Arsip Blog
- ▼ 2021 (11)
- ▼ Februari (8)
- ▼ Feb 28 (8)
- KOSONG
- LINK BROWSING
- KOMENTAR VLOG SD 09072021
- DRAFT REKAP
- DRAFT ANEKA
- DRAFT 3 DATA LAMA
- DRAFT 2 SYNTHESIS 1
- DRAFT AWAL
Arsip Blog
- ▼ 2021 (6)
- ▼ Mei (1)
- ▼ Mei 20 (1)
- HALAL BI HALAL
- Bulan suci Romadhon telah berakhir bersama indahnya suara takbir berkumandang, dengan segala ketulusan hati kami mengucapkan....
MOHON MAAF LAHIR BATHIN
Taqobbalalloohu minnaa wa minkum ; ja’alanalloohu minal ‘aa-idiina wal faa-iziina, wal maqbuuliin(a).
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
TEGUH KIYATNO SEKELUARGA
Halal Bi halal =
Prolog =
Iedul Fithri Paska Shiyam Ramadhan :
Biasanya pasca idul fitri sebagian umat Islam di Indonesia mengadakam acara halal bi halal,yaitu acara silaturrahmi dan ajang saling maaf memaafkan. Hal itu dipandang perlu demi mencapai kesempurnaan ketaqwaan kepada Allah swt. Yang mana ketaqwaan kepada Allah tersebut akan sempurna dengan menjalankan hubungan vertikal (hablum minallah) dan hubungan horizontal (hablum minannas).
1. Hubungan vertikal adalah dengan melaksanakan puasa Ramadhan sebagaimana firmannya ;
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻛَﻤَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (al-baqarah; 184)Dan hadits menyebutkan ;
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (رواه البخارى ومسلم
“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan sesuai aturan, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”. (HR. Bukhari dan Muslim).2. Hubungan horizontal adalah dengan saling memaafkan sebagaimana firman-Nya;
ﻭَﺃَﻥْ ﺗَﻌْﻔُﻮﺍ ﺃَﻗْﺮَﺏُ ﻟِﻠﺘَّﻘْﻮَﻯٰ ۚ
dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa (al-baqarah;237)
HR : Shil man qotho’aka ; wa a’thi man haromaka ; wa’fu ‘amman zholamaka.
Eratkan hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu; Berilah orang yang menghalangi pemberiannya kepadamu ; Dan ampunilah orang yang menganiayamu
Nash Pemaafan =
HR Imam AthThoyaalisy dari Annas ra: Azh zhulmu tsalaatsatun : fazh zhulmun laa yaghfiruhulloohu, wa zhulmun yaghfiruhulloohu, wa zhulmun laa yatrukuhu. Fa ammazh zhulmul ladzii laa yaghfiruhu fa asy syirku. Qoolalloohu ta’aalaa : innasy syirka zhulmun ‘azhiim /luqman 13/ ; wa ammazh zhulmul ladzii yaghfiruhulloohu fa zhulmul ‘ibaadi anfusihim fiima bainahum wa baina robbihim; wa ammazh zhulmul ladzii laa yatrukuhu fa zhulmul ‘ibaadi ba’dhuhum ba’dhon hatta yudiina li ba’dhihim mim ba’dhon. (Kezaliman ada 3 : kezaliman yang tidak diampuni, yang dapat diampuni, yang belum diampuni. Kezaliman yang tidak dapat diampuni adalah menyekutukan Allooh. Berfirman Allooh SWT : sesungguhnya syirik adalah perbuatan aniaya yang besar;sedangkan perbuatan aniaya yang dapat diampuni oleh Allooh SWT adalah perbuatan aniaya yang dilakukan hamba Allooh terhadap dirinya sendiri yang berkaitan antara mereka dengan Tuhan mereka ; Adapun perbuatan aniaya yang tidak dibiarkan begitu saja olehNya adalah perbuatan yang dilakukan hamba Allooh diantara sesamanya sampai sebagian diantara mereka membalaskan perbuatan aniaya terhadap sebagian yang lain)
HR Imam Bukhori Muslim dari Ibnu Umar: azh zhulmu zhulumaatun yaumul qiyaamati. (penganiayaan merupakan kegelapan pada hari kiamat).
Al Muflisun (Orang yang Bangkrut / Pailit)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (( أَتَـدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ ؟ )) قَالُواْ : (( اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ )) فَقَالَ : (( إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِيْ يَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأّتِيْ قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هذَا وَأَكَلَ مَالَ هذَا وَسَفَكَ دَمَ هذَا وَضَرَبَ هذَا فَيُعْطَى هذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ إُخِذَ مِنْ خَطَايَا هُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِيْ النَّارِ ))‘An Abii hurairata ra. Anna rosuulalloohi SAW. qoola: “Atadruuna mal muflisu? Qoolul muflisuu fiinaa man laa dirhama lahu walaa mataa ‘u. Faqoola: Innal muflisa min ummatii ya’tii yaumalqiyaamati bishsholaati washshiyaami wa zakaati wa ya’tii qod syatama haadzaa, wa qodafa hadzaa, wa akala maala hadzaa, wa safaka dama hadzaa, wa dhoroba hazdaa, fa yu’thoo hadzaa min hasanaatihi wa hazdaa min hasanaatihi, fain faniyat hasanaatuhu qobla an yuqdhoo maa ‘alaihi ukhiza min khothooyaahum, fathurihat ‘alaihi tsumma turiha finnari"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya : Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ? Maka mereka ( para sahabat ) menjawab : orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan : orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain ( dengan tidak hak ), maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain ), maka kesalahan orang yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (( HR. Muslim 2581))
Pemaafan itu dapat diimplementasikan dalam bentuk meminta kehalalan sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Man kaanat lahu mazhlumatun liahadin min ‘irdhihi au syai-in falyatahallalhu minhu alyauma qabla an laa yakuuna diinarun walaa dirhamun; in kaana lahu ‘amalun shaalihun ukhidza minhu biqadri mazhlumatihi, wain lam takun lahu hasanaatun ukhidza min sayyiaati shaahibihi fahumila ‘alaihi.” 5
“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai kesalahan berupa harga diri atau sesuatu kepada saudaranya, maka hendaknya ia meminta kehalalannya kepada orang tersebut sekarang ini, sebelum terjadi suatu hari di mana dinar dan dirham tidak berlaku (hari kiamat). Apabila ia mempunyai amal shaleh, maka akan dibayarkan kepada saudaranya itu sesuai dengan kesalahannya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, maka ia akan dibebankan kesalahan-kesalahan saudaranya itu.” (HR. Bukhari).
Makna =
Halalun bi halalin :
1. thalabu halâl bi tharîqin halâl; mencari kehalalan dengan cara yang halal.
2. halâl “yujza’u” bi halâl; kehalalan dibalas dengan kehalalan
hukum qishâs “anna al-nafsa bi al-nafsi, wa al-‘aina bi al-‘aini; sesungguhnya jiwa dibalas dengan jiwa dan mata dibalas dengan mata” (QS. Al-Maidah: 45).
Pemaafan itu dapat diimplementasikan dalam bentuk meminta kehalalan sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Man kaanat lahu mazhlumatun liahadin min ‘irdhihi au syai-in falyatahallalhu minhu alyauma qabla an laa yakuuna diinarun walaa dirhamun; in kaana lahu ‘amalun shaalihun ukhidza minhu biqadri mazhlumatihi, wain lam takun lahu hasanaatun ukhidza min sayyiaati shaahibihi fahumila ‘alaihi.”
“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai kesalahan berupa harga diri atau sesuatu kepada saudaranya, maka hendaknya ia meminta kehalalannya kepada orang tersebut sekarang ini, sebelum terjadi suatu hari di mana dinar dan dirham tidak berlaku (hari kiamat). Apabila ia mempunyai amal shaleh, maka akan dibayarkan kepada saudaranya itu sesuai dengan kesalahannya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, maka ia akan dibebankan kesalahan-kesalahan saudaranya itu.” (HR. Bukhari).
Sejarah =
Penggagas istilah “halal bi halal” ini adalah KH. Wahab Chasbullah kepada pada dipertengahan bulan Ramadhan tahun 1948 kala Bung Karno memanggil beliau ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang saat itu tidak sehat (konflik internal disintegrasi bangsa). Kyai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahmi, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahmi. Lalu Bung Karno menjawab, “Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain”. “Itu gampang”, kata Kyai Wahab. “Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah “halal bi halal”, jelas Kyai Wahab.
Dari saran kyai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul ‘Halal bi Halal’ dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Jadi, Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah, sementara Kyai Wahab menggerakkan warga dari bawah. Jadilah Halal bi Halal sebagai kegiatan rutin dan budaya Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang.
Sebenarnya kegiatan seperti halal bi halal itu sendiri sudah ada sebelumnya (masa wali songo sebagai media dakwah shilaturohim & birul walidain kemudian juga pada masa perjuangan RM Said (Pangeran Sambernyawa) melawan penjajahan sungkeman untuk 3 hal shilaturohim birul wali dain; memohon maaf & menghrap doa restu yang kemudian berlanjut kala beliau bertahta sebagai , yaitu dimulai sejak KGPAA Mangkunegara I zaman Kasultanan Mataram Islam Jogja sebagai pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian budaya seperti ini ditiru oleh masyarakat luas bahkan juga digunakan para tokoh pergerakan sebagai media berkomunikasi & berinteraksi satu sama lain.
Tapi istilah “halal bi halal” ini secara nyata dicetuskan oleh KH. Wahab Chasbullah dengan analisa pertama (thalabu halâl bi tharîqin halâl) adalah: mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara mengampuni kesalahan. Atau dengan analisis kedua (halâl “yujza’u” bi halâl) adalah: pembebasan kesalahan dibalas pula dengan pembebasan kesalahan dengan cara saling memaafkan.
Plus : tradisi ketupat
Arti Kata Ketupat. kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.Laku papat artinya empat tindakan.Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.Lebaran. Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.Luberan. Bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.Leburan. Maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Laburan. Berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun poemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Nash Halal Bi halal :
Gema wahyu Ilahi =
QS Ali Imron : 131 - 138
130. Yaa ayyuhal ladziina aamanuu, laa ta’kulur ribaa adh’aafam mudhoo’afataw ~ wa taquulooha la’allakum tuflihuun.
[3.130] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
131. Wat taqun naarol latii u’iddat lil kaafiriin.
[3.131] Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.
132. Wa athii’ullooha wa rosuula ~ la’allakum turhamuun.
[3.132] Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.
133. Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin
[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
134. Alladziina yunfiquuna fis saroo-i wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.
[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
135. Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.
[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
136. Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.
[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.
137. .Qod kholat min qoblikum sunanun ~ fa siiruu fil ardhi ; fan zhuruu kaifa kaana ‘aaqibatul mukadzdzibiin.
[3.137] Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
138. Haadzaa bayaanul lin naasi wa hudaw wa mau’izhotul lil muttaqiin.
[3.138] (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa
In arodta antabiqosh shiddiqiina : fashil man qotho’aka, wa’thi man haromaka, wa’fu ‘amman zholamakaJika kamu ingin melebihi tingkatan orang shidiqin (benar) sebaiknya sambunglah tali shilaturahim kepada yang memutuskan hubungannya, memberi kepada orang yang tidak mau memberi dan memaafkan orang yang menzalimimu.
Al kholqu ‘iyaalulloohi kulluhum wa ahabbahum ilalloohi anfa’uhum li ‘iyaalihi
Semua makhluk adalah keluarga Allooh, dan yang paling dicintai Allooh diantara makhluk tersebut adalah yang paling bermanfaat bagi keluargaNya.
TAQWA =
yaa ayyuhaa nnaasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wauntsaa waja'alnaakum syu'uuban waqabaa-ila lita'aarafuu inna akramakum 'indallaahi atqaakum innallaaha 'aliimun khabiir
[49:13] Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Hadits nawawi no. 24
يَا عِبَادِي: إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً فَلاَ تَظَالَمُوا. يَا عِبَادِي: كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ. يَا عِبَادِي: كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ، فَاسْتَطْعَمُونِي أَطْعِمْكُمْ. يَا عِبَادِي: كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ. يَا عِبَادِي: إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً، فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ. يَا عِبَادِي: إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّونِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي. يَا عِبَادِي: لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً. يَا عِبَادِي: لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً. يَا عِبَادِي: لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ، فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ. يَا عِبَادِي: إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا، فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ رَوَاهُ مُسْلِمٌ
`An Abi Dharri l-Ghifari Radi Allah `Anhu `Anin Nabiyyi Salla Lahu `alayhi wa sallam, fima yarwihi `an Rabbihi `Azza wa Jal annahu Qal :"Ya `Ibadi : Inni harramtu dhulma `ala nafsi wa jahaltuhu baynakum muharraman fala tadhalamu. Ya `Ibadi : Kullukum Dhallun ila man hadaytuhu fastahduni ahdikum. Ya `Ibadi : Kullukum Ja-ihun illa man at`amtuhu fastat`imuni ut`imkum. Ya `Ibadi : Kullukum `Arrin illa man kasawtuhu, fastaksuni aksukum. Ya `Ibadi : Innakum tukhti-una bil-layli wa n-nahari wa ana aghfirudh-dhunuba jami`an fastaghfiruni, aghfir lakum. Ya `Ibadi: Innakum lan tablughu dhurri fatadhurruni wa lan tablughu naf`i fatanfa`uni. Ya `Ibadi : Law anna awalakum wa akhirakum wa insakum wa jinnakum kanu `ala atqa qalbi rajulin wahidin minkum ma zada dhalika fi mulki shay an. Ya `Ibadi : Law anna awalakum wa akhirakum wa insakum wa jinnakum kanu `ala afjari qalbi rajulin wahidin minkum, ma naqasa dhalika min mulki shay an. Ya `Ibadi : Law anna awalakum wa akhirakum wa insaku wa jinnakum qamu fi sa`idin wahidin fasa aluni fa a`taytu kulla wahidin mas alatahu, ma naqasa dhalika mimma `indi illa kama yanqusu l-Mikhyatu idha udkhilal-Bahr.
Ya `Ibadi : Innama hiya a`malukum uhsiha lakum, thumma uwaffikum iyaha, fa man wajada khayran fa l-yahmadillah, wa man wajada ghayra dhalika fala yalumanna illa nafsah"
Hadis riwayat al-lmam Muslim.
Daripada Abu Zar al-Ghifari r.a. daripada Rasulullah SAW berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Baginda daripada Allah SWT bahawa Dia berfirman:
Wahai hamba-hambaKu! Sesungguhnya aku mengharamkan ke atas diriKu kezaliman dan Aku jadikannya di kalangan kamu sebagai suatu perkara yang diharamkan, maka janganlah kamu saling zalim-menzalimi.
Wahai hamba-hambaKu! Kamu semua sesat kecuali orang yang Aku hidayatkannya, maka hendaklah kamu meminta hidayat dariKu.
Wahai hamba-hambaKu! Kamu semua lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka hendaklah kamu meminta makan daripadaKu nescaya Aku akan berikan kamu makan.
Wahai hamba-hambaKu! Kamu semua telanjang kecuali orang yang Aku berikannya pakaian, maka hendaklah kamu meminta pakaian daripadaKu nescaya Aku akan berikan kamu pakaian.
Wahai hamba-hambaKu! Sesungguhnya kamu bersalah siang dan malam dan Aku mengampunkan semua dosa, maka mintalah keampunan daripadaKu nescaya Aku akan ampunkan kamu.
Wahai hamba-hambaKu! Selama-lamanya kamu tidak akan mampu memudharatkan Aku sehingga kamu boleh memudharatkan Aku.
Wahai hamba-hambaKu! Dan selama-lamanya kamu tidak akan mampu memberi manfaat kepada Aku sehingga kamu boleh memberi manfaat kepada Aku.
Wahai hamba-hambaKu! Sekiranya orang-orang yang terdahulu dan terkemudian dari kamu, manusia dan jin di kalangan kamu, sekiranya mereka semua mempunyai hati bertaqwa umpama hati orang yang paling bertaqwa di kalangan kamu, nescaya hal itu tidak menambahkan apa-apapun dalam kerajaanKu.
Wahai hamba-hambaKu! Sekiranya orang-orang yang terdahulu dan terkemudian dari kamu, manusia dan jin di kalangan kamu, sekiranya mereka semua mempunyai hati jahat umpama hati orang yang paling jahat di kalangan kamu, nescaya hal itu tidak mengurang-cacatkan apa-apapun dalamkerajaanKu.
Wahai hamba-hambaKu! Sekiranya orang-orang yang terdahulu dan terkemudian dari kamu, manusia
dan jin di kalangan kamu, sekiranya mereka semua berhimpun di suatu tempat, lalu mereka meminta daripadaKu (iaitu meminta sesuatu pemberian), lantas Aku kurniakan setiap orang dari kalangan mereka permintaannya, nescaya hal itu tidak mengurangkan sedikitpun apa-apa yang ada di sisiKu kecuali umpama berkurangnya air laut apabila dicelupkan sebatang jarum.
Wahai hamba-hambaKu! Bahawa sesungguhnya hanya amalan kamu yang Aku akan perhitungkannya bagi kamu, kemudian Aku sempurnakan pembalasannya. Maka barangsiapa yang mendapat kebaikan maka hendaklah dia memuji Allah dan barangsiapa yang mendapat selain kebaikan, maka janganlah dia mencela kecuali mencela dirinya sendiri.
- ▼ Mei 20 (1)
- ▼ Mei (1)
- ▼ 2021 (6)
- ▼ Feb 28 (8)
- ▼ Februari (8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar