformasi Kehandalan
§ File Ke 2 = AKTUALISER UNIVERSIAD
4. Swadika Semesta : Kemantapan Universe Holistik
5. Karakter Personal : Kelancaran Flexible Autentik
§ File Ke 3 = AKTUALISER EKSISTENSI
6. Regista Persada : Rutinitas Kemantapan Pelancaran
7. Legenda Semesta : Vitalitas Kehandalan Penempaan
File Ke 4 = INTEGRITAS EKSISTENSI
® 8. Finale Zazen = Kesadaran Wisdom Forever
9. Reset Universiad : Kesabaian Akhir
10. Ready Aktualiser : Kesiagaan Mulai
1) REFLEKSI MEDITATIF = Mental Global paradigma dipathera :
Aware vitale in INTEGRITAS UNIVERSIAD
Vitale Zazen = Kesadaran Gnosis Eternal Kemantapan Faith Gnosis(Integritas Universiad) ® Kegairahan Truth Exodus
Aware gnosis – focus exodus – wuwei action – zazen vitale sesuai mahadharma dalam kesadaran alpha beta
resitasi paritta Ritual Mental ditujukan untuk penghayatan kebenaran dan bersegera memberdayakan universiade aktualiser diri secara tepat dan pasti.
refleksi empiris Aktual Global ditujukan untuk penyadaran kenyataan dan terus melanjutkan aktualisasi universiade diri secara bijak dan luwes.
1) Aware of Gnosis Wisdom in Faith Truth = Ketepatan paradigma Gnosis Realitas – kebijakan Wisdom Spektrum
MANTAP EXODUS = Realitas Keabaduan = ESA ( Mandala Genesis – Robbani ) Fenomena Kehidupan = aku (Dimensi Samsara – Pribadi )
HANDAL EMPIRE = Keterjagaan Labirin Avidya = Keswadikaan Ekstase Dharma =
Gnosis Wisdom : kemantapan & keakuratan menghayati paradigma heuritis bagi Integritas Kesadaran (Akidah Gnosis / Kaidah Wisdom)
- Faith Integritas : Kebenaran Gnosis Keabadian ® Ketepatan Hibrah Kehidupan (Menghayati paradigma heuritis / Mensikapi pengamatan empiris)
Aktualisasi holistik yang inklusif tidak exclusive (sbg Dharma Sekha; dlm Sangha Ariya ) x
- Truth Eksistensi : Kejelasan avidya Kebodohan ® Keluwesan Kiprah kenyataan (ketelitian penyadaran situasional / kecerdasan pengatasan keadaan)
Harmonisasi simpatik tanpa terexploitasi atau memanipulasi (thd Etika Publik ; utk Diniah Agama; ) x pengkhianat keberadaan
REFLEKSI MEDITATIF = Dijalankan setiap saat ® ketersediaan waktu. Faith Truth
® Aware Universalitas : Gnosis Realitas = Visualisasi Pengamatan Kenyataan Laten Deitas “ESA”
® Zazen Integritas : Wisdom Spektrum = Konsentrasi Pengarahan Kesadaran Figur Kosmik “ aku”
2) Vitale of Exodus Empire in : Kesegeraan & kelanjutan aktualisasi tindakan Komitmen pemberdayaan (Target Exodus / Qonaah Lanjut)
§ Focus Exodus to Evolusi Pribadi : Transformasi Gnosis untuk Akses Eternal zarah Universiad
Akses Universiad : Transformasi Keberadaan Universiad (Akses Keabadian ) ® Ekstase Swadika, talenta semesta , visekha samsara
Orientasi Tujuan : Akses Eternal Swadika Visekha ® Asset Forever Persada Regista
(a) Transformasi Evolutif Keabadian = Akses Swadika + Hisab Visekha
Akses Swadika = Transformasi Evolutif Kualitas Esensi Sejati
1. Basic Eternal Keswadikaan Arhad Jagad ® Super Figur
2. Input Forever Ketalentaan Arhad Jagad ® Smart Flair
Hisab Visekha = Transformasi Harmonis Moralitas Esensi
1. Basic Kemahatmaan Arhad Jagad ®Wahidah Nibbana
2. Input Keamaliahan Arhad Jagad ® Waridah Surgawi
(b) Aktualisasi Effektif Kehidupan = Block Regista + Asset Persada
Asset Persada = Kesuksesan pencukupan kekayaan Astaiya
1. Basic Profesi = Kehandalan ekonomi produktif
2. Asset Pensiun = Kemantapan deposit benefit
Block Regista = Kesuksesan pencukupan kejayaan Regista
1. Citra Positif = Keluwesan Simpatik Harmonis
2. Squad Bushido = Kekuasaan Guardian Imperium
§ Wuwei Action in Regista Semesta: Aktualisasi Kehandalan untuk Asset Forever Figur Eksistensial
- Focus Aktualiser : Aktualisasi Kehandalan Eksistensial (Asset Kehidupan) ®Eksist Persada, karisma regista, legenda semesta
Integritas mantap Evolusi Pribadi®Aktualitas handal Regista Semesta
§ Zazen Vitale = Exodus Gnosis
® DISIPLIN INTENSIF = Evolusi Pribadi
Integritas : Deitas Kosmik
Eternal Forever = Semadi Esensi – Centre Figure
Swadika Semesta = Sati Videha – Yogi Tapasa
Vitalitas : Exodus Universiad
Geniard Bushido = Genius Versus – Global Comrad
Maestro Cruiser = Master Expert – Tantra Wasesa
Rutinitas : Kasual Eksistensi
Reset Universiad = Sentra Agenda – Primus Exodus
Ready Aktualiser = Matrik Kosmik – Estate Figure
® REFLEKSI UNIVERSE = Regista Semesta
Integritas : Figure Kosmik
Holistik Universe = Aktual Wasesa – Mental Dewasa
Autentik Flexible = Swadika Robbani – Gestalt Bushido
Rutinitas : Aktual Eksistensi
Regista Publik = Senzei Publik – Patria Sangha
Bushido Estate = Steady Family – Aktual Estate
Vitalitas : Vitale Universiad
Reputasi Kosmik = Spectre Cruiser –Geniard Maestro
Hegemoni Publik = Bushido Regista – Leisure Swadika
§ Final Vitale of Total Zazen = Mantap Exodus – Handal Empire
4. Zazen Finale : Kemantapan Qanaah Output ® Kegairahan Revisi Lanjut
Fungsi =Qanaah Kesuksesan ® Revisi Kelanjutan .
Kesuksesan Asset Kosmik = Penerimaan feedback tindakan
Spektrum Exodus = Evolusi Pribadi + Regista Semesta
§ Evolusi Pribadi : Tahap Perluasan Eternal itas Deitas Kosmik
§ Regista Semesta : Level Kemapanan Eksistensial Figure Publik
Ekstasis Wisdom = Syukur Sukses + Qanaah lanjut
Kelanjutan Fokus Exodus = Perevisian kelanjutan tindakan
Orientasi Tujuan = Gnosis Exodus + Kosmik Publik
§ Gnosis Exodus : Kebenaran Prinsip Ariya
§ Kosmik Publik : Kehebatan Potensi Figur
Realisasi Tindakan = Revisi Lanjut + Sukses Proyek
2) DISIPLIN INTENSIF = Pengasahan refleksi intensif Tapasa Videha :
® Refleksi intensif Sati videha ditujukan untuk mengembangkan integritas penyadaran universal nivritti dan dalam aktualisasi pengarahan holistic diri.
® Distansi effektif Yogi Tapasa ditujukan untuk mengsawdikakan diri dari ketergantungan/kemelekatan eksternal dan memperkasakan universalitas diri. Refleksi Sati Videha : Keswadikaan penyadaran Holistik Nivriti:
- Resertivitas harmonisasi = penyadaran diri mensikapi (Reseptif x raeaktif) : visuddhi authentik
- Asertivitas aktualisasai = pengarahan diri bertindak (terarah x neurotik ) :
Sati Videha ( Kearifan diri : Nivritti Holistik )
Sati Videha = pengembangan kesadaran
1. Nivritti Holistik (sati sampajjana - vivekha vairaga)
2. Reseptif :Penyadaran diri : reseptif x reaktif (harmonisasi kesadaran)
3. Asertif :Pengarahan diri : proaktif x mekanis- impulsif (aktualisasi tindakan)
4. Holistik = Pelatihan tindakan meditatif Pembiasaan sikap muhasabah -penyadaran lapisan -harmonisasi energi -kesadaran kekinian -aktualisasi tindakan
Distansi Yogi Tapasa : Keperkasaan pengasahan swadika semesta
- KeSwadikaan diri = tanpa kemelekatan eksternal Keswadikaan Kosmik Figure ® Kesemestaan
- KeSemestaan diri = mampu independent universe
Yogi Tapasa = peningkatan ketahanan
1. Kuanta Universiad = mengatasi ketergantungan /kemelekatan kelemahan meningkatkan keberdayaan / keperkasaan menjalani kesadaran kehandalan.
2. Keswadikaan : kemantapan diri : menjalani kesadaran
3. Kesemestaan : kehandalan diri : mengatasi kelemahan
4.Integral = keberdayaan Holistik
3) MEDITASI EKSTASIS = transendensi intensif avatara bhavana Deitas Kosmik
® Meditasi ekstasis Semadi esensi untuk memantapkan pencerahan batin murni rahni ilahi dan menswadikakan pencapaian arhad jagad deitas esensi diri.
® Integrasi effektif Centre figure untuk menswadikakan patensi kosmik figure diri dan mengembangkan kewasesaan kuasa universal brahma sentra diri .:
Ekstasis Semadi esensi : Keswadikaan penyadaran Holistik Nivriti:
1. I’tikaf Robbani = sujud kudus
2. Jarah Jagad : proyeksi astral
3. Arhad esensi : ekstasis pencerahan
4. Buddha Gnosis = kebijaksanaan
- Dhyana Vihara = Transendensi : Ritual Gnosis Dhyana Bhakta ® Mental Exodus Dhyana Anatta (+ jarah jagad)
Ritual Gnosis = Dhyana Bhakta (Ritual Shalat – Dzikir – Munajat Robbani )
Mental Exodus = Dhyana Anatta ( Batin Murni – mantram – Centrum Swadika )
- Semadi Esensi = Realisasi : Pencerahan Spiritual Rahni Ilahi ®Kemantapan Arhad Jagad (+ Buddha prajna) Pencerahan kesejatian esensi
Rahni Ilahi = Pativedha ( Keheningan – Pencerahan – Keilahiahan )
Arhad Jagad = Iddhipada (
Integral Centre Figure : Keperkasaan pengasahan swadika semesta
Centre Figure : Penguasaan kesaktian kosmik
1. Swadika Mantram = raja yoga
2. Kuasa Jagad : forsa magis
3. Figur Kosmik : super figur
4. Kosmik Figure = maha yoga
- Centre Figure = Realisasi : kewasesaan universal Prima Zenka® Kehandalan SuperFigur (Raja Yoga) (Penguasaan Kesaktian : Super Figur )
- Brahma Sentra = Transformasi : kuasa jagad ® Forsa magis ( Maha Yoga) (Kekuatan daya : Swadika Universe )
4) DISIPLIN INTENSIF = penyerapan kewasesaan talenta aktual
VITALITAS – UNIVERSIAD Dari Kesediaan Waktu Global
® Vitalitas Sekha Universe untuk mengembangkan talenta kecerdasan intelgensia universal diri dan dalam menyerap data formula wisdom exodus diri.
® Aktivitas Prima ditujukan untuk memberdayakan kecakapan skill aktualiser diri dan mengeffektifkan kewasesaan flair universiad diri.
1) GENIUS VERSUS = Intelgensia Quasar Memory Diri .
MEDITASI = Radar Pakar / Gelar Wedar Realisasi Pencapaian Kecerdasan Disket diri.
REFLEKSI = Sekha Talenta / Input Formula Apersepsi Memorial
2) GLOBAL COMRAD = Rhetorics Interaktif
MEDITASI = Jerat Pikat / Realisasi Pencapaian Kepesonaan Profil diri.
REFLEKSI = Pragma Wacana / Ritual Formal Integritas Kehandalan Universe aktual diri
3) TANTRA WASESA = Gimnastics Figure Kosmik Diri .
MEDITASI = Super Figur / Flair Zahir Realisasi Pencapaian Kewasesaan Figure diri.
REFLEKSI = Senam Nature / Fight Athlet Integritas Kehandalan Universe aktual diri
4) MASTER EXPERT = Tehnokratics Aktual Tehnis Diri.
MEDITASI = Knowledge / Science Realisasi Pencapaian Kewasesaan Kosmik Figure diri.
REFLEKSI = Operational / Modifikasi Integritas Kehandalan Universe aktual diri
Sekha Universe : penjarahan kewasesaan aktual
Keluasan ilmu : Idea Talenta Genius Versus (Penyerapan Kelihaian : Smart Input )
- Riset Semesta = Kecerdasan universal ( serapan pengertian ; terapan penempaan )
Riset semesta = Keahlian
1. Osmose Intelgensi =kecerdasan
2. Serapan :pustaka sorcer
3. Terapan :latihan
4. Formulasi = formula
- Edisi Formula = Keakuratan tutorial (formulasi tutorial ; strategi kebijaksanaan)
Edisi formula =Formulasi
1. Prive Secret :Confidential
2. Squad Disket :Loyalitas
3. Massa Offset :Royalties
4. OtherChattering
Prima Integral : Penguasaan kewasesaan aktual
- Master Expert = Kemantapan Geniard Maestro ®Kehandalan Regista Bushido.
Serap talenta = Genius Versus Kehandalan Intelgensi
1. Prima Geniard = Genia dasar
2. Vedha Formula : Edisi
3. Krida Maestro : Skill
4. Genia Regista = Flair
- Tantra Wasesa = Kemantapan Hakei Cruiser ® Kehandalan Konfu Spectre
Flair swadika Tantra Wasesa Kemantapan Universiad
1. Tempa Figure = prima
2. Macho Raider : flair
3. Hakei Combat : fight
4. Flair Master = forma
5) KARAKTER PERSONAL = Keharmonisan Refleksi Pribadi Semesta :
Kemantapan Autentik Flexible Zenka Visekha = Citra Pribadi : Elite Regista : Hisab Robbani =
® Refleksi autentik Mahatma Robbani ditujukan untuk memantapkan integritas pribadi semesta dan mensiagakan garansi waridah robbani keabadian .
® Flexible estetik Regista Bushido ditujukan untuk mengesankan interaksi simpatik diri dan mengembangkan kecakapan wisdom guardian publik.
Mahatma Robbani : Kemantapan Karakteristik Integral Holistik pada keabadian
- Zenka Visekha : Kesadaran Gnosis → Akhlaq Dharma (Adhikari : kesatrian sifat Ariya Adhyatma , keagungan sikap Metta Mahatama) :
- Hisab Robbani : Kefahaman Diniah → Ibadah Islami (Amaliah: kekhusyuan peribadahan Robbaniyah , kelimpahan amaliyah muttaqien ):
Regista Bushido : keluwesan Personalisasi Flexible Simpatik Guardian pada kehidupan
- Chitra Simpatik = Keluwesan Profil → Simpati Pribadi ( perfomance Gentle Figure, interaksi Master Affair )
- Publik Guardian = Kebijakan social → Karisma Regista (Excelence custom wisdom, rhetorika actual formal )
6) STABLE VITALE = Kesiagaan effektif aktualiser universiad:
MENTAL GLOBAL =Refleksi effektif Mental : kesabaian (Gentle Master) + kecerahan (Affair Publik)
® Kecerahan mental dewasa agar diri dengan sabai mensikapi stress secara mantap dan dengan lihai menghadapinya secara handal .
® Ketegaran actual wasesa agar diri dengan tegar mengatasi azhab tanpa fatal dan mampu mengatasinya secara fresh bugar.
kecerahan Figure Publik : Kedewasaan mental integritas untuk tetap sabai dan mampu cerah
Mental Dewasa
Kesabaian samsara : Dalam Dalam keadaan berduka :Dalam tekanan dicela :Dalam kondisi cemas : Dalam situasi kalut :
kecerahan persona : Sineas Untuk refleksi karismatikSelalu tenang : Selalu nyaman : Selalu mantap : Selalu handal :
- Kesabaian samsara Gestalt Figure : tetap sabai dalam keadaan stressing ketika berduka : dicela : cemas : kalut :
- Kelihaian persona Maestro Sineas : mampu cerah Untuk refleksi karismatik Selalu tenang : nyaman : mantap : handal
Ketegaran Deitas Kosmik : Kewasesaan actual universiad untuk tiada fatal dan mampu bugar
Aktual Wasesa :
HANDLE SEMESTA =Kewasesaan aktual Handle pralaya Aktual : ketegaran (Alive Stable ) + kebugaran (Prima Vitale)
Ketegaran pralaya : terhadap nyeri : terhadap sakit :terhadap fatal :terhadap cacat : Stable
Kebugaran legenda :Kondisi alamiah diri untuk vitalitas universiad Senantiasa relax : Senantiasa total : Senantias fokus : Senantiasa zazen :
- Ketegaran pralaya (Alive stable):. tiada fatal terhadap : nyeri, sakit , fatal , cacat :
- Kebugaran legenda (Prima Vitale) : mampu bugar untuk : relax :total :fokus :zazen :
7) LEGENDA REGISTA : Aktualisasi Effektif Kehandalan :
®Vitalitas penempaan legenda Universiad untuk memberdayakan kemampuan secara optimal dan memperoleh kesuksesan pencapaian universal .
®Rutinitas kecakapan regista eksistensi untuk mengusahakan kecakapan handal regista dan mengembangkan kemapanan actual persada eksistensial.
Vitalitas kehandalan Universiad : Vitale kosmik & Empire Publik
Legenda Semesta ®Kehandalan Aktualiser = Kosmik Universe & Publik Imperium
Spectre Cruiser =
§ Geniard Maestro :
§ Regista Bushido :
Leisure Swadika =
- Vitale Kosmik : Dominasi Keunggulan Spectre Cruiser+Reputasi Kehandalan Geniard Maestro
Kosmik : kehebatan (Zenka Cruiser) + kecakapan (Flair Geniard)
Empire : kehandalan (Aider Bushido) + kemantapan (Elite Regista)
1. ZENKA RIDER = :Vitalitas Macho Universiad dari spectre cruiser (Kemantapan Deitas Bunker & Kehandalan Kosmik Vitale)
Deitas Bunker : Kearhadan Spectre
Datuk Semesta = Dharma Wisdom :Master Kosmik :
Jarah Mandala = Ninja Vitale : Zenka Nomade :
Kosmik Vitale : Kehebatan Cruiser
Macho Cruiser =Fight Martial :Champ Athlete :
Rider Fortune =Scout jelajah :Lucky treasure :
2. SMART FLAIR = : Vitalitas Genia Reputasi dari Geniard Maestro (Kepakaran Genius Expert & Kelihaian Comrad Global)
Genius Expert : Kecerdasan Genius Expert (pakar):
Smart Geniard = master genius : expert kosmik :
Flair Maestro = Sineas presenter: Kreasi impresario :
Comrad Global : Reputasi Kehandalan (lihai)
Aktual Worker = Reserve fielder : Service profesi :
Expert Comrad = Lobbiest merchant : Partner pemandu :
- Empire Publik : Hegemoni Kemantapan Bushido Regista + Relaksasi Kenyamanan Leisure Swadika
3. AIDER REICH: Reich Imperium bushido : Master Empire Kecakapan Master Empire & Kemapanan Respek Publik
Reich Imperium = Pandu Vihara : Chief warior :
Squad Sindikat = Triad Syncorp : Prima Galamar :
ELITE MASSA : Guardian regista : Respek Publik :
Elite Guardian = Intelectual Tehnokrat : Elite publik :
Massa Prestise = Bushido Patriarch : Guard people :
4. Leisure Swadika : Kenyamanan Relax Leisure ® Kelancaran Riset Swadika
MEDITASI = Reset Swadika Realisasi Pencapaian Kewasesaan Kosmik Figure diri.
REFLEKSI = Relax Leisure Integritas Kehandalan Universe aktual diri
Rutinitas kemantapan Eksistensi : Guardian Publik & Familiar Estate
Publik : kelancaran (Senzei Birokrat ) + kematangan (Social Patriarch)
Estate : kecakapan (Living Familiar) + kemapanan (Wealth Harmonia)
- Guardian Publik : Kelancaran Dinas Profesional Senzei Publik + Kematangan Elite Patriarch Patria Sangha
1. Senzei Publik = Kelancaran Dinas Profesional Kecakapan Genius Excellent® Kelihaian Master Guardian
Genius Excellent : Kecakapan profesional
Instruktur Guidance = Instruktur pembelajaran :Guidance pengarahan :
Aktualiser Mastery =Aktualitas kegiatan :Mastery keahlian :
Master Guardian : Kelihaian birokrat
Eksekutif Managemen =Eksekutif sistem : Managemen figure :
Birokrat Rhetorika =Birokrat urusan : Rhetorika humas :
2. Patria Sangha : Kematangan Elite Patriarch keluwesan Social Interaktif ® Kepakaran Master Protagonis
Social Interaktif : keluwesan pergaulan
Affair Custom : Affair warga : Custom tatanan :
Bhakti Sineas : Bhakti warga : Sineas massa :
Master Protagonis : Kepakaran sistem
Takmir Publik : Takmir custom : Majlis publik :
Sangha Expert : Expert comrad : Sangha senzei :
- Familiar Estate : Kemapanan keluarga Steady Family + kemapanan grhasta Aktual Estate
3. Steady Family : Kemapanan dalam keluarga
Kecakapan simpatik Familiar ® Kemapanan logistik Harmonia
Kecakapan ( Living Familiar ) : Kerukunan Grihasti
Familiar Intimate : Familiar figure : Romance intimate :
Logistik Guidance : Living logistik : Leisure Guidance :
Kemapanan ( Wealth Harmonia) : Kecukupan Fasilitas
Subsisten invest : Deposit estate : benefit invest :
Patriarch figure : Simpatik figure : Guardian patriarch :
4. Aktual Estate = Kemantapan Kasual Estate ® Kehandalan Aktual Worker
Kasual Estate :
Aktual Worker :
8) PERSADA PERFOMA : Integritas Effektif Kesuksesan & Kemantapan
® Kebiasaan reset universiade ditujukan untuk mengakses input progress pemberdayaan dan menyiapkan manuver lanjut aktualisasi berikut .
® Kesiagaan ready aktualiser ditujukan untuk menghandalkan kekuatan forever serta memantapkan kesiapan manuver aktualisasi harian
8. Finale Zazen Integritas Kesadaran
Output = Akses Eternal + Input Persada
§ Kondisi Negatif :
§ Situasi Positif :
Lanjut = Revisi + Exodus
Reset Universiad : sentra agenda & primus exodus
Penerapan Talenta Swadika Kehandalan & Perolehan Persada Regista Kosmik
Sentra Agenda = Daily Input + Tugas Fokus
§ Talenta Semesta : Pemantapan Kehandalan Forever ( Aktualiser Eksistensi )
§ Visekha Swadika : Pemantapan Keberadaan Eternal ( Integritas Universiad )
Primus Exodus = Akses Eternal + Prima Forever
- Sentra Agenda = Registrasi Journal Regista (Input Universiade: Daily Asset; Tugas Aktualiser : Tugas Fokus )
Input Universiade : Input masukan : Daily Journal :
Tugas Aktualiser : Tugas garapan : Fokus manuver
- Primus Exodus = Relaksasi Eternal Forever (Akses Eternal : Arhad Jagad + Akses exodus ; Prima Forever : Fresh figure + Super Figur )
Akses Eternal : Arhad Jagad : Input exodus :
Prima Forever : Fresh figure : Super Figur :
Ready Aktualiser : master raider & Estate Figure
10. Ready Aktualiser
Kesiagaan
Master Raider =
Prima Figure :
Zazen Aktual :
Estate Figure =
- Master Raider = Pemantapan Kehandalan Aktualiser (Prima Forever : kemantapan eternal patensi ; Zazen Scanner : kehandalan manuver strategi )
Prima Forever :
Zazen Scanner :
- Estate Figure = Pemantapan Kesiagaan Eksistensial (Benah Estate : ketemataan estate eksistensi ; Siaga Figure : kemantapan figure aktualiser )
Benah estate :
Kopen figure :
Penutup : Perlu ketegasan paradigma pandangan, keqonaahan input kenyataan, kesabaran input penempuhan,dan kelanjutan revisi langkah strategis
Kearifan Global untuk dewasa menerima Keberadaan Diri demi keberlanjutan dari Evolusi Spiritual Deitas Kosmik diri dalam Samsara Keabadian dan menunjang kehandalan diri sebagai Aktualiser dalam Kehidupan ini dan Eskatologi keberadaan Diri berikutnya .
Kearifan Global – tidak sekedar Imaginasi Gambaran belaka – adalah sangat mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil yang nyata dan feed-back perbaikan dan penyempurnaan dari suatu wawasan pandangan.
· MEDITASI REFLEKTIF =
Dijalankan setiap saat ® ketersediaan waktu.
® Zazen Integritas : Wisdom Spektrum = Konsentrasi Pengarahan Kesadaran Figur Kosmik “ aku”
® Aware Universalitas : Gnosis Realitas = Visualisasi Pengamatan Kenyataan Laten Deitas “ESA”
KUTIPAN PASADA
Paguyuban Sangha Dharma (Pasadha) Gemawang – Nadi
Mahadharma (Ehipasiko : Kalama Dharma)
Prolog : Landasan paradigma.
1. Kesiagaan > kelengahan : kebijakan penentuan
2. Kepastian > keyakinan : kebenaran pandangan
3. Keluwesan > keketatan : ketepatan pembumian
menghadapi segala kemungkinan dalam kompleksitas keberadaan awal diri.
Monolog : Kehandalan menjelajahi pemberdayaan.
· Kemantapan dalam anatta x tersekap identifikasi ego
· Kenyamanan dalam dukkha x terlekat manipulasi ide
· Kelancaran dalam anicca x terjebak dinamika aum
Ekspansi Aktualiser Satya Ariya =
Dalam Tuhan segalanya ada. Kuasa Dharma harus difahami kenyataannya
1. Konsistensi Ketabahan : kecerahan Vitalitas positif (amor dei, amor fati ) - asertivitas (shabar ) – positivitas (syukur) Kegairahan > keengganan : Usaha dalam karunia (positif – shabar – syukur )
2. Aktualisasi Kecakapan : kegairahan memberdaya smart geniard – flair maestro – reich bushido
3. Eksistensi Kemapanan : keluwesan memberdaya profesi public – patria social – steady family
Refleksi Eksistensi Brahma Vihara =
Dalam Tuhan segalanya sama. Kasih Energi harus dijalani keberdayaannya
1. Satya kerobbanian : Bersahaja > takabur : Metta dalam upekkha ( kasih – dewasa – seimbang ) satya – ariya – metta
2. Ariya keperwiraan : Sila Prilaku Kepribadian : berpribadi ariya ( iffah – amanah – istiqomah )
3. Metta kemandalaan Dana Harmoni Kebersamaan : berprilaku mulia ( karuna – mudita – dewasa )
Meditasi Universiad Dharma Sekha =
Dalam Tuhan segalanya bisa. Wujud Esensi harus disadari kesejatiannya
1. Swadika > labil : prima dalam swadika ( atasi ilusi keberadaan diri )
2. Mandala : atasi ilusi penembusan wilayah
3. Advaita : atasi ilusi pencapaian maqomat
Epilog :
Keterarahan melanjutkan segala keberadaan.
· Kenyamanan menempuh pencerahan : nglampahi tanpo ngetoke
· Kemantapan menembus pencerahan : mantep tanpo anggep
· Kelancaran melampaui pencerahan : genah tetep nglumrah
Epilog : Orientasi pragmatis berpandangan ini ( jika hanya di dunia ini – jika ada akherat – jika samsara nyata )
1. Akumulasi Swadika Talenta keberdayaan Arhad Universiad
2. Akumulasi Persada Regista kemantapan Figure Aktualiser
3. Akumulasi Karisma Visekha keterjagaan Nafsi Eksistensial
PLUS = Meditasi adalah keniscayaan x kewajiban Ketika diri kembali sejati ( keberadaan dalam keanataan yang intens : reseptif - integrated ) air tanpa buih di lautan
KUTIPAN DHARMA ISLAMIAH
MAHADHARMA KALAMA SANGHA
Kalama Dharma sebetulnya sesuai jika seseorang lahir dari keturunan moderat, hidup dalam lingkungan demokratis dan kita telah berada dalam kedewasaan psikologis. Namun akan sulit diterapkan jika and Dharma ini tidak menyarankan anda untuk berkhianat pada keberadaan anda semula. Walau memang selalu akan ada celah pada akidah keagamaan, norma kenegaraan tidak perlu murtad. (Pergolakan eksistensial yang tidak perlu, k
Dalam kebenaran perlu kebijakan untuk menjaga keterahan kesadaran dan ketulusan Kepicikan bukanlah kemuliaan identifikasi Kelicikan bukanlah kemegahan intelgensi
KEBIJAKAN DHARMA ISLAMIAH
Dilemma muslim =Tak perlu murtad atau jihad. Perlu fleksibilitas untuk mensikapi, men
Ad. 1. Menerima keterbatasan (kelemahan, kesalahan, kepalsuan)
Selalu menyadari bahwa senantiasa ada tujuan kosmik dari faktitas kehadiran diri (kelayakan bhava, pengharapan tanha , penuntasan karma, ketersediaan media, pembelajaran nafsi, pemberdayaan esensi).
keterjagaan dari keterpedayaan mensikapi pandangan salah dari Kelemahan/ kepalsuan (?) agama =
keterjagaan dari keterpedayaan pandangan salah
Palsunya Realitas
Kacaunya Paradigma Risalah
Kearifan tuhan , kebaikan nabi
Rusaknya Dampak Komunitas
Historis = personal
Scientifik =
Kanonik =
1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan
2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan
3. Menjalani kebijakan demi kebajikan
Ad. 2. Memberdaya keberadaan Melayakan
1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan
2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan
3. Menjalani kebijakan demi kebajikan
Ad. 3. Mengatasi Pembatasan
Selalu ada tujuan kosmik dari kehadiran anda kewaspadaaan terus memberdaya terhadap pandangan salah
1. kebenaran memahami kenyataan akan kelemahan
2. kedewasaan mensikapi kebenaran atas kepalsuan
3. Menjalani kebijakan demi kebajikan
ALPHA BETA
KESADARAN REALITAS =
® Kesadaran Mahatma Robbani.
No
TATARAN
ILAHIAH
MANDALA
PRIBADI
1
PURWA
Dhyana
Anicca
Anatta
2
SANGKAN
Dharma
Adwaita ®
Adwaita ®
3
GUMELAR
Mandala
Semesta
Samsara
4
PARAN
Dharma
® Adwaita
® Adwaita
5
PURNA
Dhyana
Anicca
Anatta
penjelasan =
1) purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! ) =
Nun – Hanyalah Tuhan Keberadaan Absolut : Tanpa siapapun Dia ada – Swadika dalam Dhyana
2) sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
Kun – Hanyalah karena Keberadaan Absolut Semesta keberadaan terjadi dari ketiadaan karena kehendakNya – Dharma Mandala
3) gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Aum – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Segalanya berada dalam Laten Deitas mandala DharmaNya – Strata Mandala
4) paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Segalanya kembali ke hadiratNya – Dharma Mandala
5) purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Nun – Hanyalah Esa Keberadaan Absolut Dia ada tanpa siapapun – Swadika dalam Dhyana
KESADARAN EKSTASIS =
® Pengarahan penghayatan Kesadaran dalam triguna kehidupan :
1. Transendensi ® Zarah Universiad Aktualisasi b
2. Aktualisasi ® Figur Eksistensial Aktualisasi b
3. Relaksasi ® Batin Integritas Aktualisasi
1. TRANSENDENSI (alpha 10 )
Transendensi adalah kesadaran pemberdayaan diri dengan meningkatkan kualitas keswadikaan HOLISTIK dalam
No
TARGET
TUJUAN
1
ARHAD JAGAD
® Mencapai Adwaita
2
PRIMA ZENKA
® Mengatasi Samsara
3
SUPER FIGUR
® Memperkasa Universiad
4
SIGMA GENIA
® Memberdaya Aktualiser
5
SAKSI ILUSI
® Menjalani Sandhya
PENJELASAN :
§ Rahni Ilahi : Transendensi Eternal
§ Prima Zenka : Kemampuan Spectre Universe hingga tingkat tinggi
§ Super Figur : Kemampuan Cruiser holistik perifer pada tingkat rendah
§ Sigma Genia : Kemampuan Geniard Maestro
§ Saksi Ilusi : Kemampuan Regista Bushido
1) TRANSENDENSI = ARHAD JAGAD
Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA = Meditasi Intuitif ® Realisasi meditatif ® Refleksi Meditatif
1. SAMADHI SKANDHA =
Keberadaan dalam kesadaran
1. 1. FISIK ® ETERIK :
(*) BETHA 17 = ® vs neurotisme eksistensi insani
(*) ALPHA 10 = ® vs mekanisme vitalitas karani
TURIYA = ® vs polaritas 1 : Breathing
OBHASA = ® vs polaritas 2 : Influence
(-) BARDO - Arwah ? Keberadaan dalam kesadaran
1.2. ETERIK ® KAUSAL :
(*) ASTRAL = vs polaritas 3 : Magnetisme
(*) KARMAIK = vs kepemilikan amaliah
(*) TATTWIK = vs kemelekatan
(*) MENTAL = vs polaritas 3 : Thinking
(-) BRAHM – Onkar ? Keberadaan
2. KARUNIA EKSTASE =
Keberadaan dalam kesadaran
2. 1. KAUSAL ® KOSMIK :
(*) SUNNA = ® vs neurotisme eksistensi insani
MONADE = ® vs polaritas 5 : Life - Dead
KOSMIK = ® vs polaritas 6 : Ego – Non Ego
(-) BUDDHA ® Keberadaan dalam kesadaran
2.2. KOSMIK ® TAUHID:
(*) PANNA = ®
(*) NIRVANA = ® vs polaritas 7 : Being – Non Being Negativisme Pencerahan
(*) ADWAITA = ® vs polaritas : Obyektivisme KeTauhidan
(*) SATYA = vs
3. SWADIKA ROBBANI =
Keberadaan dalam kesadaran
3. 1. TAUHID ®AKTUAL :
(*) ESA – Universe = ® Kesadaran Billah : Keberadaan dari ketiadaan karena Tuhan
AGAPE = ® Kesadaran Nirvana Kasunyatan
(* ) AKU – Individu = ® Kesadaran Fillah : Keberadaan dari keilusian di dalam Tuhan
METTA = ® Kesadaran Samsara Kasamestan
(*) EGO – Holistik = ® Kesadaran Lillah : Keberadaan dari kepalsuan menuju Tuhan
2) TRANSENDENSI = PRIMA ZENKA
Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah . 1. METTA =® Kesadaran Samsara Kasamestan
(*) EGO – Holistik =® Kesadaran Lillah : Keberadaan dari kepalsuan menuju Tuhan
3) TRANSENDENSI = SUPER FIGUR
Realisasi pemantapan Holistik setelah penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .
4) TRANSENDENSI = SIGMA GENIA
Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .
Pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.
5) TRANSENDENSI = SAKSI ILUSI
Realisasi pemantapan Holistik disela penembusan kesadaran intuitif diri.; sehingga evolusi peningkatan kesadaran diri berjalan lancar dan alamiah .
2. AKTUALISASI( betha 10 )
Transendensi adalah kesadaran pemberdayaan diri dengan meningkatkan kualitas keswadikaan HOLISTIK dalam
No
TARGET
TUJUAN
1
KESWADIKAAN
® APPAMADA
2
KEPERSADAAN
® ASTAIYA
3
KEBERSAMAAN
® SILADANA
4 KESEMESTAAN ® DANASILA
5 KEMANDALAAN
® WAICHARA
1) AKTUALISASI = APPAMADA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
2) AKTUALISASI = ASTAIYA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
3) AKTUALISASI = SILADANA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
4) AKTUALISASI = DANASILA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
5) AKTUALISASI = WAICHARA
Aktualisasi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
3. RELAKSASI(delta 2 )
Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA = Meditasi Intuitif ® Realisasi meditatif ® Refleksi Meditatif
No TARGET TUJUAN
1 KEMANTAPAN
Betha 17 ® Alpha 10
2 KEMANDALAAN
Alpha 10 ® Theta 5
3 KEADWAITAAN
Theta 5 ® Delta 2 ® Theta 5
4 KESEMESTAAN
Theta 5 ® Alpha 10
5 KEMANDALAAN
Alpha 10 ® Betha 17
1) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
2) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
3) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
4) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
5) RELAKSASI = KEMANTAPAN
Transendensi Realisasi PATIVEDHA > Proyeksi / Ekspresi ANUBODHA =
EPILOG
KEMAPANAN REALITAS =
® penerimaan :
No
TRANSENDENSI
AKTUALISASI
RELAKSASI
1
tauhid
Arhad Jagad 1
Appamada 1
Adwaita 3
2
mantap
Saksi Ilusi 5
Waichara 5
Handal 5
3
handal
Super Figur 3
Persada 2
Mantap 1
4
sukses
Sigma Genia 4
Bersama 3
Mandala 2
5
unggul
Prima Zenka 2
Semesta 4
Semesta 4
penjelasan =
§ ketauhidan zarah arhad :
Transendensi : Arhad Jagad 1
Aktualisasi : Appamada 1
Relaksasi : Adwaita 3
§ kemantapan sikap batin :
Transendensi : Saksi Ilusi 5
Aktualisasi : Waichara 5
Relaksasi : Handal 5
§ kehandalan figur kosmik :
Transendensi : Super Figur 3
Aktualisasi : Persada 2
Relaksasi : Mantap 1
§ kesuksesan
Transendensi : Sigma Genia 4
Aktualisasi : Bersama 3
Relaksasi : Mandala 2
§ keunggulan
Transendensi : Prima Zenka 2
Aktualisasi : Semesta 4
Relaksasi : Semesta 4
KEMAPANAN EKSTASIS =
® Pengarahan penghayatan Kesadaran dalam triguna kehidupan :
1. Pribadi ® Sekha Keduniawian
2. Mandala ® Vedha Kesemestaan
3. Ilahiah ® Moksa KeRobbanian
Reset ALPHA = wuwei ( Tanpa aku – Hanya Esa) Not self – just One : penghayatan kehampaan murni kesejatian diri
Relax THETA = fresh ( Damai aku – Dalam Esa) Just peace – in One : penyamanan keberadaan Ready BETHA = zazen (Siaga aku – Untuk Esa) Self into One : pemantapan keterarahandiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar